All Chapters of Racun Mulut Tetangga: Chapter 11 - Chapter 20
259 Chapters
Gerak dikit jadi bahan ghosip
Ibuku menghela nafas panjang lalu mengucapkan kata yang membuatku tidak habis pikir. Ibuku berkata jika sampai bu Endang menggosipkanku akan mendoakan balik supaya terjadi pada anaknya sendiri. Ibuku ingin lihat bagaimana bu Endang mengatasi masalah jika anaknya sendiri yang hamil di luar nikah.“Sudah biarkan saja Dara, nanti juga kena karma sendiri. Kalau misal omongannya balik ke anaknya sendiri apakah juga akan bu Endang akan menggosipkannya juga,” jawab ibuku yang terlihat kesal.“Yah tapi ‘kan ya tidak enak bu menjadi bahan gosip sedangkan kita sendiri tidak dalam posisi itu gitu loh bu,” balas ku.Yah ibuku memang benar tidak perlu menanggapi bu Endang yang suka menggosip itu. Cukup doakan saja supaya lekas tobat dan tidak lagi menggosipkan tetangga yang belum tentu benar adanya. Takutnya suatu hari mendapatkan karma akan gila sendiri. Aku pamit ke rumah bu Lastri karena ada yang akan aku diskusikan dengan Rendi.&ldqu
Read more
Apa Dara Simpanan Bos?
Aku malas meladeni pertanyaan dari bu Endang ini. jam sepuluh malam seperti ini kenapa masih berada di luar rumah. Aku merasa bu Endang cocok menjadi hansip karena dua malam seperti ini masih ngurusin urusan tetangganya.“Saya baru pulang kuliah bu, ibu sendiri jam segini diluar rumah sedang apa?” jawabku.“Kuliah apa jam segini baru pulang kerja, kamu jangan bohong Dara sama saya bilang saja kalau habis kencan sama pacar kamu pulang sampai larut malam. Kalau saya keluar karena sedang lapar beli nasi goreng,” celetuk bu Endang.Ku hembuskan nafas panjang agar tidak tersulut emosi mendengar perkataan bu Endang ini. ku ucapkan permisi agar terkesan masih sopan terhadap beliau yang lebih tua. Terserah deh mau berkata apa lagi itu bu Endang yang maha tahu segalanya. Percuma juga di jelasin nggak bakal percaya juga.Kunikmati kerja dipagi hari dan kuliah disore hari selama empat hari ini. Rasanya memang lelah dibadan tapi ini kan sudah
Read more
Dara, aku punya gosip nih!
“Ibu Arum lihat sendiri ‘kan Dara menghindari kami. Ibu saya baru negur dikit langsung sewot,” jawab Ratna dengan gaya angkuh.Aku tidak mempedulikan lagi apa yang akan dikatakan bu Endang ataupun Ratna anaknya. Mereka berdua sama-sama sombong dan suka merendahkan orang. Aku yakin penampilan Ratna yang berbeda dengan dulu itu akibat dia salah pergaulan di kota orang. Sampai dirumah aku merebahkan badan di kasur empuk dikamarku. Tiba-tiba ponselku berdering tanda ada telepon masuk. Aku segera mengangkatnya.“Dara aku punya gosip nih, mau dengerin nggak?” tanya temanku semasa smk teman Ratna juga.“Malas ah aku mendengarnya. Di desa ini sudah banyak gosip untuk apa aku harus mengotori telingaku demi gosip yang lainnya,” jawabku.“Ini gosip heboh tentang teman kita sekaligus tetanggamu loh, yakin nggak mau dengar?” tanya temanku lagi.Apakah yang dimaksud adalah si Ratna. Aku mendengarkan cerita da
Read more
Kemarahan Pak Nurdin
Aku tertegun dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh bu Endang. Aku memang iri kalau Ratna bersekolah di universitas negeri juga mendapat beasiswa. Tapi ah sudahlah rejeki setiap manusia itu berbeda aku tidak berhak iri dan harus mensyukuri apa yang aku dapatkan.“Bu Endang, siapa yang tidak iri dengan prestasi Ratna yang cemerlang itu. Tapi ada kalanya jika sudah memiliki semuanya tidak menyombongkan diri dan merendahkan orang lain seperti saya ini,” jawabku agar bu Endang tidak lagi merendahkan orang lain.“Ternyata kamu iri dengan anakku ya Dara. Ya wajar sih karena kamu tidak mampu seperti anak saya,” celetuk bu Endang lagi.Ibuku sudah mau marah mendengar ucapan bu Endang. Tapi aku mencegahnya untuk marah tidak baik seperti bertengkar dengan tetangga hanya karena hal sepele. Sudahlah setiap perbuatan ada balasannya. Lebih baik aku berkeliling desa dulu mencari informasi pergosipan yang beredar.“Eh jeng Sri tahu nggak si
Read more
Ratu Gosip di Lawan
Jawaban dari pak Nurdin adalah Ratna akan di titipkan kepada adiknya yang kebetulan menetap di solo dekat dengan kampus Ratna. Semua ini demi kebaikan Ratna, sebagai seorang bapak pak Nurdin tidak mau kecolongan untuk yang kedua kalinya. Demi anak tersayang dia harus berani bertindak tegas.“Saya sudah tahu pak akan melakukan apa. Sementara nanti Ratna akan tinggal di tempat adik saya agar ada yang mengawasinya,” jawab pak Nurdin.“Kalau begitu pak Nurdin sudah tenang boleh pulang pak. Maaf ya bukan maksud saya mencampuri urusan rumah tangga. Kalau warga saya damai semuanya akan hidup berdampingan pak,” ucap pak RT.Aku lega pak Nurdin tidak kalap mata. Malam itu masalah pak Nurdin dan istrinya sudah selesai. Bisa saja jika ibu-ibu tidak melapor ke pak RT dan tidak ada penengah pak Nurdin kalap mata dan memukul istrinya karena emosi. Pagi ini di warung bu Sri seperti biasa aku mendengar gosip-gosip tetangga.“Sudah tahu belum
Read more
Kerja Apa Sih?
Hidup itu memang tidak mudah apalagi punya tetangga yang hidupnya suka komentarin urusan orang lain. Contohnya nih ya ibu-ibu yang suka ngegosip di lingkungan sekitarku. Apa saja diomongin sama mereka. Jadi ada tetanggaku sebut saja dia mamanya Daus. Ibu milenial versus ibu jaman dulu itu kan berbeda ya cara mengurus anaknya. Yah itu juga tak luput dari bahan gosip mereka.“Mamanya Daus siang-siang mau kemana sih, rapi banget?” tanya bu Endang.“Beli pampers bu buat anak saya, dirumah sudah habis,” jawab mama Daus.“Mama jaman sekarang mah pada males. Nggak mau repot nyuci celana bekas ompol anak sendiri. kalau mama jaman dulu mah rajin seperti saya ini. Kedua anak saya nggak pernah pakai pampers,” balas bu Endang.Mama Daus menjawab kalau jaman dulu memang tidak ada pampes. Tapi bu Endang menyudutkan mama Daus kalau jadi ibu itu males. Tidak seperti jaman dahulu yang selalu rajin. Mama Daus melanjutkan jalannya menuju
Read more
Keluarga Bu Siti Ada kemajuan
Aku mendengar pertanyaan dari ibu dan segera menjawabnya, “Iya bu sebentar lagi,”Ibu memelukku dan menguatkanku. Beliau berkata tidak usah mendengar omongan bu Endang yang terkenal memang menyayatkan hati. Sebelumnya aku sudah memberitahu ibu kalau semalam habis dari shorum bersama bu Sari beliau yang membayar kontan mobil. Nanti aku cukup mengangasurnya potong gaji dan bonusku tidak keluar sebagai ganti membayar mobil.“Terima kasih ya, bapakmu nanti akan senang jika pulang dari pasar. Sekarang Dara berangkat kerja dulu,” ucap ibuku.“Baik bu, doakan Dara supaya rejekinya lancar ya bu,” pintaku seraya mangambil tas untuk berangkat kerja.Sampai tempat kerja aku seperti biasa aku langsung mengerjakan kerjaanku. Aku fokus dengan beberapa lembar berkas yang ada dimejaku. Tiba-tiba Irma datang dan menyindirku di depan banyak orang. Aku sudah biasa mendapatkan perlakuan seperti ini dari Irma. Tidak di rumah tidak di kantor
Read more
rejeki orang beda-beda
Bu Lastri menjawab setiap rejeki orang beda-beda. Randi gajinya kecil sebagian dikasih saya untuk tambah biaya kebutuhan rumah. Walau ayahnya memberikan nafkah ke saya. Namanya uang anak ya tetap saya terima saya yang muterin uangnya.“Rejeki orang beda-beda bu Endang. Randi dapat banyak kok hasil kerjanya. Ada ponsel adiknya, baju, biaya kuliah,” jawab bu Lastri.“Tuh kan hanya barang-barang kecil. Tuh Dara dapatnya barang mewah,” ucap bu Endang.“Sudahlah mungkin nyimpen uangnya pinter. Nggak udah bandingin rejeki orang bu,” balas bu Lastri.Syukurlah bu Lastri tetangga yang pikirannya nggak sempit seperti bu Endang. Aku heran kenapa bu Endang ini semakin hari semakin membenciku. Padahal suaminya pegawai negeri anak-anaknya pinter keuangan juga lebih bagus."Alah bu Lastri dari perbedaan Rendi dan Dara yang sama-sama bekerja kita itu bisa lihat kalau Dara itu sepertinya menghasilkan uang lebih cepat daripada si
Read more
Nyari ribut mulu
Aku kaget dengan suara yang menyebut aku sombong karena tidak mau menegur sapa. Beliau juga mengatakan aku sudah kaya, aku aminkan saja siapa tahu aku nanti kaya beneran. Semoga doanya dikabulkan aku menjadi orang yang kaya ilmu, rejeki dan tidak sombong. Aku menoleh dan menyunggingkan senyuman dan ternyata itu si biang gosip bu Endang. Malas banget rasanya meladeni bu Endang ini.“Maaf bu saya tidak lihat bu Endang, saya habis pesan makanan langsung main ponsel tidak toleh kanan-kiri, bu Endang sendiri mungkin datangnya duluan saya jadi tidak lihat,” ucapku.“Halah alasan saja kamu itu. Baru bisa kredir mobil bekas saja sudah berlagak. Apalagi nanti dapat suami kaya raya pasti tidak mau kenal tetangga lagi!” seru bu Endang.Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Sungguh bu Endang ini sengaja mencari masalah di depan umum. Aku memilih diam saja karena tidak mau manjadi bahan omongan para tetangga karena adu debat dengan bu Endang di tempa
Read more
Namanya juga hidup bertetangga
Ibuku berjalan keluar rumah menuju sumber suara minta tolong untuk mengetahui apa yang terjadi. beberapa anak muda yang nongkrong di pos ronda berlari juga menghampiri bu Sri. Dengan sigap mereka menolong permintaan bu Sri.“Ada apa bu Sri kok teriak-teriak minta tolong?” tanya ibuku.“Bu Endang tiba-tiba pingsan bu, bu Siti pulang saja nggak apa-apa biar kami yang mengurus bu Endang,” jawab bu Sri.Ibuku pulang ke rumah atas permintaan bu Sri yang akan mengabari apa yang terjadi besok pagi. Bu Sri berkata akan menunggu bu Endang siuman baru pulang. Salah satu anak muda yang nongkrong tadi ke musola mencari pak Nurdin mengabari kalau istrinya pingsan.Ibu sudah sampai rumah lagi dan memelukku. Mungkin ibu tahu apa yang aku pikirkan mala ini. aku juga tidak menyangka bu Endang sebegitu bencinya denganku sehingga memberikan label aku seorang simpanan om-om tanpa bukti yang kuat.“Kak jangan sedih lagi. Lebih baik kita ma
Read more
PREV
123456
...
26
DMCA.com Protection Status