Semua Bab KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN: Bab 31 - Bab 40
163 Bab
BAB 31
Aku memang sengaja menyindir cara berpakaian Mbak Maya, yang menurutku begitu terbuka. Siapa tau dengan cara aku menyindir dia, kemudian dia akan merasa dan akan introspeksi diri."Ya, cara berpakaian kamu itu lho, Anisa, yang salah. Penampilan kamu itu sudah seperti ibu-ibu pengajian saja," ujar Mbak Maya. Ia memberitahuku, maksud dari ucapannya tersebut.Mungkin menurutnya, kalau perempuan yang memakai gamis, serta kerudung yang lebar. Hanya dikhususkan untuk ibu-ibu pengajian saja, padahal kenyataannya tidaklah seperti itu. Di zaman sekarang, banyak juga perempuan muda, yang telah menutup auratnya. Bukan hanya orang tua, tetapi yang muda pun sudah terbiasa. Aku memang sangat suka, jika memakai pakaian sar'i. Karena menurutku, dengan cara berpakaian seperti ini, dapat menjauhkan diri dari pandangan syahwat para laki-laki. Walaupun cara berpakaianku menurut Mbak Maya seperti ibu-ibu pengajian, tetapi cara berpenampilanku ini masih tetep kelihatan mod
Baca selengkapnya
BAB 32
"Nih, begini cara mengirisnya, Anisa! Kamu lihat baik-baik, bagaimana caranya kalau mengiris bawang." Mbak Maya memberi contoh, dengan cara mempraktekannya."Sini, Mbak, biar aku coba," ujarku. Aku meminta kembali, bawang  yang sedang diiris Mbak Maya tersebut, supaya aku bisa mempraktekkannya. Disaat aku sedang mengiris bawang, Mbak Maya terus saja bertanya, tentang semua hal. Namun, aku hanya menjawab alakadarnya saja. Bahkan, Mbak Maya pun bertanya, tentang masalah pribadi, antara aku dan Mas Andre."Anisa, apakah kalian berdua, sudah pernah melakukan malam pertama?" Mbak Maya, bertanya hal yang sangat intim dan juga sensitif menurutku."Kenapa, Mbak, kok nanyanya pribadi sekali?" Aku balik bertanya kepada Mbak Maya, aku ingin tahu apa maksudna dari pertanyaan tadi."Nggak, apa-apa sih, Mbak, hanya kepingin tahu aja! Soalnya 'kan, kalian menikah itu bukan atas dasar suka sama suka, tetapi karena ter
Baca selengkapnya
BAB 33
 "Tapi semua ini juga ada aku 'kan, Mbak." Aku berkata tidak mau kalah."Iya memamg kamu membantuku, tetapi aku yang memasak, jadi aku yang lebih banyak kerja. Sedangkan kamu apa? Disuruh ngiris bawang saja, kamu nggak becus," ujar Mbak Maya."Ya sudah, terserah Mbak saja," ucapku, sambil berlalu membawa masakan, yang telah jadi untuk dihidangkan di meja makan.Walaupun memasak sambil mendengarkan ucapan Mbak Maya yang tidak mengenakan hati.  Tetapi masakan kami pun pada akhirnya selesai juga, walau dengan telingaku yang harus pengang, serta hati yang bergemuruh menahan emosi. Selesai memasak, aku dan Mbak Maya menata masakan, serta menyiapkan piring dan perlengkapan untuk makan lainnya. Setelah semuanya tersedia di atas meja, aku memanggil Mas Andre untuk mengajaknya makan. Kemudian, kami bertiga pun segera makan bersama-sama. Mungkin, sudah menjadi kebiasaan bagi Mbak Maya, walaupun sedang makan, ia terus saja mengoceh. Mbak
Baca selengkapnya
Bab 34
Aku berbicara panjang lebar, sampai berkata kasar untuk mengungkapkan semua unek-unek yang ada di dalam hatiku, serta akibat dari luapan emosi. Aku malah tidak jadi makan karena mendengar ucapan Mbak Maya tersebut, tetapi aku segera berdiri dan pergi dari hadapan Mas Andre dan Mbak Maya. Aku mengambil tas selempang, yang ada di kursi ruang keluarga dan segera keluar dari rumah itu. Aku merasa muak, jika harus berlama-lama bersama dengan Mbak Maya, yang mulutnya rese. Bisa-bisa aku terkena darah tinggi, kalau harus terus menerus berada di dekatnya."Nis, mau kemana?" tanya Mas Andre, tetapi tidak aku gubris. Sudah, Andre, biarin saja dia pergi. Dasar cengeng, begitu saja kok ngambek." Mbak Maya malah menyuruh Mas Andre, supaya membiarkan aku pergi.Aku terus saja berlalu dari ruang makan.Aku berjalan tergesa-gesa menuju halaman, serta segera membuka pintu gerbang. Aku kemudian berjalan menuju jalan raya untuk menyetopkan taksi atau k
Baca selengkapnya
BAB 35
"Anisa, Mas berharap sama kamu, supaya kamu jangan sampai terpengaruh oleh ucapan, Mbak Maya. Kamu jangan seperti mantan pacar Mas dulu, yang mudah sekali terpengaruh oleh ucapannya Mbak Maya." Mas Andre memintaku, supaya aku tidak terpengaruh oleh Kakak iparnya itu."Mas, pasti bohong, 'kan? Aku nggak percaya sama, Mas. Karena apa yang di bilang Mbak Maya sangat berbeda sekali, dengan apa yang radi Mas bilang kepadaku," ujarku.Aku mengomentari ucapan suamiku, sebab aku tidak begitu saja percaya, dengan ucapan Mas Andre tersebut. Walaupun Mas Andre telah menerangkannya kepadaku, dengan panjang lebar. "Apa yang Mas katakan itu, semuanya bener, Nisa? Kamu harus percaya sama, Mas. Sebab apa yang Mas katakan semuanya benar. Asal kamu tahu, Nis. Kalau waktu itu, Mas hampir saja menikah, dengan mantan pacar Mas. Tetapi semuanya  gagal, gara-gara ulahnya Mbak Maya," ujar Mas Andre. "Masa sih, Mas? Kok bisa ya, Mas, ada o
Baca selengkapnya
BAB 36
"Kok kamu ngomongnya begitu sih, Nisa? Apa kamu selama ini nggak percaya sama, Mas?" Mas Andre, malah balik bertanya kepadaku, kalau aku ini percaya kepadanya atau tidak."Maaf, Mas, kalau aku belum sepenuhnya percaya sama, Mas. Karena, Mas, kemarin nikahin aku bukan karena Mas cinta sama aku, tetapi karena Papa yang meminta. Sebenarnya  Mas terpaksa 'kan, nikah sama aku?" tanyaku.Aku menanyakan alasan, kenapa Mas Andre mau menikah denganku. Padahal dia tidak mencintaiku."Mas, aku melihat kalau Mbak Maya, sepertinya sangat mencintaimu. Ia juga bilang, kalau Mas sebenarnya mencintai dia. Mbak Maya memberitahuku, kalau Mas juga pernah mengungkapkan perasaan kamu terhadapnya. Kata Mbak Maya, Mas Andre pernah  mengungkapkan perasaan Mas terhadapnya. Waktu itu Mas telah mengatakan cinta kepada Mbak Maya, tetapi waktu itu suaminya Mbak Maya masih hidup. Apa itu benar, Mas?" tanyaku.Aku mengatakan, apa yang tadi aku dengar la
Baca selengkapnya
Bab 37
Mas Andre membujukku, supaya aku mau di ajak masuk lagi ke rumahnya. Aku pun menyetujui ajakan suamiku itu. Apalagi saat mendengar, kalau dibelakang rumah ada taman."Ok, Mas, kalau begitu aku mau kembali. Tapi benar ya, nanti setelah makan Mas akan mengajakku ke taman? Aku sumpek, Mas, kalau terus melihat Mbak Maya terus. Mataku butuh penyegaran, jadi aku harus melihat pemandangan untuk cuci mata." Aku mengungkapkan semua yang aku rasa saat ini."Iya, Nisa. Apalagi besok pagi, kita 'kan diminta Papa untuk datang ke kantor, buat mengurus cabang yang tadinya dipimpin Bagas. Betul tidak?" tanya Mas Andre, ia membenarkan ucapanku.Mas Andre mengajakku kembali kerumahnya, ia juga mengajakku untuk cuci mata untuk melihat taman bunga, yang ada di belakang rumahnya. Mas Andre juga mengingatkanku, kalau besok pagi harus ke kantor cabang sesuai perintah Papa. Aku disuruh Papa untuk  menyelesaikan urusanku, dengan kedua cecunguk yang bernama B
Baca selengkapnya
BAB 38
 "Mbak Maya, nggak sih, Mbak, kalau bicaranya sedikit saja baik untukku. Mbak, tidak perlu berkata seperti itu, karena bagaimana pun ini adalah rumah mertuaku juga. Kita di sini punya hak yang sama ya, Mbak. Kita sama-sama sebagai menantu," ungkapku."Tapi, kamu itu baru menjadi menantu di sini. Sedangkan aku sudah lama, serta sudah memiliki anak?" Mbak Maya ngeles."Biarpun aku baru di keluarga ini, tapi suamiku masih hidup, Mbak. Jadi aku lebih berhak tinggal disini, Mbak. Aku mau datang atau pergi, ya terserah aku. Mbak nggak usah ngatur-ngatur aku dan nggak ada hak untuk itu! " Aku mengungkapk
Baca selengkapnya
BAB 39
"Sudahlah, Mbak, nggak usah diperpanjang lagi, ini cuma masalah sepele kok. Lagian juga aku masih mampu untuk mengambilnya sendiri. Lagian juga Anisa baru beberapa hari menjadi istriku, makanya ia belum terbiasa dengan semuanya ini," sahut Mas Andre.Mas Andre benar-benar membelaku, dihadapan Mbak Maya ini. Aku merasa percaya diri sekarang, sebab suamiku membelaku di hadapan orang yang mau menjatuhkanku."Mbak Maya, kalau memang Mbak mau membantu Anisa, supaya menjadi istri yang berbakti kepada suami, aku akan sangat berterima kasih sama Mbak. Tetapi jika Mbak Maya cuma mencari celah kesalahannya Anisa, hanya untuk sekedar mengatainya, lebih baik Mbak diam saja." Mas Andre berkata lagi mengomentari ucapan Mbak Maya iparnya."Kok, kamu malah bicara seperti itu sih, Andre?" Mbak Maya sepertinya tidak suka, ketika Mas Andre berbicara seperti tadi.Mbak Maya terlihat jelas tidak suka, saat suamiku membelaku. Mas Andre juga sampai
Baca selengkapnya
BAB 40
"Kenapa juga aku harus cemburu sama dia? Dia itu hanya seorang laki-laki parasit, berbeda sekali statusnya denganku." Mas Andre berkata dengan penuh percaya diri."Ya barangkali saja, Mas cemburu sama aku karena aku ngomongin dia!" ujarku menyelidik.Aku menelisik wajahnya, barangkali ada perubahan yang signifikan dari diri Mas Andre. Karena ucapan bibir dan kenyataan, yang dirasa oleh hati bisa saja berbeda."Mungkin, kalau orangnya selepel denganku, bisa saja aku akan cemburu! Tapi ini mah ... maaf ya, bukan sombong. Ia cuma seujung kuku aku," ucap Mas Andre. Ia berkata dengan sangat merendahkan Mas Bagas, tetapi biar saja karena itu memang kenyataannya."Nis, apa Mas boleh tahu? Kenapa bisa kamu berhubungan dengan si Bagas? Bahkan kamu hampir saja menikah dengannya?" tanya Mas Andre.Ia bertanya tentang masa laluku, mungkin karena ia merasa heran kenapa bisa aku berhubungan dengan penghianat itu. Seorang lelaki benalu, yang menginginkan harta keluargaku. "Memangnya, Mas penasaran
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status