Lahat ng Kabanata ng MADU SATU MERTUA: Kabanata 71 - Kabanata 80
181 Kabanata
Bagian 71
Betapa terkejutnya Danang, setelah mengetahui kalau mereka sedang mencari sertifikat showroom.“Kenapa bisa gak ada?” tanya Danang ikut heran.“Ya, ibu tidak tahu, Danang. Ibu taruh di sana. Lagian, siapa yang berani masuk kamar ini dan mengambil benda itu? Itu sertifikat ada di balik map yang sudah usang. Tidak berharga sama sekali,” ujar Wening dengan masih meneliti baju yang ada di lantai satu per satu.Danang menggigit bibir bawahnya. Ia mencoba mengingat-ingat sesuatu hal, kemudian menghubungkan dengan pertanyaan rasti tadi pagi. Ia lalu berbalik dan menuju kamarnya.“Apa mungkin, Rasti mengambil sertifikat itu? Makanya dia tadi tanya tentang orang tuanya?” gumam Danang setelah duduk di tepi ranjang. Ia terlihat berpikir keras.Merasa tidak tenang, dirinya bangkit dan berjalan mondar-mandir di dalam kamar.Sebuah ketukan di pintu membuatnya berhenti. Saat ia membukanya, Hartono berada di sana. “Apa ada yang masuk kamar, saat kamu di rumah dan bapak ibu tidak ada di rumah?” tanyan
Magbasa pa
Bagian 72
Hartono memandang wening lekat. “kita ke rumah Danang,” ajaknya.“Kenapa ke sana? Ibu malas ke sana,” tolak Wening.“Karena bapak tahu, siapa yang ambil sertifikat kita,” jawabnya tegas.Meskipun dalam keadaan bingung, Wening akhirnya menurut saja. Ia segera berdandan dan bersiap ke rumah menantu yang tidak diinginkannya.Wanita yang umurnya sudah tidak muda lagi itu, memang selalu menjaga penampilannya, agar terlihat berkelas. Wening akan selalu mempertahankan trah ningrat supaya di mata siapapun, ia akan dipandang sebagai bangsawan.Celana panjang warna abu-abu, dipadukan dengan blouse lengan tiga perempat motif bunga dan riasan yang sempurna serta rambut sepanjang leher yang disisir rapi, membuat tampilannya terlihat mewah dan elegan.Hartono mengendarai mobil dengan masih diam. Pun dengan Wening. Ia sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Karena pikiran dan hatinya sibuk dengan perasaan enggan untuk bertemu dengan Rasti.Halaman rumah Danang tidak cukup untuk parkir kenda
Magbasa pa
Bagian 73
“Bapak!” Danang berteriak. Seolah ingin menghentikan ayahnya untuk menyakiti Rasti.“Diam di sana, atau istrimu bapak celakai.” Ancaman Hartono terdengar tidak main-main.“Cepat tunjukan!” teriak Hartono saat mereka sudah ada di kamar.Danang mengikuti keduanya, tapi ia tidak bisa melakukan apapun. Hanya sorot mata yang menatap Rasti dengan iba.Satu tangan hartono mencekal lengan Rasti. Sementara tangan yang lain, membuka lemari pakaian dengan paksa.Rasti terlihat kesakitan dan meronta, berusaha melepaskan diri. Namun, tenaga ayah mertuanya lebih besar, sehingga usahanya sia-sia.Dengan beringas, Hartono mengobrak-abrik seluruh isi lemari. Rasti yang berada dalam cekalan, berkali-kali jatuh, mengikuti gerakan ayah Danang.“Lepaskan, Pak Hartono, tanganku sakit,” rengek Rasti.Karena tidak mendapati benda yang diinginkan, Hartono terlihat murka. Ia menatap bengis pada menantu pertamanya. Tangan yang kosong berpindah menjambak rambut Rasti seraya berkata, “dimana kamu sembunyikan sert
Magbasa pa
Bagian 74
“Rasti, kamu mau ke mana?” tanya Danang ketakutan, saat melihat istri yang bibirnya sudah membesar keluar kamar dalam keadaan rapi.Alih-alih mendapatkan jawaban, Danang justru diabaikan. Rasti berjalan begitu saja melewati sang suami yang memandangnya dengan iba.“Aku antar, kamu mau ke mana?” Danang menghalangi langkah Rasti.“Minggir! Jangan campuri urusan aku lagi!” lirih Rasti. Namun, dengan nada yang tegas. Sorot matanya memperlihatkan kalau ia sangat marah.“Rasti! Kamu dalam keadaan tidak baik-baik saja. Kamu mau kemana, katakan! Mau berobat? Mau jemput anak-anak? Biar aku yang melakukan,” bujuk Danang.“Sadar kamu, Tuan Danang, kalau aku saat ini sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja?” ucap Rasti dengan sinis. “Dari tadi kamu kemana saja? Aku dalam keadaan tidak baik-baik saja saat bapak kamu datang. Melakukan kekerasan yang mungkin saja, dia membunuhku. Dimana kamu? Apa kamu tidak bisa melihat tadi? Kenapa kamu tidak mau menolong? Saat ini, aku sudah lolos dari cengkeram
Magbasa pa
Bagian 75
“Sayang, nanti kita nginep di losmen, ya? Soalnya, tadi itu mama kejar-kejar tikus, ada banyak. Mama bunuh itu, dan saat membersihkan rumah, mama jatuh. Rumahnya kacau. Mama mau suruh tukang bersih-bersih. Jadi, sementara kita menginap di sana, ya?”“Tapi, Ma ….” Hendak menolak, perkataan Raline langsung dipotong oleh kakaknya.“Iya, Ma. Gak papa. Kita sekalian refreshing, ya? Daripada suntuk di rumah terus,” ucap Nadine.“Uluh-uluh, anak mama tahu dari mana itu kata refreshing?” goda Rasti. Nadine hanya tersipu malu.“Tapi, baju kita?” tanya Raline. Ia masih terlihat enggan bila diajak menginap.“Nanti kita beli, ya?”Setelah Raline setuju, Rasti mengajak kedua anaknya pergi ke sebuah losmen. Ia memilih tempat yang paling bersih di tengah kota. Tidak lupa, meletakkan tas sekolah di kamar tempat mereka akan menginap, sebelum ketiganya mengunjungi salah satu toko pakaian.Mereka pun kembali dengan membawa beberapa potong baju, juga makanan.“Mama, kita apa akan menginap di sini lama?
Magbasa pa
Bagian 76
Menunggu gilirannya untuk masuk ruang poli, Rasti iseng berjalan mengelilingi rumah sakit. Beberapa pasang mata mengamatinya karena di bibirnya terlihat bengkak parah. Namun, perempuan beranak dua itu tidak peduli.Mata Rasti tertuju pada satu bangunan yang terpisah dengan bangunan utama rumah sakit. Di atas bangunan tersebut, terdapat sebuah kubah kecil. Sejenak, ia berdiri mematung. Ada sebuah getar yang memanggilnya untuk segera berjalan ke sana.Dengan pelan dan tatapan tanpa kedip, Rasti terus melangkah, mendekati tempat ibadah orang muslim yang sengaja disediakan rumah sakit. Langkahnya langsung menuju tempat air wudhu. Dan ia tersadar, jika sedari Dzuhur, dirinya belum menunaikan ibadah wajibPerih ia rasa, saat air ia usapkan ke bagian wajah dan mengenai bibir.Rasti duduk bersimpuh setelah selesai sholat. Nyaman ia rasakan, saat menunaikan kewajibannya dengan perasaan pasrah sepenuhnya pada Sang Pemilik hidup.Mulanya ia hanya menitikkan air mata. Namun, lambat laun, isak tan
Magbasa pa
Bagian 77
“Bapak telah bertindak gegabah. Bapak sudah membuat Rasti sakit dan terluka. Apa Bapak tidak berpikir ke depan?” ujar Danang kesal.“Jangan dikte bapak, Danang! Sampai detik ini, bapak masih curiga, istri kamu yang mengambil sertifikat itu,”“Tapi tidak harus dengan menganiaya dia, ‘kan, Pak?” tanya Danang lirih. Sorot matanya memperlihatkan kemarahan. Namun, ia tidak berani mengungkapkan itu.“Sudah sepantasnya dan waktunya, bapak mengembalikan dia ke tempat yang seharusnya. Jangan menasehati bapak. Bapak tahu, apa yang harus bapak lakukan. Dan ingat! Saya Hartono, tidak akan kalah dengan siapapun. Apalagi dengan Rasti yang hanya seorang perempuan yatim piatu,” tegas Hartono. Ia lalu bangkit dan masuk ke kamarnya, diikuti Wening.“Sudah ketemu sama pengacara, Pak?” tanya Wening begitu pintu ditutup.“Sudah. Masalah yang mudah untuk diatasi. Untuk urusan kekerasan yang aku lakukan, kamu tidak perlu khawatir,” jawab Hartono.“Syukurlah. Jangan sampai, bapak kalah,” ucap Wening mengusap
Magbasa pa
Bagian 78
“Kenapa?” tanya Aris setengah tersenyum.“Oh, gak papa,” jawab Rasti berbohong.“Kamu takut sesuatu hal?” tanya Aris lagi. “Jangan pernah takut, bila kamu berada dalam posisi yang benar,” sambungnya lagi.“Saya sendirian di sini, Pak,” aku Rasti jujur. “Saya harus berjuang seorang diri untuk mendapatkan keadilan,”“Kamu saja yang tertutup. Jangan khawatir. Tunggulah sebulan lagi. Ketika semua sertifikat berhasil diblokir dan kamu sudah maju untuk pembuatan sertifikat baru, kamu sudah bisa melakukan semuanya. Atau membongkar tengan semua hal yang kamu tahu. Sekarang, pulanglah! Lanjutkan hidup dan temani anak-anakmu. Kamu tidak perlu ke sini lagi. Saya yang menguruskan semuanya. Dan bila sudah waktunya tiba, kamu akan saya hubungi.”“Masalah pengacara itu, bagaimana, Pak? Soalnya, saya kemarin melihat mertua saya ada di rumah itu. Sepertinya, rumah Pak Hanung.”“Pulanglah! Tenangkan hati kamu. Segala yang menjadi milikmu, pasti akan jatuh ke tanganmu. Bila ada orang-orang zalim yang se
Magbasa pa
Bagian 79
Menunggu adalah hal yang sangat membosankan bagi Rasti. Karena dalam masa itu, ia harus tetap bertahan satu rumah dengan Danang. Pria yang tidak bisa melindunginya dari amukan Hartono. Aris pun tidak memberikan kabar apapun terkait pengacara yang akan ia sewa. Sampa pada suatu malam, Danang mendekati dirinya yang sedang menonton tayangan televisi. Seperti biasanya, ia mencoba mengajak Rasti berbincang, tapi diabaikan.“Apa kamu akan seperti ini selamanya, Rasti? Terus, rumah tangga seperti apa yang kita jalani, bila kamu terus menerus begini? Lelah, Danang mengungkapkan kekesalannya.“Anggap saja begitu, Mas. Jalani saja semuanya. Seperti kamu menjalani pernikahan keduamu dengan Firna, yang tidak ada keputusan untuk mengakhiri.” Selepas berkata seperti itu, Rasti bangun dari duduk dan masuk ke kamar anak-anaknya.Kesal terus menerus diabaikan, Danang menyambar kunci dengan kasar. Dan pergi menuju rumah orang tuanya.Rumah Hartono terlihat sudah sepi. Ragu untuk membangunkan orang tuan
Magbasa pa
Bagian 80
Firna tersipu malu, saat Danang memundurkan wajah. Denag cepat, jari jemarinya mengusap bibir yang basah. Ayah Nadine dan Raline itu memalingkan wajah pada hamparan sawah di depannya. Ia juga terlihat malu. “Maaf,” ujarnya.“Untuk apa? Aku halal buatmu,” jawab Firna. Sorot matanya terlihat sebuah harapan, untuk mendapatkan hal yang lebih dari yang mereka lakukan sebelumnya.Lama mereka saling diam. Danang yang masih memandang lurus ke arah depan. Sementara Firna, tidak menggeser lirikan bola matanya pada arah lain selain pada lelaki yang ada di sampingnya.“Aku masuk dulu,” pamit Firna yang terlihat putus asa.Saat kakinya hendak melangkah di ambang pintu, panggilan dari sang suami membuatnya terhenti. “Apa?” tanyanya setengah kesal.“Aku lapar,” jawab Danang sambil menarik sedikit kedua ujung bibirnya.“Mau makan apa?” tanya Firna dingin.“Terserah kamu,” sahut Danang.Dengan langkah malas, Firna mengayunkan kaki menuju dapur.Sepiring nasi dengan lauk rendang daging yang sudah dipan
Magbasa pa
PREV
1
...
678910
...
19
DMCA.com Protection Status