All Chapters of Cintaku Terhalang Weton: Chapter 11 - Chapter 20
224 Chapters
11. Ada Yang Mencoba Merusak
Setelah mengantarkan gadisnya menuju mobil, Danang pun melangkah dengan lebar-lebar, tak ingin terlambat mengkuti pertemuan pagi, apalagi ia juga belum sempat sarapan. Harus diakui kalau ia memang beruntung mendapatkan kiriman dari Ayu. Danang memang tak pernah sarapan di rumah saat bekerja, demi mengejar waktu. Setidaknya jika sarapan di kantor, ia masih bisa absen lebih awal dan tidak khawatir akan terlambat, meskipun menu yang disajikan itu-itu saja. Danang langsung membawa bekal pemeberian Ayu ke pantry dan menikmati pecel ndeso kesukaannya. “Wuih enake,” gumam Danang mulai menyantap sarapan paginya. “Selamat pagi Pak Danang, kayaknya enak banget tuh,” suara seorang perempuan mengejutkannya. “Pagi Bu Dinda, sarapan dulu Bu,” kata Danang berbasa-basi. Dinda adalah rekan satu divisi dengannya. Sebenarnya dia anak orang ka
Read more
12. Kedatangan Tamu
Ayu mengangguk hormat dan melemparkan senyum pada seorang wanita yang nyaris berpapasan di rumahnya. Wanita itu begitu anggun dengan gambis berwarna kalem dan beraksen rample batik pada bagian bawahnya. Jilbab yang dikenakan berwarna senada, tanpa aksesoris dan variasi jilbab yang beraneka macam model. Namun kesemuanya tak meninggalkan kesan elegan. Ini pertama kalinya Ayu melihat sosok wanita di hadapannya, dan tentunya ia merasa asing. Namun atas nama kesopanan dan keramahan ia pun menunduk hormat. Apalagi, di belakang wanita ini Ibu dan Budhenya terlihat begitu akrab. “Baru pulang Nduk?” tanya Bu Ratmi. “Njih (Ya) Bu,” jawab Ayu dengan sopan. “Ini kenalin temennya Budhe Ning Bu Lastri, Ibunya Wira,” tunjuk Bu Ratmi. Kemudian wanita paruh baya ini pun melirik ke arah tamunya yang anggun dan mulai membicarakan tentang Ayu putrinya.&nbs
Read more
13. Sudah Ditentukan
“Yu, sini sebentar!” panggil Ibunya yang tengah menikmati sajian teh kental khas kota Solo. Hampir saja perempuan ini melengos saat Ibunya memanggil. Seakan ia sudah tahu apa yang akan disampaikan oleh Ibunya kali ini, apalagi kalau bukan masalah perjodohannya dengan lelaki pilihan ibunya. “Njih Bu, wonten napa (Iya, Bu ada apa)?” tanya Ayu dengan sopan. Walaupun ia sudah menduga kemana arah pembicaraan mereka kali ini, tapi Ayu tetap berusaha untuk bersikap sopan, dan berharap dugaannya salah. “Duduk dulu Yu,” kata Ibu memintanya untuk mengambil tempat berseberangan dengannya. Bu Ratmi pun menoleh dan mengangguk pada kakaknya. Wanita paruh baya ini sengaja memberi kesempatan pada kakaknya untuk menyampaikan sesuatu yang sepertinya tidak perlu untuk ditunda-tunda lagi. “Yu, Bu Lastri tadi bilang sama Budhe dan Ibumu,
Read more
14. Gagal Dinner
Dengan sabar dan telaten, Danang membantu Dinda untuk memberikan solusi. Rekan kerjanya belum juga mencapai setengah dari target bulanannya. “Hmmm jadi begitu ya Bu Dinda,” kata Danang sambil mengangguk-angguk setelah mendengarkan cerita bagaimana Bu Dinda menawarkan produk investasi dari bank tempat mereka bekerja. “Mmm cara saya salah ya Pak?” tanya Bu Dinda sambil menunduk menyembunyikan wajahnya. Tampaknya Dinda malu setelah menceritakan caranya yang menggunakan metode hard selling yang tentunya akan membuat calon nasabah kabur. Sembenarnya bukan ia tak mengerti tentang soft selling yang sekarang sangat ideal digunakan oleh para sales, tapi inilah cara agar ia bisa berdekatan dengan Danang. “Oh nggak … nggak kok,” balas Danang sambil melayangkan tangan di udara. “Oh, tapi kenapa susah banget buat closing ya? Padahal ya aduh gim
Read more
15. Salah Sangka
Ekspresi canggung tak dapat disembunyikan oleh Danang saat harus duduk berdua dengan Dinda, rekan sekerjanya. Pemuda berkulit sawo matang itu makan dengan cepat dan berharap agar bisa segera selesai dan pulang ke rumah.   Berbeda dengan Dinda, momen ini justru dirasanya begitu istimewa. Sepertinya ia mengambil kesempatan untuk bisa berlama-lama dengan rekan sekerjanya ini.   Uhuk! Danang terbatuk lantaran ia makan dengan cepat, seperti tidak sempat mengunyah. Buru-buru Dinda membuka tutup botol air mineral milik Danang dan memberikannya pada lelaki itu.   “Minum dulu Pak, kayaknya keburu banget. Emang ada apaan sih?” tanya Dinda mulai mencoba menarik perhatiannya.   “Aduh alasan apa ya, nggak mungkin juga aku ngomong yang sebenarnya,” batin Danang.   “Nggak,” jawab Danang.   “Atau Bapak tidak nyaman ngobrol dengan saya? Memangnya saya salah ya Pak ngajak Bapa
Read more
16. Cemburu
Belum genap lima menit Danang menyelonjorkan kakinya setelah berlari mengitari stadion Manahan, ia pun langsung bangkit. Kali ini tujuannya bukan berlari untuk menjaga kebugarannya, tapi seorang perempuan bertopi merah muda yang baru saja melewatinya. Perempuan itu Ayu, yang sejak semalam selalu menolak setiap panggilan telepon darinya. Pesan Ayu yang membatalkan acara makan malam benar-benar berhasil mengusik pikirannya. Ia tak hentinya memikirkan apa yang dialami Ayu setelah mereka tahu kalau tujuannya keluar rumah adalah untuk bertemu dirinya. Sebagai seorang laki-laki, tentunya ia harus berani menghadapi, dan bertanggung jawab jika sesuatu terjadi pada Ayu. Apalagi hubungan diam-diam ini memang melibatkan dirinya. “Ayu … Ayu!” teriak Danang yang mulai menambah kecepatan berlarinya agar bisa menjejeri gadis pujaannya. Ayu menoleh sejenak, dan kembali berkonsentrasi pada aktivita
Read more
17. Rencana Ayu
Danang tak berkata apa-apa lagi menanggapi ucapan kekasihnya. Ia hanya menyentuh tangan Ayu dan mengusapnya perlahan. “Iya Mas ngerti, entahlah,” jawab Danang kemudian menyiram wajahnya dengan air dalam minuman kemasannya. “Maaf ya Mas, aku sudah berusaha menolak, tapi Mas tahu sendiri kan?” Danang hanya mendengkus, “Ya Mas ngerti. Kamu masuk siang kan?” tanya Danang berusaha untuk mengalihkan pembicaraan. “Iya Mas.” “Ya udah, kalau gitu mending kita pulang aja sekarang daripada orang tuamu nyari lagi.” Ayu langsung menggenggam lengan Danang erat, dan menahan laki-laki itu untuk beranjak menjauh darinya. Danang pun berbalik dan mengusap rambut perempuan yang selama ini selalu menemaninya itu. “Semua terserah kamu Yu. Coba saja turuti apa kata orang tuamu, temui saja lelaki
Read more
18. Salah Mengira
Sesekali Wira menunduk atau menoleh ke arah jendela di ruang tamu kediaman Bu Ratmi. Pemuda ini sebenarnya malas untuk ikut kedua orang tuanya mengunjungi rumah kawan mereka, terlebih untuk sebuah acara yang bertajuk perjodohan.   Wira mengamati keadaan sekeliling, rumah ini masih kental dengan nuansa Jawa, dominasi kayu jati, atap joglo, perabot ukiran dan juga pintu yang rendah dan membuat tamu harus menunduk saat masuk. Menurut tradisi, pintu yang dibuat rendah mengandung filosofi agar tamu menghormati Tuan Rumah dengan cara menunduk ketika memasuki rumah.   Keadaan rumah seperti ini memang bertolak belakang dengan Wira yang berjiwa modern. Wira yang terbiasa berplesiran ke kota besar bahkan luar negeri memang memiliki gaya hidup yang modern, dan tentunya rumah tinggal Ayu terkesan janggal baginya.   “Huh jaman sekarang masih aja ada yang tinggal di rumah dengan dekor seperti ini. Kalau dari keluarga kurang mampu sih
Read more
19. Gagal
Bu Lastri menghela napas panjang saat melihat penampilan Ayu di depannya. Gadis itu terlihat berbeda dengan saat bertemu pertama kali dulu. Saat pertemuan pertama ia menganggap Ayu adalah sosok menantu yang ideal baginya. Perangai yang sopan serta tutur kata yang lembut membuatnya memberikan nilai sempurna untuk Ayu. Penampilan Ayu kali ini membuat dirinya bertanya-tanya sebenarnya ada apa dengan calon menantunya itu. Apakah mungkin ia telah salah atau terburu-buru memberikan penilaian untuknya. “Astaghfirullah, aku mikir apa, kok bisa aku menilai seseorang hanya dari penampilan saja,” pikir Bu Lastri kemudian melemparkan senyum pada keluarga Ayu. “Ayu seneng banget lho Jeng saat tahu kalau njenengan (Anda) sekeluarga mau datang ke sini untuk mempertemukan Wira dengan Ayu. Sampai-sampai anak saya mengambil jadwal libur, padahal seharusnya hari ini dia masuk pagi,” kata Bu Ratmi yang terlihat antus
Read more
20. Hanya Ingin Dengannya
Bu Lastri langsung menuju ke ruang duduk dan menegak air dingin begitu tiba di kediamannya. Wanita ini sepertinya kehilangan mood setelah pulang dari rumah Ayu. “Huft!” keluhnya. “Mmm kopi apa teh Pak?” tanyanya setelah mendapati sang suami ikut duduk menjajarinya. Ini adalah kebiasaanya untuk selalu siap melayani sang suami, menawarkan makanan atau minuman tiap kali duduk di sampingnya. “Nggak usah Bu, Bapak ke sini karena pengin ngobrol bareng Ibu.” “Oh, kenapa Pak?” tanya Bu Lastri sambil memutar posisi duduknya hingga menghadap ke arah sang suami. “Ibu itu kenapa? Dari tadi kok kelihatannya ada masalah. Pasti Ibu mikirin perempuan yang mau dijodohkan dengan anak kita Wira kan?” tanya Pak Hendrawan. Wanita anggun itu pun menghembuskan napas panjang kemudian mengangguk.
Read more
PREV
123456
...
23
DMCA.com Protection Status