Aku mendatangi sebuah alamat yang sesuai dengan alamat yang telah diberikan Shally. Begitu tiba di depan rumah berlantai dua dengan banyak lampu neon yang berderet di taman halamanmya, Shelly telah menungguku di depan pintu. Aku membuka iintu mobilku, dan Shally menyambutku dengan hangat.
"Aku telah menunggumu dari tadi."
“Bagaimana lukamu?” tanyaku begitu keluar dari mobil.
Shally menjawab dengan anggukan disertai dengan senyum yang lebar, dan itu cukup membuatku yakin dia baik-baik saja.
"Aku kira kamu tidak akan datang,” ujarnya.
Aku hanya memberi senyuman, lalu gadis itu mempersilahkanku masuk, “Ayo.”
Rumahnya cukup luas. Rumah itu termasuk Rumah yang terbesar di antara rumah-rumah mewah di sekitarnya. Rumah itu memiliki 4 pilar di terasnya. Ketika aku memasuki rumah itu, terdapat banyak tamu di ruang utama. Dan tidak perlu kujelaskan bagaimana luasnya, karena sebaiknya kau menyimpulkannya sendiri.
Ada banyak tamu yang data
Aku berbalik secepat yang aku bisa, lalu berkilah menghindari cakar tajam dua Vampir yang mengarah ke jantungku sambil mengarahkan pukulanku pada tubuh kedua vampir itu.Kedua makhluk itu terhempas ke samping, lalu mobil yang hampir menabrakku melaju seperti dikemudikan oleh pembalap liar yang ketakutan.Aku mulai bertransformasi bentuk, tapi kedua vampir itu telah pergi sebelum aku sempat menyerang. Aku dapat menghembuskan nafas kelegaan. “Dasar pengecut!”Namun ketika menoleh, Shelly langsung bicara dengan suara yang terdengar pilu. “Mereka akan datang kembali dengan jumlah yang jauh lebih banyak dari itu.”“Kamu tidak perlu lari,” kataku dengan mantap. “Aku akan melindungimu.”Shelly menatap bisu, tatapannya membuat jantungku berdebar. Dan sepertinya, aku merasa sedikit gugup. Walau begitu, kulitku dapat merasakan angin yang cukup dingin di sekitar kami.“Ayo kita kembali,” katak
Sesuatu yang terasa sangat menyejukkan kulit bergelayut di kulit pipiku. Ketika aku membuka mata... ."Aagghh!"Aku terpaksa harus membuat dua wanita setengah ular terempas ke tepi laut karena telah mencoba menciumku. “Dasar makhluk menyebalkan...” gumamku.Ternyata aku telah terbaring cukup lama di tepi pantai. Seluruh badanku hampir dipenuhi butiran pasir, untungnya ombak pantai tidak menjangkauku. Aku bangkit di atas pasir sambil memperhatikan keadaanku. Terdapat beberapa sobekan di bajuku yang kotor.Aku melangkah tanpa mengenakan alas kaki, sehingga kakiku terasa geli saat menapaki pasir pantai. Banyak orang yang masih berendam di air laut malam, namun tidak ada yang melihatku, karena bentukku masih belum sempurna seperti manusia. Api kehijauan yang menyala di tubuhku mulai mengecil, aku terus berjalan, dan api kehijauan itu kemudian padam.Pantai ini tidak asing bagiku. Pedagang kaki lima menjajakan makanan di sepanjang area yang
Aku tidak dapat melihatnya, namunsangat menyiksa. Aku berusaha menarik keluar ular itu dari bagian ekornya dengan kedua tanganku sambil menahan sakit. “Aakkh!”“Kamu kenapa, Nando?” Shally terdengar semakin panik.Aku tidak dapat memandang Shally karena perhatianku masih terpusat pada ular yang sedang kutarik. Ular itu membakar tanganku dengan api kebiruannya. Dengan sekuat tenaga, aku menarik ular itu keluar dari dadaku sambil menahan penderitaanku, rasanya seperti aku sedang mencabut paru-paruku sendiri.“Iyyaakkk!” aku berhasil mencabutnya.Tanpa berpikir, aku langsung melempar ular itu kedepan mengenai layar besar yang memusati ruangan bioskop. Ular itu terhempas dan membuat layar besar itu meletus seperti kembang api."Rusak!""Aaaa!" Semua orang bersorak ketakutan. Ruangan yang tadinya hening kini telah berubah menjadi gaduh. Semua orang berhamburan mencari jalan keluar.Shally juga bu
“Ada makhluk aneh seperti vampir yang mencarimu nak...” Ayahku mengucapkan itu dalam keadaan lesu sebelum aku membawanya ke Rumah Sakit. Hatiku mengendarai mobil dengan perasaan yang kacau, bagaimana tidak? Vampir itu telah mulai menyerang orangtuaku. “Ayah... Ibu... bertahanlah,” ucapku terisak-isak di dalam mobil. “Sebentar lagi kita akan tiba di Rumah Sakit.” Saat ini hatiku benar-benar kacau, sungguh malam yang buruk. Hatiku dipenuhi duka, bagaimana mungkin aku akan diam saja melihat orang-orang yang selalu menyayangiku dilukai seperti ini. "Aku akan memusnahkan siapapun yang berani melukai Orangtuaku!" -o0o- Begitu tiba di rumah sakit, Dokter masih dapat menyelamatkan orangtuaku. Luka-lukanya tidak terlalu parah, namun mereka kekurangan darah. “Ambil darahku dokter,” kataku saat Dokter yang memeriksa orangtuaku keluar dari ruang rawat. “Salah satu dari mereka pasti ada yang cocok dengan golongan darahku.” “Baik, silahkan ke lab untuk melakukan proses pengecekan,” kata Dokt
"Kenapa Vampir-vampir itu memburumu?” “Aku—aku memiliki darah yang bisa membuat mereka semakin kuat.” Bibirnya bergetar ketika ia mengatakan itu. Ini bukan dongeng, tapi gadis itu telah membuatku mengingat tokoh fiksi di beberapa cerita horor yang aku baca. Dan tentu saja, hal itu tidak akan mungkin membuatku mempercayainya. Dia memang tidak pandai berbohong. Aku bisa menyadari itu dari tatapannya yang aneh—tatapannya yang seperti tidak rela ia mengucapkannya. “Apa hubungan kamu dengan mereka!” “Itu adalah satu-satunya alasan kenapa mereka menyerangku.” Sebenarnya berat bagiku untuk mempercayai hal itu, tapi mungkin dia ada benarnya juga. Aku memang belum lama mengenal Shally, jadi mungkin saja aku yang salah memahami caranya memberi jawaban. Walau begitu, entah mengapa seperti ada kejanggalan dengan jawabannya, dan aku tidak bisa menutupi itu. “Malam ini vampir-vampir itu mungkin akan membunuhku,” katanya dengan raut wajah yang menyimpan duka. Tekadku telah bulat, aku menatap ya
Tidak salah lagi, itu adalah orang yang pernah kulihat terluka di rumah sakit, yang pernah kulihat di sekolah juga sebelum study tour. Dialah lelaki misterius itu. Keadaan yang sebelumnya menegangkan sepertinya telah lebih tenang. “Namanya Faldo,” ucap Shally dari dalam mobil, kacanya sengaja ia buka sedikit agar suaranya bisa kudengar. “Dia selalu mengincarku.” Lelaki yang dimaksud Shally itu menyeringai jahat di depanku. “Sebaiknya kamu jangan ikut campur,” katanya sambil menatapku penuh kebencian. “Jika kamu tidak ingin mati sia-sia di sini.” “Masalahku adalah orangtuaku... kalian telah melukai mereka, dan itu harus dibalas dengan membuat kalian semua menjadi debu!” Shally menatapku penuh duka, seolah-olah apa yang baru saja kukatakan adalah kejutan yang tak diharapkan. “Nan?” suaranya tertahan. “Hahaha...” pria itu tertawa, membuatku semakin berhasrat ingin meleburkan tubuhnya menjadi pasir kotor. Sebuah mobil city car nyaris saja menabrak lelaki yang baru saja terkekeh itu,
Dengan jahatnya lelaki setengah vampir itu berkata. “Kamu berbeda denganku, meskipun kamu adalah makhluk aneh... kamu tetap seorang manusia... tenagamu akan semakin habis dengan berkurangnya darahmu.” Ternyata itu alasan dia tidak melepaskan cakarnya dari tubuhku. “Lepas-kan gadis itu,” kataku dengan terbata-bata sambil menatap Shally yang pipinya dibanjiri oleh airmata. “Hahaha,” dia tertawa dengan cara yang tidak kusukai. “Sebelum aku membunuhnya, aku akan membunuhmu terlebih dahulu.” Sesuatu seperti menusuk punggungku. Terasa menyakitkan dari punggung hingga ke perutku. "Aagh—agh!" Aku meringis sambil memperhatikan perutku. Muncul sebuah cakar dari dalam perutku. Aku terhunus dari belakang. Lelaki vampir di hadapanku mencabut cakarnya dari dadaku. “Akh!” jeritku kesakitan. “Nando!” Shally tidak bisa melakukan apa-apa. Dengan kejamnya manusia setengah vampir itu mencabutku dari cakar temannya, kemudian aku dihempaskan sejauh seratus meter. Akupun terjengkang tak berdaya lagi, l
Aku tidak mungkin diam saja melihat hal itu, aku tidak ingin terus diam tidak berguna membiarkan Vampir itu membunuh Shelly. Aku menanggalkan bajuku yang telah sobek. Semua lukaku yang tadi terbuka, kini sudah hilang. Meski lututku terasa lemas dan seluruh tubuhku terasa berat, namun pemandangan menyedihkan itu seperti memberikanku kekuatan baru bagiku. Di dalam tubuhku hanya ada api kemarahan yang hampir meledak, dan aku ingin segera meledakkannya. Aku bangkit dengan sekuat tenaga dan berdiri penuh emosi. "Aaa!" Dapat kurasakan sebuah energi yang luar biasa mengalir dengan deras di tanganku. Kali ini rasanya aku mampu mengempas apapun yang ada, bahkan gedung raksasa sekalipun akan mampu kurubuhkan. Tanpa memberiku kesempatan untuk berpikir, salah satu vampir itu menerkamku sambil menjulurkan cakar mengerikannya yang siap menyambarku kemanapun aku mengelak. Aku tahu jika diriku tidak memiliki peluang banyak untuk menghindar, karena cakar-cakar vampir yang lain telah menungguku. Tida