Semua Bab DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU: Bab 11 - Bab 20
190 Bab
KESAL
11Om Pandu mencengkeram pergelangan tanganku. Lalu menariknya dengan kasar menjauhi pemuda itu. Aku meringis dan berusaha melepaskan cengkeraman tangannya."Sakit, Om. Lepas!" pekikku sambal memukuli tangannya. Apa dia sudah gila? Kenapa semarah ini? Apa salahku?Setelah dirasa cukup jauh, dia berhenti dan melepaskan tanganku."Apa-apaan, sih, Om? Sakit tahu!" omelku memegangi pergelangan yang tampak merah."Al, kamu harus hati-hati. Jangan mudah percaya dengan orang asing. Lelaki seperti itu modus, awalnya minta nomor HP padahal ada maunya. Pura-pura tak sengaja nabrak, terus minta nomor. Terus berlanjut saling chating. Om sudah tahu modus lelaki seperti itu," omelnya penuh emosi. Wajahnya masih merah padam dengan urat-urat pelipis yang terlihat berkedut.Aku hanya melongo mendengar kalimat-kalimat yang keluar dari mulutnya. Sumpah, aku baru melihatnya semarah ini. Ternyata sangat menyeramkan. Kemarin-kemarin aku bertingkah konyol dan menyebalkan pun, dia tidak pernah terlihat kesal
Baca selengkapnya
HP BARU
12Mobil itu terus mengikuti, mendahuluiku, dan akhirnya berhenti satu meter di depan. Tubuhku sudah bergetar hebat saking takutnya, menanti apa yang akan terjadi. Bayangan terburuk yang akan menimpa sudah berputar-putar di kepala. Hingga pintu depan samping kiri terbuka.Aku mempersiapkan diri dengan memasang kuda-kuda karena jika orang yang berniat jahat yang turun, aku tidak akan menyerah begitu saja. Aku akan melawan sekuat tenaga, sampai titik darah penghabisan. Namun …."Al, ayok naik!" Sebuah suara yang familier membuyarkan ketakutanku.Suara itu ...."Ayok cepat naik sebelum hujan bertambah besar," lanjut suara itu lembut tapi tegas.Aku sangat mengenali suara itu. Suara dari orang yang membuat hariku sial. Suara biang kerok semua ini. Siapa lagi? Tentu saja Om Pandu.Ketakutan yang sudah membuncah tadi tiba-tiba berubah menjadi kekesalan yang teramat. Apalagi saat kepala Om Pandu muncul di sela pintu yang terbuka."Ayok cepat naik, kita pulang. Sebentar lagi hujan," ajaknya l
Baca selengkapnya
NYONYA PANDU
13Belum percaya rasanya kalau sekarang aku, Alvina Damayanti, di umur yang kedua puluh satu tahun, sudah berubah status. Aku, gadis yang masih suka tidur di ketiak ibu, sekarang sudah menjadi seorang istri.Ya, rasanya waktu begitu cepat berlalu. Jangka waktu seminggu yang diberikan Om Pandu bergulir begitu cepat. Padahal aku, Ayah, dan Ibu, tidak melakukan apa pun selama seminggu itu. Kami hanya duduk santai di rumah. Semua tetek-bengek persiapan pernikahan dari yang terbesar sampai yang remeh temeh sudah diatur Om Pandu.Kami tinggal duduk manis di pelaminan. So sweet banget, kan, Om Pandu? Itu menurut kalian. Menurutku? Entahlah. Sampai sekarang aku masih setengah hati. Belum percaya saja kalau sekarang aku sudah jadi Nyonya Pandu.Padahal tadi pagi, sudah jelas-jelas lelaki itu dengan lantang menghalalkanku di depan orang tua, penghulu, saksi, kerabat, dan semua orang. Kami sudah halal. Iya, halal. Ish, memang kenapa kalau sudah halal? Duduk berdeketan saja aku masih takut. Awas
Baca selengkapnya
SERIBU ALASAN
14"Al, mau jalan sendiri ke kamar atau Om gendong?" tanyanya tegas, sepertinya dia tahu aku sedang mencari alasan.Aku langsung berjalan cepat menuju kamarnya sebelum dia benar-benar menggendongku. Enak saja mau gendong-gendong, nanti nyuri-nyuri kesempatan. Eh tapi, kemarin-kemarin aku sudah pernah digendongnya juga, enggak diapa-apain.Aku langsung duduk di sofa begitu sampai kamar, tidak tahu juga mau apa. Jantung sudah melompat-lompat seolah ingin keluar dari rongganya."Salat, yuk!” ajaknya. “Kamu juga belum salat Isya, kan?"Benar, aku belum salat. Kenapa bisa lupa? Gara-gara mikirin cara menghindari Om Pandu, aku jadi melupakan kewajiban lima waktu itu. Akhirnya kami salat Isya berjamaah. Ini pertama kali dia menjadi imam salat setelah jadi imamku dalam rumah tangga. Kenapa aku belum bisa menerimanya, ya?Bacaan surat-surat Al Quran Om Pandu sangat fasih. Dan dia melantunkan dengan suara merdunya. Sekejap aku terlena. Duh ... sudah ganteng, mapan, rajin salat. Suami siapa, sih
Baca selengkapnya
PENANGGUHAN
15Akhirnya, setelah beberapa kali menarik napas panjang, kubuka juga pintu kamar mandi. Wajah merengut Om Pandu langsung menyambut. Dia memindaiku dari ujung rambut hingga ujung kaki. Keningnya berkerut. "Kamu mau ke mana, Al?" tanyanya heran. "Mau jalan-jalan, Om," jawabku asal. "Jalan-jalan ke mana?""Ke alam mimpi." Aku berlalu meninggalkannya yang masih terbengong-bengong. Namun, langkahku terhenti di dekat tempat tidur. Aku bingung sendiri, apa yang harus aku lakukan. Haruskah langsung merebahkan diri di atas kasur yang sudah seperti kuburan ini? Taburan bunga di mana-mana. "Al, haruskah tidur dengan pakaian seperti itu?" tanya Om Pandu menyusulku."Kenapa, Om? Ada masalah? Badan-badan aku yang pake. Kenapa Om yang repot?" Aku pura-pura berani. Padahal hati sudah tidak tahu bentuknya seperti apa. Saking gugup dan takut.Om Pandu terlihat garuk-garuk kepala yang aku yakin tidak gatal. Aku mulai mengumpulkan kelopak-kelopak mawar yang terserak di atas ranjang untuk disingkirk
Baca selengkapnya
NGIGAU
16Jadi, itu berarti ... aku yang menjajah? Aku yang nyamperin Om Pandu? Aku yang meluk-meluk dia?Tidak. Itu tidak mungkin. Ini pasti akal-akalan Om Pandu saja. Akan tetapi, kalau mengingat kebiasaanku yang tidur jabrah, tidak bisa diam, mungkin juga aku yang menjajah Om Pandu. Lagi pula Om Pandu masih tidur di tempatnya semula, bukan? Kenapa, sih, aku pakai ngigau segala? Pakai acara nyamper-nyamperin Om Pandu? Terus tidur di atas tubuhnya. Peluk-peluk lagi. Dasar tangan tidak ada akhlak. Kalau sudah begini aku malu bukan kepalang. Mana sudah marah-marah menyalahkannya. Ish, malu, malu, malu!Kulirik Om Pandu, dia sudah terpejam lagi seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal jantungku hampir loncat karena kaget mendapati kami tidur saling bertumpuk.Aku memejam. Kalau sudah begini mau bagaimana? Om Pandu memang tidak mempermalukanku, tetapi akum aku sendiri. Ah, ya, mendingan aku tidur di sofa saja. Daripada kejadian sama terulang. Bagaimaan kalau aku kembali menjajah Om Pandu? Kan, ma
Baca selengkapnya
JOGGING
17Kukira setelah salat Subuh, aku bisa tidur lagi. Atau paling tidak bisa bersantai duduk-duduk menikmati camilan sambil nonton TV. Ternyata aku salah, Om Pandu memaksaku ikut jogging. "Aku tidak biasa jogging, Om. Apalagi pagi-pagi buta begini," tolakku dengan bibir mengerucut. "Mulai dibiasakan dari sekarang. Biar sehat, bugar, awet muda, dan bisa bertahan lama," katanya setengah berbisik di ujung kalimatnya. Kemudian terbahak. Aku mendelik. Apa maksudnya coba?"Aku memang masih muda. Belum setua Om," tukasku tak terima."Iya, Om percaya kamu masih muda. Walaupun belum icip-icip. Tapi lebih bagus dari usia muda dibiasakan berolah raga. Agar setelah setua Om nanti, kamu tetap bugar dan cantik. Ayolah jangan malas. Kita keliling kompleks aja. Nanti pulangnya boleh jajan." Nada bicara Om Pandu terdengar seperti seorang ayah yang sedang membujuk anaknya. Akhirnya, dengan berat hati aku mengikutinya jogging pagi ini. Bahkan Prisa pun belum keluar dari kamarnya. Aku mengerti sekaran
Baca selengkapnya
CEMBURU?
18Prisa membawa cangkir tehnya yang masih panas. Lalu, duduk di sebelahku. "Gimana semalam?" tanyanya sambil menyeringai. "Apanya yang gimana?" tanyaku balik dengan kening mengerut. "Udah jalan-jalan ke surga? Udah ketemu belum surga dunianya? Udah sampai langit berapa?"Aku mengernyit tak mengerti. Dia ngomong apa, sih?"Papaku pasti hebat, ya, secara dia gila banget olahraga. Pasti kuat banget," lanjutnya lagi berbisik di depan telingaku, membuatku merinding. Aku menjauhkan kepala dari wajahnya. "Pris, jangan digodain terus mama kecilnya. Nanti kalau dia cerita, malah jiwa jomlo kamu yang teraniaya," sela Om Pandu tiba-tiba sambil duduk merapat padaku. Tangannya menyodorkan segelas susu yang baru dia buat. Sekarang posisi dudukku diapit Prisa dan Om Pandu. Dua-duanya merapat padaku. Membuatku tidak bisa bergerak bebas. Bahkan sulit untuk sekadar bernapas. "Ada banyak kursi di ruangan ini. Harus banget, ya, mepetin aku begini? Baru satu hari di rumah ini, tapi sudah teraniaya
Baca selengkapnya
BIKIN MALES
19Om Pandu? Dia begitu terampil. Dan dalam keadaan seperti itu, dia jadi terlihat sangat ... seksi. Ya, suamiku seksi sekali kalau sedang masak begitu. Lihat punggungnya, bergerak-gerak seiring gerakan kedua tangannya. Duh .... Kok, tiba-tiba jadi pengen meluk dia dari belakang, ya? Terus bersandar di punggung kokohnya. Menghidu aroma tubuhnya dalam-dalam dan ... husss! Mikir apa kamu, Alvina! Sepertinya otakmu sudah terkontaminasi keomesannya."Silakan, My Queen, makan siang sudah siap ...." Tanpa sadar Om Pandu sudah selesai masak dan menyajikan langsung masakan yang masih mengepulkan asap di depanku. Aku menatap nanar masakan yang entah apa namanya, yang pasti ada fillet dada ayam campur sayuran segar di sana. Mungkin menu spesial rumah makan ini. Rasa haru tiba-tiba menyeruak. Om Pandu memperlakukanku sedemikian rupa seperti panggilannya tadi, 'My Queen'. Aku benar-benar tersanjung. Dia bahkan tidak malu memasak di depan para karyawannya. Padahal kalau dia mau, bisa menyuruh
Baca selengkapnya
BOLEH MALAM INI?
20Aku dan Prisa duduk sebelahan sambil selonjoran di atas karpet bulu dengan menikmati camilan. Layar televisi di depan kami sedang menayangkan drakor kesayangan. Sebenarnya Prisa sudah beberapa kali menguap. Sepertinya kantuk sudah menyerangnya, karena hari sudah malam. Namun, dia seperti tak enak hati meninggalkanku sendiri di sini. "Kamu lapar apa doyan, sih? Itu keripik udah mau abis setoples?" Prisa menunjuk toples keripik pisang yang dari tadi kupeluk. "Dua-duanya," jawabku cuek. Sebenarnya bukan masalah lapar, tetapi aku masih marah dengan Om Pandu. Si bocah tua nakal itu. Sudah tua, tetapi kelakuannya seperti bocah. Cemburu buta digedein. Orang bilang cemburu itu tanda cinta. Harusnya bangga dicemburuin sama pasangan, berarti dia benar-benar cinta. Akan tetapi, kalau cemburunya macam Om Pandu begitu, aku jamin dibayar berapa pun tidak akan ada yang mau. Kecuali dibayarnya pakai dollar yang banyak. Hais.Seram. Matanya sampai berkilat-kilat. Wajah merah padam dengan rahang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status