Semua Bab Suami Tampan Istri Tak Rupawan: Bab 51 - Bab 60
75 Bab
Curiga
Naila hanya menggelengkan kepala karena dia sendiri tak tahu dari mana Eva mendapat nomer ponselnya. "Jangan pergi-pergi dulu, kamu 'kan sedang hamil muda, Sayang. Bukankah hari Minggu pagi kita menghadiri pesta pernikahannya Clara?" Riko berusaha membuat Naila tak bertemu temannya. "Hemm ... aku sudah bilang, Mas, tapi katanya malam hari juga nggak apa-apa," ucap Naila seraya mengeratkan pelukannya. "Kamu nggak tanya, ada perlu apa dia minta ketemu? Aku bukannya nggak mengijinkan tapi kalau memang penting, kenapa dia nggak ke sini aja?" tanya Riko yang mulai curiga pada teman Naila. "Aku sudah tanya tadi, katanya cuma kangen aja. Aku juga sudah suruh dia main ke rumah tapi dia bilang nggak enak sama kamu, Mas." Naila bicara sejujurnya tanpa ada yang disembunyikan. "Pasti dia hanya cari alasan. Aku yakin temanmu itu pasti sengaja mengajak kamu bertemu di kafe karena dia sudah mengundang teman-temanmu yang lain, seperti Bism
Baca selengkapnya
Naila dilema
Pintu kamar Naila tiba-tiba terbuka, Rony pun terkejut karena dia masih berdiri di depan pintu kamar adik iparnya. "Kak Rony?""Eh ... maaf, Naila. Aku ... aku baru saja mau ke kamarku." Rony mencari alasan untuk menutupi kegugupannya. "Oh ...."Hanya itu yang diucapkan Naila. Dia kemudian berjalan melewati Rony menuju teras rumah. Rony hanya memperhatikan wajah Naila yang tak seperti biasanya. Hari ini adik iparnya sangat cuek dan tidak ramah. "Hemm ... mungkin bawaan bayi dalam kandungannya, ya. Tumben Naila jutek banget," kata Rony dalam hati. Rony pun segera melangkahkan kakinya menuju kamar dan beristirahat. Teringat pembicaraan Naila yang didengarnya, Rony segera memberitahu Riko. Dia hanya mengirim pesan, karena saat ini adiknya masih dalam perjalanan menuju kantor. Naila menghampiri Supri yang sedang memotong rumput di taman depan. Dia kemudian menyerahkan dua lembar uang merah pada Supri yang sudah ber
Baca selengkapnya
Surat dari Sarah
Hari Sabtu pun tiba, Rony segera bersiap pergi ke Kampung Kelapa. Dia menunggu Sarah di mushola sesuai kesepakatan mereka. Menunggu dan menunggu ... hingga adzan dhuhur berkumandang, Sarah tak kunjung datang. Setelah sholat dhuhur berjama'ah di mushola, Rony segera meninggalkan Kampung Kelapa dengan pikiran penuh tanda tanya. Dia sangat yakin kalau Sarah bukanlah wanita yang ingkar janji. Pasti ini ada hubungannya dengan Yakub, itu yang Rony pikirkan saat ini. Sampai di perbatasan Kampung Kelapa, terdengar suara seseorang memanggilnya. "Om Rony!"Rony menghentikan laju kendaraannya dan seorang anak laki-laki dengan tergesa berlari mendekat. Anak laki-laki itu kemudian memberikan amplop berwarna putih padanya. "Maaf, Om Rony, ya? Ini ada surat dari Mbak Sarah." Rony mengangguk dan tersenyum. Dia merasa geli dipanggil dengan sebutan "Om". "Siapa namamu?" tanya Rony sambil menerima amplop putih dari anak laki-laki itu.
Baca selengkapnya
Pesta Pernikahan Clara
Riko memandang wajah Naila dengan penuh rasa cinta. Rasa kesal pada Naila yang keceplosan bicara tadi malam, akhirnya sirna. Dia tersenyum melihat istrinya begitu jelita. Make-up natural ditambah bibir tipis yang memakai lipstik warna mauve, memberikan kesan tampilan yang natural dan segar. Dipadukan dengan set gamis syar'i warna maroon yang dipakainya, membuat Naila terlihat elegan dan menawan. "Kamu seperti manekin mungil yang bisa berjalan, cantik sekali istriku," puji Riko yang membuat pipi Naila semakin merona."Jangan terlalu memujiku, rasanya aku nggak percaya diri saat ini," balas Naila yang juga tak mengenali dirinya sendiri saat melihat bayangan cermin di hadapannya."Kenapa nggak percaya diri? Aku yakin, pengantin wanitanya pasti kalah cantik denganmu hari ini. Aku jadi takut kalau banyak yang menggoda di pesta nanti." Riko mendekati istrinya kemudian mengecup jemari tangan Naila."Kamu ini bisa saja, Mas. Aku suda
Baca selengkapnya
Bertemu teman-teman
"Hai, Vella? Apa kabar?"Rony menyapa mantan istrinya yang hendak pergi dan sudah pamit terlebih dahulu pada Clara. Setelah kedatangan Rony beserta Riko dan Naila, Vella berniat segera meninggalkan pesta. Namun, Rony terlebih dahulu melihatnya dan sekarang berdiri di dekatnya. Jantung Vella berdegup kencang mendengar suara yang sangat dikenalnya. Dengan terpaksa, dia pun membalikkan badan lalu tersenyum memandang wajah laki-laki tampan yang dulu dicampakkannya. "Hai, Rony. Kabarku baik, seperti yang kamu lihat sekarang," jawab Vella mencoba menetralkan debaran hati yang dirasakannya saat ini. "Rencananya berapa hari di Indonesia?" tanya Rony yang membuat Vella kebingungan mencari jawaban. "Eh ... satu ... satu minggu ... ya, satu minggu!""Enak juga bisa libur selama itu. Pasti kamu betah di sana. Saranku, jangan terlalu sibuk mengejar dunia, jaga kesehatanmu juga. Lihatlah dirimu! Badanmu sekarang lebih kurus dan k
Baca selengkapnya
Sikap dingin Riko
"Selamat siang, Pak Riko." Daffa dan Bisma berdiri dan menyapa Riko dengan ramah. "Selamat siang," balas Riko sambil tersenyum mencoba bersikap seperti biasa. Padahal dalam hatinya ingin sekali memaki mereka. "Maaf, ya, aku mau pulang dulu dan terima kasih sudah menemaniku." Naila pun langsung pamit tanpa ingin berlama-lama di pesta. Dia tahu, saat ini suaminya sedang menahan rasa cemburu. "Baiklah, hati-hati, Naila," ucap Daffa. "Kenapa cepat-cepat pulang? Kamu 'kan belum kasih aku nomer ponselmu?" tanya Reza dengan tenang. Pandangan matanya tak pernah lepas dari Naila, membuat Riko tak suka. "Nanti sajalah, Bro. Gampang itu!" sahut Bisma sambil menepuk pundak Reza. "Oke, dech. Hati-hati, ya, Naila. Sampai bertemu lagi." Reza pun terpaksa menyerah dan memberikan senyum terbaik pada wanita yang tiba-tiba mencuri hatinya. Naila hanya tersenyum dan menganggukkan kepala. Setelah berjabat tangan dengan mereka ber
Baca selengkapnya
Penyesalan
Seorang wanita tiba-tiba masuk ke toilet dan terkejut melihat kakaknya yang sedang duduk dan memangku seorang wanita yang tak dikenalnya."Kak Yakub ... astaghfirullah ... apa yang Kakak lakukan? Siapa dia, Kak?" tanya wanita itu yang ternyata Sarah--adiknya Yakub Maulana. Yakub dan Sarah datang ke kafe karena undangan seorang teman yang menawarkan kerja sama. Mereka hendak pulang tapi Yakub pamit terlebih dahulu pada Sarah ke toilet sebentar. Karena tak sabar, Sarah menyusul kakaknya."Aku nggak kenal, aku tadi melihatnya terpeleset dan jatuh terlentang. Aku ingin membantunya berdiri, ternyata dia sudah pingsan duluan." Yakub memberi penjelasan pada adiknya agar tak salah paham. "Ayo, Kak, kita bawa saja ke rumah sakit," ajak Sarah. "Tapi ... bagaimana caranya?" tanya Yakub kebingungan. "Gendong saja, Kak. Ayo, cepat! Kasihan dia kalau kelamaan pingsannya, takut kenapa-kenapa." Sarah terpaksa memberi saran pada kakaknya
Baca selengkapnya
Sebuah rencana
"Maafkan aku, Riko. Terpaksa aku mengambil tindakan medis tanpa persetujuanmu. Aku bingung mau menghubungi siapa, sementara keadaan Naila semakin lemah. Pendarahannya harus segera dihentikan." Setelah sampai di rumah sakit, Riko langsung menemui Hanna di ruangannya. Dokter cantik itu ingin berbicara terlebih dahulu padanya sebelum menemui Naila. "Aku yang minta maaf, Hanna. Aku yang bersalah karena mengabaikan semua panggilan yang ada di ponselku tadi. Aku sangat berterima kasih padamu. Kamu benar-benar sahabat terbaikku." Riko dan Hanna bersahabat dari remaja, bahkan kedua orang tua mereka juga seperti saudara. "Alhamdulillah keadaan Naila juga sudah stabil. Dia sudah dipindahkan ke ruang perawatan yang sama dengan kamar yang waktu itu. Nggak apa-apa 'kan, Riko?" tanya Hanna. "Tentu saja nggak masalah, Hanna. Aku yang harusnya berterima kasih karena sudah merepotkanmu mengurus semuanya. Bahkan kamu sampai sekarang belum pulang karen
Baca selengkapnya
Yakub mulai beraksi
"Assalamu'alaikum ....""Wa'alaikumussalaam ... hai, masuklah. Duduk di sini, Kak." Naila menyambut Sarah dengan gembira. Kemarin Hanna sudah memperkenalkan mereka padanya. Yakub memilih duduk di sofa. "Bagaimana keadaanmu hari ini, Naila?" tanya Sarah sambil duduk di kursi dekat tempat tidur Naila. "Alhamdulillah, aku sudah lebih baik. Aku ingin pulang hari ini, semoga diijinkan," jawab Naila. "Tapi, wajahmu masih pucat." Sarah melihat wajah Naila yang pucat dengan mata yang sembab. "Aku ingin istirahat di rumah saja. Kasihan suamiku, dia pasti akan semakin lelah kalau aku masih di sini," jelas Naila. "Apakah yang baru keluar dari kamar ini tadi suamimu?" Sarah memberanikan diri bertanya pada Naila tentang laki-laki yang dilihatnya. "Benar, Kak. Dia suamiku ... namanya Riko Alamsyah Putra."Yakub tersenyum mendengar nama yang disebutkan Naila. Sesuai dengan dugaannya, laki-laki yang menabra
Baca selengkapnya
Niat Naila
"Maaf, Sayang, aku terlambat datang. Ada masalah di kantor tadi dan terpaksa aku harus mengurusnya terlebih dahulu. Sekali lagi, maafkan aku, ya." Riko mendekati istrinya dan meminta maaf. Dia baru datang setelah waktu menunjukkan pukul dua siang. "Iya ...." Naila hanya menjawabnya dengan singkat. Seandainya marah pun juga takada gunanya. "Tadi Hanna sudah kirim pesan padaku, katanya sore ini sudah boleh pulang. Apa kamu sudah tak pusing lagi?" tanya Riko sambil mengelus kepala Naila yang tertutup jilbab. "Aku akan semakin pusing kalau kelamaan di sini. Apalagi sendirian, nggak ada teman. Sekarang pun aku sudah siap, semua sudah aku rapikan, jadi kita bisa langsung pulang." Naila menunjuk ke arah tas yang ada di sofa. "Maafkan aku, Sayang. Besok aku janji akan menemanimu seharian." Riko tahu Naila kecewa. "Semoga saja ...." Naila tak terlalu berharap karena dia mengerti Riko benar-benar sibuk akhir-akhir ini. "Kita tu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status