Karena ulah seseorang, foto-foto Naila bersama suami beredar di media sosial. Naila sering mendapat hinaan dari wanita tak dikenal. Salahkah dirinya yang tak rupawan bersanding dengan Riko yang tampan? Dan ternyata yang mengupload foto-foto mereka adalah kakak iparnya. Riko berusaha menjadikan istrinya wanita yang menawan. Akhirnya Naila pun menjadi seorang wanita yang cantik dan menarik. Banyak laki-laki yang dibuatnya jatuh cinta. Ditambah hatinya yang mulia, membuat inner beautynya terpancar pada wajahnya. Riko yang sangat mencintai Naila, menjadi lebih protektif menjaga istrinya. Semakin hari sikap Riko semakin berlebihan. Naila merasa hidup dalam sangkar emas. Tanpa disadari, Riko membuat Naila menderita dan sedih. Berbagai godaan dan masalah dalam rumah tangga mereka datang tanpa bisa dihindari.
Lihat lebih banyak"Iya, nggak pantas. Lebih pantasan kita-kita. Lebih modis dan nggak kampungan kayak kamu!"
Naila hanya diam menundukkan wajahnya. Dia tak menjawab bahkan tak terlihat marah mendengar wanita yang baru dikenal menghinanya. Beberapa minggu ini sudah seringkali orang berkata demikian padanya. Naila berusaha kebal dengan ucapan mereka semua.
"Heii, sudah jelek, budeg lagi. Apa kamu bisu juga?"
Naila pun melangkah pergi meninggalkan dua wanita yang masih terlihat marah dengannya. Dibiarkan wanita itu berteriak padanya. Bahkan sudah banyak orang yang berkerumun melihat tontonan gratis akibat teriakannya. Naila tak mau dirinya menjadi bagian dari drama yang dibuat wanita yang sama sekali tak dikenalnya.
Menelusuri jalan pertokoan, Naila tak menghiraukan tatapan mereka. Naila pun menuju tempat parkir, melajukan motor maticnya pulang ke rumah.
Membuka pintu, langsung ke belakang menuju kamar mandi lalu membersihkan diri. Menuju kamar tidur, merebahkan badan, memejamkan matanya yang mengantuk dan lelah. Naila berusaha tidur siang, menghilangkan rasa sakit di kepalanya.
Namun, matanya ternyata tak mau diajak kompromi. Pikirannya pun kembali mengingat kejadian beberapa minggu yang lalu. Alasan banyak orang tak dikenal menghinanya. Bahkan terkesan mencaci-maki dirinya. Sebuah foto dirinya dan suami di saat berdua di sebuah tempat wisata di-upload seseorang yang sama sekali tak dikenalnya. Foto-foto yang memperlihatkan jelas wajah Riko dan Naila, dengan caption yang sangat menyakitkan hatinya.
'Riko dan Naila. Pasangan yang tak serasi. Istrinya sangat tak pantas berdampingan dengan suaminya yang tampan. Dapat ilmu pelet dari mana kira-kira, ya? Hahaha ....'
Begitulah caption dari status yang beredar di media sosial. Bahkan dibuat versi youtube juga. Lengkap dan seakan niat ingin menjatuhkan harga dirinya. Dan para netizen pun berkomentar tanpa menggunakan perasaan. Komentar yang melecehkan dan menjadikannya sebagai bahan guyonan.
Dan tak berapa lama, semua unggahan dihapus oleh pelakunya. Namun, foto-foto dan video yang sudah diunggah beberapa jam, sudah terlanjur mendapatkan ribuan komentar yang menyakitkan. Belum lagi wajahnya sudah tersebar di media sosial.
***
Malam harinya ....
"Maaf, ya, Naila. Aku pulang terlambat. Tadi ada acara syukuran di kantor. Kamu sudah makan, Sayang?"
Riko mendekati Naila yang sedang duduk di depan meja rias. Memeluk istrinya dari belakang, mencium pucuk kepalanya. Riko tahu, istrinya sedang sedih. Terlihat dari butiran air mata yang membasahi pipi.
"Kenapa kamu memilihku? Bukankah banyak wanita lain yang lebih pantas jadi istrimu? Kenapa, Mas? Bahkan aku sering dimaki orang karena tak pantas berdampingan denganmu. Aku sedih, aku lelah ...."
Naila berbicara tanpa merubah posisi duduknya. Dia lebih memilih tak memandang wajah suaminya. Naila tahu, Riko akan marah dengan pertanyaannya. Pertanyaan yang selalu diulang entah sudah ke berapa kalinya.
Riko memutar tubuh Naila agar menghadapnya. Laki-laki itu kemudian berlutut mensejajarkan tubuhnya dengan wanita yang sangat dicintainya. Naila hanya diam, dengan suara isak tangis yang tertahan.
"Sayang, dengarkan aku, pandang wajahku. Aku mencintaimu bukan karena fisikmu. Aku memilihmu manjadi istriku karena kecantikan hatimu. Aku butuh seseorang yang baik untuk melahirkan anak-anakku. Bukan wanita yang tak punya adab yang hanya bisa berdandan, shopping dan memamerkan wajah dan tubuhnya dengan baju seksi dan tas mewah. Tolong, Sayang, jangan dengarkan mereka. Aku tahu kamu sedih, aku tahu kamu terluka. Aku masih berusaha mencari siapa yang meng-upload foto-foto kita berdua. Aku akan mencarinya dan membawanya ke hadapanmu agar meminta maaf padamu."
Riko mencoba menghibur Naila, kali ini dia tak lagi marah seperti biasanya. Riko yakin ada kejadian yang belum diceritakan Naila pada dirinya. Tak biasanya istrinya sampai menangis seperti sekarang. Meskipun biasanya Naila sering menanyakan hal yang sama, namun kali ini istrinya terlihat sangat menyedihkan.
Naila pun memandang wajah Riko. Suaminya memang laki-laki yang sangat tampan. Berbadan tinggi dan tegap dengan kulit yang bersih. Sementara Naila sendiri berwajah sangat sederhana, mata, hidung, bibir, semuanya tak ada yang istimewa, warna kulitnya pun tak seputih Riko, bertubuh mungil dan juga tak tinggi. Jika berjalan berdua dengan suaminya, Naila merasa sangat tak nyaman dengan orang-orang yang memandang ke arah mereka.
"Nggak usah, Mas. Biarkan saja, nggak usah membuang waktu dan materi mencari pelakunya. Toh yang mereka katakan juga benar semuanya."
Riko merengkuh tubuh istri tercintanya. Menggendongnya dan merebahkan tubuh Naila ke ranjang mereka. Naila pun hanya diam, suaminya selalu bisa menghiburnya saat hatinya merasa menderita. Riko pun akan menyenangkan hati istrinya dengan permainan yang istimewa.
***
Dengkuran halus terdengar, pertanda Riko sudah tertidur pulas. Berbeda dengan Naila, matanya masih tak mau terpejam. Pikirannya masih saja mengingat kejadian tadi siang. Malu, marah, nelangsa, bercampur jadi satu. Begitu burukkah wajahnya? Tak pantaskah dia bersanding dengan Riko? Bahkan kita tak tahu dengan siapa kita berjodoh. Bukankah semuanya Allah yang sudah menggariskannya? Begitu banyak pertanyaan yang ada di kepalanya. Membuat pusing semakin melanda. Naila berusaha berteman dengan keadaan. Mencoba mengabaikan semua peristiwa yang membuat beban berat di pikirannya. Memejamkan mata, menenangkan hati, mencoba menjaga kewarasan jiwanya.
***
"Sayang, apakah kamu sakit?" Riko melihat Naila yang masih tidur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Riko baru saja membuka mata dan biasanya sebelum subuh, Naila sudah mandi terlebih dahulu.
"Nggak tahu, Mas. Kepalaku pusing sekali, sepertinya aku demam. Tadi aku sudah minum obat. Mas berangkat sholat saja dulu, aku istirahat sebentar sebelum mandi."
Riko pun mencium kening istrinya yang terasa hangat. Melangkahkan kakinya ke kamar mandi, membersihkan badan, berangkat ke mushola dekat rumah untuk melaksanakan sholat subuh berjama'ah.
Naila berjalan pelan menuju kamar mandi, hawa dingin terasa menusuk sampai tulang-tulang di tubuhnya. Tapi dirinya harus mandi besar, menyucikan diri. Dipaksakannya dirinya mandi dan keramas di pagi buta. Demi menjalankan kewajibannya kepada Yang Maha Pencipta.
Setelah sholat subuh, Naila kembali menyelimuti seluruh tubuhnya. Kepalanya sangat pusing, dan tubuhnya terasa lemah. Riko yang baru pulang dari mushola, mendekati istrinya yang terbalut selimut.
"Sayang, sudah mandi ternyata. Ingin makan apa? Biar aku belikan setelah ini." Riko memandang wajah istrinya, pipinya kembali basah karena air mata. Riko menduga istrinya masih sedih, sakitnya pun mungkin karena depresi.
Riko berbaring di samping Naila, memeluk erat tubuh mungil istrinya. Dikecupnya kening Naila, dengan penuh cinta. Riko mengecup bibir tipis istrinya.
"Sudahlah, Sayang. Jangan dipikirkan lagi. Kalau hatimu terus menerus merasakan sakit, fisikmu juga ikut sakit. Aku sedih melihatmu seperti ini, tolong jangan biarkan hatimu terluka terlalu dalam."
Naila diam, terdengar helaan napas panjangnya. Dengan suara lirih, Naila bertanya, "Mas, apakah kita sebaiknya bercerai saja?"
Ruang tamu rumah Riko telah dihias sedemikian rupa. Seorang lelaki dalam setelan jas pengantin berwarna putih telah duduk bersila di depan sebuah meja kecil.Yakub dan seorang penghulu berpeci hitam tampak berbincang akrab. Rony—sang mempelai pria, tertunduk dengan bibir komat-kamit melafalkan kalimat ijab qobul. Kedua tangannya saling remas, berkeringat, menandakan jika dirinya tengah gugup. Riko yang memperhatikan gerak-gerik Rony sedari tadi lekas menghampiri."Tenang, tarik nafas, keluarkan. Jangan sampai salah. Kalau sampai salah tiga kali, nggak jadi nikah sama Sarah."Mendengar kalimat terakhir Riko, tangan Rony memukul bahu Riko."Aku tegang malah sempat-sempatnya kamu bercanda!" Riko hanya terkekeh melihat ekspresi wajah kakaknya. Hingga beberapa menit kemudian, penghulu memberi kode bahwa acara akan segera dimulai.Ruangan mendadak hening, penghulu memulai acara dengan do'a lalu dilanjutkan dengan beberapa kalimat pembukaan, yang ditujukan kepada seluruh tamu undangan.Sem
Riko terkejut, sontak dia menoleh melihat ekspresi wajah istrinya. Naila terdiam. Sebenarnya dia sama terkejutnya dengan Riko tapi tidak tahu harus berekspresi bagaimana. Naila membalas memandang Riko dengan rasa penasaran. Ada apa tiba-tiba Daffa datang ke rumah mereka? Mendengar nama Daffa disebut oleh Bi Marni, seketika semua orang turut berdiri. Namun, Riko melarang semua orang yang akan turut serta menemui Daffa."Biar saya saja sama Naila yang menemui Daffa."Riko beranjak lalu meraih tangan Naila yang tampak enggan mengikutinya. Riko paham. Dia menunduk lalu berbisik lirih di telinga Naila."Tidak apa-apa, Sayang. Aku percaya padamu."Naila mengangguk dan tersenyum mendengar sebaris kalimat yang baru saja keluar dari bibir Riko. Ada rasa hangat yang menjalar dalam hatinya, membuat kedua bola mata indahnya mengembun.Dengan lembut, Riko membelai kedua pipi Naila. Tanpa sadar, Riko melakukannya di hadapan semua orang."Maaf, ya. Jangan menangis lagi nanti cantiknya hilang."Nai
"Maaf, Mas ... aku hanya terlalu bahagia mendengar kabar ini. Aku baik-baik saja."Setelah siuman, Naila tersenyum sambil memandang kedua orang di hadapannya. Riko masih memegang erat tangannya. Sementara Sarah memijit kedua kakinya dengan lembut. Marni membawakan air madu hangat dan sepiring nasi untuk Naila."Makan dulu, Mbak. Dari kemarin Mbak Naila belum makan. Bibi masakin sayur sop daging kesukaan Mbak Naila. Jangan menyiksa diri sendiri, Mbak. Kasihan Den Riko juga, jadi ikut-ikutan nggak mau makan."Mendengar ucapan Marni, Naila langsung memandang suaminya dengan tatapan penuh rasa bersalah. Riko mengecup lembut jemari Naila dan tersenyum."Maafkan aku, Mas. Aku sudah keterlaluan," ucap Naila penuh penyesalan."Tidak, Sayang ... aku memang salah. Aku pantas mendapatkan hukuman darimu, bahkan mungkin harusnya hukumannya lebih berat dari ini. Selama kamu nggak mau makan, maka selama itu pula aku juga nggak akan makan."
"Sudahlah, ayo kita segera pergi. Kita lihat saja langsung keadaan Naila." Yakub langsung mengajak mereka segera berangkat, membuat Riko merasa lega."Ya, Kakak benar. Aku akan bersiap dulu." Sarah beranjak dari kursi dan berjalan menuju kamarnya."Jangan lama-lama, mentang-mentang ada calon suami nanti ganti bajunya nggak kelar-kelar." Yakub menggoda adiknya, membuat Rony tersenyum."Ish, Kakak ini apa-apaan, sih!" Sarah pun langsung menutup pintu kamarnya dengan kedua pipi yang merona.Mereka berangkat bersama dengan kendaraan roda duanya masing-masing. Rony bersama Riko dan Yakub berboncengan dengan Sarah. Rasa bahagia terpancar pada wajah ketiga orang itu, kecuali Riko yang sedih akibat ulahnya sendiri.Setelah sampai, Riko mengajak Sarah masuk ke kamar menemui istrinya. Terlihat oleh Riko, Naila sedang duduk di sofa dekat jendela sambil mengaji. Hanya itu kegiatan yang dilakukan Naila selama di kamar. "Sayang, lihat si
"Silakan diminum tehnya, Kak." Sarah meletakkan dua buah cangkir teh hangat di atas meja untuk Riko dan Rony. "Terima kasih, Sarah." Rony membalas ucapan Sarah sambil tersenyum. Yakub hanya memandang kedua kakak beradik itu dengan penuh tanda tanya, apalagi Naila tak ikut bersama mereka. "Maaf, Yakub, kedatangan kami ke sini, untuk meminta penjelasan dari kalian soal foto-foto ini. Naila sedang difitnah seseorang dan sekarang dia sedang sedih sampai selalu mengurung diri di kamarnya."Rony menyerahkan ponsel milik Riko pada Yakub. Sarah yang penasaran akhirnya mendekati kakaknya dan ikut melihat foto-foto yang ada di galeri ponsel milik Riko. "Ini kan foto-foto kita saat sedang di food court? Ini kita lagi di bank dan ini foto kita lagi di warung nasi rawon. Banyak sekali foto-fotonya tapi di situ kok cuma ada Naila dan Kak Yakub saja?"Sarah langsung memberi komentar mengenai foto-foto yang dilihatnya. Yakub pun langsung mengangg
Setelah pulang dari rumah sakit, Riko selalu menemani Naila di mana pun dia berada. Semua pekerjaan, diserahkan kembali pada asistennya dulu. Riko sangat mengkhawatirkan istrinya, karena sikap Naila tak seperti biasanya. Naila lebih sering melamun, duduk di sofa sambil memandang ke arah luar jendela. "Sayang ... hari ini waktunya kamu ke klinik kecantikan. Aku akan mengantarmu dan menunggumu sampai pulang. Bagaimana kalau nanti kita pergi ke mall?" tanya Riko sambil mengelus lembut pipi istrinya. "Maaf, Mas, kepalaku pusing. Aku ingin di rumah saja." Naila membalas ucapan Riko tanpa memandang suaminya. "Naila, sudah beberapa minggu ini kamu selalu di rumah. Jangan mengurung diri di kamar terus dong, Sayang. Aku akan menemanimu ke mana pun kamu mau." Riko memegang lembut tangan Naila dan berusaha membujuk istrinya agar mau pergi. "Aku mau sholat dhuha dulu, ya, Mas. Maaf, Mas, aku benar-benar sedang ingin di rumah saja."Naila beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju kamar mandi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen