Semua Bab The Destinable Of Light (Bahasa Indonesia): Bab 11 - Bab 20
76 Bab
11. Bermimpi Di Perkemahan
Setelah pendar cahaya lampu terlihat, aku menghentikan kecepatanku beberapa puluh meter dari pusat perkemahan, dan menurunkan Shelly dari boponganku. Gadis itu menatapku, matanya seperti menyampaikan sesuatu, namun bibirnya bergetar seperti ada yang menahan suaranya. Lalu..."Terimakasih," kata-kata itu melintas begitu cepat, bagaikan chevrolet yang ingin menabrakku dengan kecepatan tinggi."Gugup!" batinku.Aku mengangguk, lalu mengalihkan pandanganku dari wajahnya menuju ke sekeliling kami. Kami berada di permukaan datar di atas gunung yang dipenuhi rerumputan hijau beberapa senti lebih tinggi dari telapak kakiku, di tepi permukaan gunung itu terdapat semak-semak yang menjulang lebih tinggi dari bahuku.Kami melangkah mendekati perkemahan, cahaya pendar dari balon LED telah menyelimuti semua tenda yang nampak telah siap untuk ditempati. Itu berarti kami telah sangat terlambat. Aku tidak tahu bagaimana harus beralasan pada pak Hendro. Meskipun aku telah
Baca selengkapnya
12. Kekacauan Di Perkemahan
Singa itu menuntunku menaiki jembatan gantung yang menuju ke salah satu istana yang paling megah, seme tara aku terus mengikutinya. Kami berjalan menelusuri jalan setapak yang bertehel perak. Di samping jalan itu, terlihat beberapa beranda yang juga mengambang yang atapnya tidak kutahu terbuat dari apa. Atapnya berbahan cairan hijau, namun jelas itu adalah atap. Setelah melewati gerbang sebuah istana, aku memasuki Ruangan yang nampak seperti tidak berdinding, langit-langitnya seolah langit malam yang berbintang, dan lantainya seperti telaga yang berwarna biru dan hidup. Di tengah telaga terlihat seorang lelaki yang gagah namun parasnya sangat mirip denganku. Lelaki itu berdiri di atas air seperti sedang menungguku. Ketika dia menoleh, aku seperti melihat wajahku sendiri. Matanya yang tajam, hidung mancungnya, kulit putihnya, dan wajah orientalnya mirip sekali denganku. Yang membuatku terlihat berbeda hanyalah jubah zirah berwarna hijau yang tidak kukenakan dan rambut
Baca selengkapnya
13. Malam Yang Mengerikan
Sulit dipercaya, bahwa mayat itu telah menjadi vampir, dan ingin menerkam peserta tour lainnya."Makhluk itu akan membunuh kita semua!" teriak salah satu peserta tour yang nampak panik dan ketakutan.Peserta tour lain yang juga tak kalah ketakutan, bicara, "Lihatlah, makhluk itu mulai mengarahkan cakar-cakarnya ke arah kita!"Aku dapat merasakan kedua vampir itu masih belum menjadi vampir sempurna, karena hanya kuku dan taringnya yang telah memanjang,sedangkan organ tubuhnya yang lain masih bertransformasi menjadi vampir seutuhnya. Walau begitu, tetap saja akan sangat menyusahkan karena bisa memangsa salah satu dari seluruh peserta tour."Mereka teman kita, tapi mereka juga yang akan membunuh kita," keluh gadis yang berada di sampingku.Sangat sulit memutuskan apa yang akan kulakukan di saat seperti ini, dan aku hanya akan bisa bertahan untuk melindungi semua pesertatour tanpa bisa membalas serangan beruntun dari vampir-vampir itu.
Baca selengkapnya
14. Aku Hampir Mati
"IYYAAKKHH!" Pak Hendro menjerit karena tersambar tersambar seekor Singa berbulu emas, singa yang dua kali lebih besar dari Singa yang pernah kulihat sebelumnya.Hampir saja aku akan tumbang oleh serangan mematikan Pak Hendro, serangan yang membuat bulu kudukku sempat berdiri. Namun Singa itu berhasil menyelamatkanku dari serangan mengerikan itu.Jujur! Aku sempat bergetar tadi, dan kini lututku melemas, sehingga aku terjatuh dan berlutut dengan tangan yang bertumpu di atas tanah. Tubuhku pasti ambruk jika saja tanganku tidak cukup kuat menahan bobot tubuhku, sehingga aku akan kembali menelungkup. Aku melihat luka di perutku perlahan mengatup."Sial! Pemulihan luka ini semakin mengurangi tenagaku." Aku mengalihkan pandangan dari luka-luka di tubuhku menuju ke arah yang berjarak 40 meter dariku. Pak hendro terlihat masih tergeletak tak berdaya. Namun Singa itu masih berdiri dengan gagahnya, dan cakar salah satu kakinya menancap di dada pak Hendro. Pa
Baca selengkapnya
15. Anak Angkat
Bus yang kami tumpangi tiba di halaman sekolah pada waktu sepertiga malam. "Jangan-jangan Vampir-vampir itu juga berada di sini, aku harus segera pulang." Hampir semua peserta tour membawa keresahannya hingga ke sekolah, dan mungkin akan membawa keresahannya hingga ke rumah mereka. "Iya, aku juga tidak mau mati di tempat ini. Jadi aku akan pindah ke Sekolah lain." Angin malam terasa sangat menggelikan, dan terkadang membuat bulu kudukku berdiri. Tidak ada lagi manusia setengah vampir, tidak ada pak hendro yang menakutkan, atau vampir jahat yang mengerikan, tapi hawa yang menyeramkan itu tidak bisa kami lupakan. Jika hanya aku, mungkin aku masih bisa bertahan, tapi bagaimana jika makhluk jahat itu menyerang peserta tour di perjalanan pulang mereka? Sementara aku tidak mungkin mengawasi perjalanan pulang mereka satu-persatu. Jujur, aku bingung harus bagaimana melindungi mereka, dan akan menjadi hal yang sangat membahayakan jika salah satu dari mereka di
Baca selengkapnya
16. Pertanyaan Untuk Ayahku
Setelah beberapa saat, Bik Ira kembali bicara, “Anu tuan muda...”“Bik?” Suara Ibuku membuatku refleks melesat kembali ke lantai kamarku.Aku mengintip dari jendela kamarku, Ibuku terlihat menghampiri Bik Ira. Dan aku sedikit mendengar pembicaraannya dari kejauhan.“Bik Ira bicara dengan siapa?”“Tuan Muda nyonya?” kata bik Ira.“Nando sedang study tour, jadi sejak kapan dia kembali?”Bik Ira yang tidak menyadari kepergianku tadi, kini nampak kebingungan untuk menjawab apa.Aku masih mengiingat ketika dulu aku masih sering bertanya lalu melesat tanpa disadari wanita bongsor itu, dan ia selalu saja nampak kebingungan seperti itu.Dan saat ini, Bik Ira nampak sedang menerka-nerka keberadaanku, ia melirik ke sekitar seolah ia akan melihatku lagi. Hingga ia memandang ke plafon kamarku, dan matanya menangkapku. Ibukupun hendak melirik ke arahku, namun aku lebih dahulu menye
Baca selengkapnya
17. Aku Merasa Aneh Karena Jatuh Cinta
“Sudah berapa lama Ayah bergelut di bisnis produksi madu?” Ayahku terlihat menghitung-hitung dengan ingatannya, mencari jawaban yang tepat dari masa lalunya. “Ayah sudah lupa tepatnya kapan, tapi yang jelas sebelum kamu lahir Ayah sudah berkelana mengunjungi banyak hutan, mencari spesies lebah baru untuk dibudidayakan.” Pernyataan itu membuatku merasa semuanya semakin janggal, pernyataan itu seolah sedang menguatkan mimpiku di tempat study tour menjadi sebuah kenyataan. Aku ingin bertanya lebih jauh lagi, tapi Ayahku dan Ibuku saling memandang, dan hal itu membuatku khawatir jika pertanyaanku akan membuat mereka mengetahui kalau aku tengah meragukan mereka sebagai orangtua kandungku. “Ada apa nak?” tanya Ibuku dengan tatapan menerka-nerka. Aku hanya menggeleng, namun rasa penasaran yang terlihat dari mata kedua orangtuaku belum juga hilang. Santapan siang di depanku kukunyah dengan paksa untuk menghindari tatapan-tatapanmeragukan itu. Seus
Baca selengkapnya
18. Kami Diinterogasi Oleh Polisi
Pagi ini cukup tenang, suasana tidak lagi mencekam. Meski pristiwa di malam perkemahan itu masih menghantui setiap mata para siswa, meski guru-guru di sekolah ini seakan-akan menjadi vampir yang siap melahap kami setiap saat. Namun rutinitas masih tetap normal seperti biasanya. Beberapa siswa terdengar berbisik-bisik dan menyimpulkan bebeberapa senyum, sambil memandang wajahku sebagai sumber pembahasan mereka.“Dia telah membunuh vampir di sekolah ini.”“Pak Hendro?”“Iya pak Hendro, guru kita.”Ketika aku melirik, mereka melemparkan senyum hormat seperti hormat seorang bawahan kepada bosnya. Sepertinya peristiwa di perkemahan itu telah menjadi kabar yang menyebar luas ke telinga penghuni sekolah ini. Dan aku harus siap-siap menjadi objek perhatian mereka. Aku berharap tidak semua siswa tahu, jika semua tahu, maka aku tidak akan bisa lari dari tatapan mereka. Aku sudah cukup tenang dengan kehidupanku selama ini, tapi ha
Baca selengkapnya
19. Aku Membunuh Seorang Polisi
Tidak! Bukan introgasi ini yang tidak wajar, tetapi ada makhluk aneh yang menyamar menjadi seorang polisi. Jika aku mengaku, itu akan menjadi masalah baru untukku, aku akan menjadi mangsa sekawanan makhluk aneh seperti itu.“Kami hanya meminta kalian menerangkan, bagaimana insiden itu terjadi.”Tapi bagaimana caranya untuk tidak mengaku jika disudutkan seperti ini? Pasti ada cara untuk bebas dari situasi ini.“Biar saya saja yang menerangkan,” kata Shally mengajukan diri.Polisi yang bertugas itu terlihat berpikir sejenak. Kumisnya yang tebal terlihat sedikit menari-nari, dan rahangnya nampak sedikit mengeras. Sepertinya ia kesulitan menimbang-nimbang pengajuan Shally.“Dia mengidap avoidant personality, jadi bapak tidak bisa memaksanya berbicara,” kata Shally menambahkan.Polisi berkumis itu menatapku sejenak, lalu memandang Shally, “Silahkan.”Aku menatap wajah makhluk yang menyamar di
Baca selengkapnya
20. Rumah Shally Bukanlah Tempat Yang Aman
Aku mendatangi sebuah alamat yang sesuai dengan alamat yang telah diberikan Shally. Begitu tiba di depan rumah berlantai dua dengan banyak lampu neon yang berderet di taman halamanmya, Shelly telah menungguku di depan pintu. Aku membuka iintu mobilku, dan Shally menyambutku dengan hangat. "Aku telah menunggumu dari tadi." “Bagaimana lukamu?” tanyaku begitu keluar dari mobil. Shally menjawab dengan anggukan disertai dengan senyum yang lebar, dan itu cukup membuatku yakin dia baik-baik saja. "Aku kira kamu tidak akan datang,” ujarnya. Aku hanya memberi senyuman, lalu gadis itu mempersilahkanku masuk, “Ayo.” Rumahnya cukup luas. Rumah itu termasuk Rumah yang terbesar di antara rumah-rumah mewah di sekitarnya. Rumah itu memiliki 4 pilar di terasnya. Ketika aku memasuki rumah itu, terdapat banyak tamu di ruang utama. Dan tidak perlu kujelaskan bagaimana luasnya, karena sebaiknya kau menyimpulkannya sendiri. Ada banyak tamu yang data
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status