All Chapters of MADU SATU MERTUA: Chapter 51 - Chapter 60
181 Chapters
Bagian 51
“Bapak dan Ibu sayang sama kamu, rasti,”   “Rasa sayang itu bisa dirasakan. Bukan hanya sekadar ucapan dari orang lain.”   “Kenapa aku seperti tidak mengenal kamu, Rasti? Berapa hari kam u bekerja? Dan dengan siapa kamu bekerja? Sehingga sifatmu berubah seperti in ….”   “Kamu terlalu sibuk menjaga Firna. Hingga tidak tahu dengan apa yang terjadi sama aku.”   “Dia sendirian tidak ada yang menunggu.”   “Ada orang tuanya. Atau, bisa meminta siapapun orang yang butuh bayaran untuk menjaganya.”   “Rasti! Jawab dulu pertanyaan aku!” tegas Danang.   “Ok. Aku tidak berubah, Mas. Aku hanya seperti orang yang tersadar dari mimpi yang sangat panjang. Yang dinina bobokan oleh singa, hanya agar aku tidak pernah bangun dan tahu kenyataan yang terjadi.” Mendengar jawaban Rasti, danang tersentak. Ada gurat gelisah di wajah. Hatinya mendadak diliputi keta
Read more
Bagian 52
Danang gelisah di dalam kamar tidur. Ia yang sudah berbaring menunggu sang istri datang seperti waktu-waktu sebelumnya –harus menlan rasa kecewa. Sejak sore tadi, Rasti bersikap sedikit pendiam. Meski dirinya berusaha mengajak mengobrol berkali-kali, wanita yang telah ia nikahi bertahun-tahun itu menjawabnya singkat.   Pun dengan Nadine, si Sulung yang sangat dicintainya itu berkali-kali tertangkap basah tengah memandang dirinya dengan tatapan yang tidak biasa.   “Kakak kangen sama Papa?” pancing Danang saat lepas Maghrib anaknya selesai sholat. Nadine menggeleng.   Danang lalu mengajaknya ke teras, dengan alasan menunggu pedagang lewat.   “Kakak marah sama Papa?” tanya Danang lagi saat keduanya duduk bersila di atas keramik.   “Kakak hanya takut. Suatu hari nanti, kami harus diusir Eyang dari rumah ini,” jawab Nadine polos.   “Kakak, Sayang, jangan berpikir
Read more
Bagian 53
"Rasti, kita perlu bicara,” ucapnya saat Rasti telah bersiap berangkat. Sementara Nadine dan raline telah menunggu di depan rumah.   “Tidak ada yang perlu dibicarakan, Mas. Kita ini suami istri yang yah, seperti biasanya. Jadi, menurut aku, tidak ada masalah penting,”   “Kamu benar-benar berbeda,” desis Danang.   “Setiap orang, akan berada di fase yang berbeda suatu ketika. Entah karena sebuah kejenuhan, keadaan yang menyakitkan, maupun karena disebabkan oleh suatu kebohongan yang ia ketahui. Meskipun suami istri, tapi masing-masing dari kita, tetaplah pribadi yang memiliki ruang untuk privasi,” ujar Rasti datar.   Danang kembali tersentak. Sebuah kata bohong, begitu menampar hatinya.   “Pulanglah cepat! Aku akan mengajak kalian jalan-jalan,” ucap Danang memberi perintah.   “Aku tidak yakin, bila hari ini tidak ada yang memintamu datang.” Usai berkata demikia
Read more
Bagian 54
Ponsel Rasti kembali berdering saat ia akan menjalankan kendaraan dari bank menuju sekolah kedua anaknya. Dengan terpaksa menyandarkan motor kembali dan mengangkat telepon yang ternyata dari sang suami. “Pulang cepat, ya? Kita akan jalan-jalan,” ujar Danang tanpa basa-basi. Rasti yang semula berniat menjemput Nadine dan Raline, mengurungkan niat. Karena untuk saat itu, dirinya tidak ingin berdekatan dengan Danang. Karena ia sadar, terlalu lemah bila sudah berdekatan dengan lelaki yang telah mengarungi biduk rumah tangga dengannya bertahun-tahun, terlebib bila sudah mendapatkan sentuhan kasih sayang. “Tidak! Kali ini aku tidak akan mundur,” ujarnya seraya menggelengkan kepala. “Aku sudah teralu lemah, karena merasa dicintai seseorang di saat kehilangan orang tua. Ada hal yang harus aku kerjakan, dan aku tidak akan mampu melakukannya bila Mas Danang sudah mengatakan sesuatu hal yang manis. Ah,
Read more
Bagian 55
Tak berapa lama, wanita itu kembali dengan sudah memakai daster. Jilbab instan senada dan bibirnya memakai pewarna yang merah menyala.   “Mak, gak usah berlebihan, sih,” ucap Maryam sengit.   “Biarin aja deh, Mar. Mak juga ‘kan kepengin dandan.”   Rasti hanya tertawa melihat pertengkaran kecil kedua ibu dan anak di hadapannya. Ia lalu bangkit dan bersiap pergi.   “Eh, Ras!kamu sudah makan belum?” tanya Sumarti membuat rasti berhenti. “Sudah sholat belum?” sambungnya lagi.   Rasti menggelengkan kepala.   “Kamu ini, Ras. Kamu muslim apa bukan? Kok ya jam segini belum sholat dan mau bertamu. Mau sholat jam berapa? Ayo, sana, sholat dulu! Bagaimana mau berjuang? Kalau kamu tidak minta tolong sama yang punya jagat raya?” omel Sumarti. Bibirnya yang sudah merah merona bergerak lincah.   Untuk kali ini, rasti terpukul dengan apa yang Sumarti kat
Read more
Bagian 56
“Bik, jadi  minta aku buatin catetan buat ditanyakan ke mantan RT?” Rasti masih saja menggoda, ketika Sumarti turun dari motornya. “Jangan berlaku tidak sopan sama orang tua!” bisik Sumarti. Takut bila candaan Rasti didengar Maryam. Rasti tertawa terbahak-bahak. “Pulang dulu ya, Bik. Besok-besok, aku antar catatan pertanyaan ke rumah Bibik,” candanya lagi. “Bocah nggak sopan sama orang tua. Eh, ingat! Kalau ke sini lagi, bawa anak-anakmu. Bibik pengin kenalan juga. Keluarga kamu cuma Bibik. Jangan buat mereka tidak kenal.” Sumarti berkata sambil membenahi jilbab instannya. Rasti hanya memberi kode ok, dengan menautkan jari jempol dan telunjuknya. Ia lalu menarik tuas gas meninggalkan rumah wanita yang berbibir merah itu. “Maafkan aku, Bik, aku belum bisa membawa Nadine dan Raline ke rumah Bibik. Itu karena, aku masih mera
Read more
Bagian 57
“Kenapa kamu hanya bisa bersikap tegas sama aku, Mas? Tidak pada ibu kamu. Sekarang jawab pertanyaan aku! Apa kamu sudah menceraikan Firna? Mengucapkan talak pada dia yang sudah kamu nikahi secara agama itu?” Bola mata Rasti menatap tajam wajah Danang yang hanya berjarak dua puluh senti darinya. “Rasti, ini berbeda. Aku adalah pemimpin kamu. Jangan mengaitkan dengan hal itu,” ujar Danang membela diri. “Jawab pertanyaan aku! Apa kamu jadi menceraikan Firna? Atau justru, kamu menikmati peran seorang suami saat berdua dengannya di rumah sakit?” tegas Rasti. “Rasti, aku tidak mungkin melakukan hal itu di saat Firna sakit.” “Ok, jadi, aku juga tidak bisa berhenti bekerja di saat kondisiku dan anak-anak berada di ujung tanduk. Dan kami terancam harus angkat kaki dari rumah ini.” “Itu tidak akan terjadi, rasti. Kamu harus
Read more
Bagian 58
“Sampai kapan kamu akan diam seperti ini, Rasti?” tanya Danang suatu malam saat anak-anak sudah tertidur. Rasti masih berkutat dengan laptop dan laporan pembelian bahan baku. “Rasti!” panggil Danang keras. “Kenapa, Mas? Tidak bisakah kamu memberikan aku sebuah waktu, untuk aku bisa hidup dengan alam pikiranku sendiri? Toh, selama bertahun-tahun, aku sudah menjadi istri yang menuruti semua aturan kamu? Aku juga pribadi yang ingin memiliki senggang waktu untuk hidupku sendiri,” jawab Rasti datar. Tatapannya masih tertuju pada layar di hadapannya. Namun, jemari telah berhenti mengetik. “Apa kamu punya rahasia?” tanya Danang lagi. Ia mendekatkan wajah pada wajah Rasti yang duduk di lantai. “Apa kamu menyembunyikan rahasia dari aku, Mas?” Rasti melempar pertanyaan yang sama. “Rahasia apa? Bahkan, pe
Read more
Bagian 59
“Mah, nanti acaranya jam dua siang, ya? Kamu kalau bisa jangan kerja. Aku jemput ke rumah pas Zuhur,” ucap Danang saat akan pergi bekerja. “Iya,” jawab Rasti singkat. “Tas yang ada di kamar, itu buat kado. Nanti kamu bungkus, ya?” “Maaf, Mas, aku sibuk sekali. Kan harus pulang cepat. Kamu aja yang mbungkus, ya? Sekalian berangkat kerja. Mampir aja di toko aksesori,” tolak rasti halus. “Hemh, baiklah.” Danang tersenyum dan membelai pipi sang istri, kemudian pergi. “Sudah siap?” tanya Rasti saat melihat dua anaknya ke teras dalam keadaan berseragam dan memakai tas. “Sudah,” jawab mereka kompak. Sebelum pergi, tidak lupa, Rasti mengunci pintu terlebih dahlu. “Mah …,” panggil Nadine ketika sang ibu baru selesai mengunci
Read more
Bagian 60
  Part 35 “Iya, Pak, saya ingat diajak ke sini. Itu sebabnya, saya datang untuk meminta bantuan.” “Hal yang dapat kamu lakukan hanya memblokir sertifikat itu. Dan menggantinya dengan yang baru. Karena memang, pergantian sertifikat tanah bagi orang yang sudah meninggal, itu harus dilakukan oleh ahli waris. Apabila kasusnya seperti kamu, sertifikat ada pada mereka, maka, yang dapat kamu lakukan ya itu, memblokir semua sertifikat dan menggantinya yang baru. Masalahnya, apa kamu tahu, berapa asset yang dimiliki orang tuamu?” Rasti menggeleng. “Rasti, kamu ini terlalu lugu atau bodoh?” ujar Aris setengah kesal. “Baiklah, nanti, saya coba cari file yang bertahun-tahun lalu. Semoga masih ada ya? Tapi, saya memang menyimpan berkas satu tahun itu dalam sebuah flashdisk. Dan untuk data yang tahun-tahun sebelum ada benda itu, juga ada file-nya
Read more
PREV
1
...
45678
...
19
DMCA.com Protection Status