Semua Bab KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN: Bab 51 - Bab 60
163 Bab
Bab 51
"Kalau memang kamu sudah punya calon, segera pertemukan sama Papa ya, Nisa. Papa ingin berkenalan dengan dia," pinta Papa lagi."I ... iya Pah," sahutku."Secepatnya ya, Nisa!" Papa memintaku untuk segera membawa Mas Bagas ke hadapannya. Aku hanya berharap, supaya Mas Bagas bisa diajak kompromi."Iya, Papa, Iya. Nanti Anisa akan membawa calon Anisa, supaya segera bertemu langsung sama Papa." Aku menyahut ucapan Papa, walaupun dengan sedikit gugup."Ok, Anisa, Papa tunggu!"Papa mengatakan lagi, kalau dia menunggu kedatangan calonku. Tetapi aku merasa tidak yakin, jika aku bisa melakukan semua ini. Aku tadi begitu kepedean, hingga menyebut Bagas adalah calon suamiku. Padahal aku belum tahu, bagaimana perasaannya kepadaku, apakah dia suka atau tidak? 'Duh bagaimana ini? Padahal tadi saat ketemuan kami hanya berkenalan biasa, bukan sedang mengungkapkan rasa dari hati ke hati. Tapi biarlah Mas Bagas akan menjadi urusanku nanti, yang penting sekarang aku mengamankan diri dari perjodoha
Baca selengkapnya
Bab 52
Papa terus saja memuji Andre, padahal orangnya sudah tidak kelihatan lagi. Pujian Papa, membuat aku menjadi muak. Apa coba yang membuat Papa yakin dengan Andre ini. Andai saja Papa tahu, dengan apa yang aku rasa. Mungkin ia tidak akan begitu memuji rekan bisnisnya itu."Nisa, anak jaman sekarang itu sudah jarang sekali lho, yang memiliki sifat seperti, Nak Andre. Makanya Papa ingin sekali agar dia yang menjadi jodohmu, tetapi sayang kamunya malah menolak. Jujur, Anisa, sebenarnya Papa kecewa dengan sikap kamu," sambung Papa."Pah, mungkin saja Andre bersikap seperti itu karena dia segan sama Papa, makanya ia bersikap sebaik mungkin. Bukankah Andre merupakan rekan bisnis, Papa?" tanyaku. Aku mengomentari pendapat Papa, tentang sikap Andre dan menerangkan persiku dalam menilai Andre. Aku mengomentari sikap Andre yang tadi ramah terhadap Papa itu bukanlah sifat aslinya, melainkan karena Papa merupakan rekan bisnisnya"Ya sudah terserah kamu saja pokoknya Papa mau, supaya kamu segera
Baca selengkapnya
Bab 53
"Iya, Papaku sayang. Anisa, pulang dulu ya, Pah. Assalamualaikum," ucapku sambil pamit. Aku memeluk Papa mencium pipi kiri dan kanannya, serta punggung tangan Papa."Waalaikumsalam, anak manja," sahut Papa, sambil melerai pelukan dan mengusap pucuk kepalaku dengan lembut. Aku pun segera pergi dari ruangan Papa, sambil menenteng tas selempangku, serta mengalungkannya di leher dengan posisi menyamping. Aku berjalan melewati meja sekertaris Papa, yang bernama Mbak Irma. Kebetulan, Mbak Irmanya sedang menulis di mejanya."Mbak, aku pulang duluya. Assalamualaikum," pamitku, sambil mengucapkan salam."Iya, Mbak Anisa. Hati-hati di jalan ya," sahutnya."Iya, Mbak, terima kasih mengingatkanku," kataku"Sama-sama," sahut Irma.Aku pun segera kembali berjalan, menuju pintu keluar kantor Papa. Sesampainya di halaman kantor, aku berjalan menuju tempat parkiran dimana mobilku berada. Saat aku sampai ke parkirkan, aku dikejutkan dengan orang yang tiba-tiba menyebut namaku. Namun aku tidak tahu dar
Baca selengkapnya
Bab 54
Setelah terbuka, baru aku tahu siapa yang dari tadi memanggilku. Rupanya Andre yang melakukannya dan ia belum pergi dari kantor Papa, atau mungkin juga sengaja sedang menungguku. Eh aku kege'eran, hee ..."Ada apa? Kenapa kamu terus memanggilku? Pakai embel-embel anak manja lagi, tau dari mana kamu?" tanyaku kepada Andre."Memang kenyataannya 'kan, kalau kamu itu anak yang manja?" Ia malah bertanya, serta berkata dengan enteng."Ih ... dasar nyebelin! Kamu itu sebenarnya mau apa sih? Apa kamu mau bikin gara-gara sama aku?" tanyaku lagi dengan sedikit emosi.Aku memang tidak suka, jika aku dibilang anak manja oleh orang lain kecuali Papa. Makanya aku tidak mau dijodohkan sama Andre, selain dia jutek mulutnya juga julid seperti itu."Terserah kamu, kalau kamu memang merasa aku telah membuat gara-gara. Dadah anak Papa yang manja," ucap Andre, sambil melajukan mobil dan membunyikan klakson sekeras mungkin. Membuat aku melongo dan dibuat jengkel olehnya."Andre, kamu itu dasar nyebelin!" t
Baca selengkapnya
Bab 55
"Kenapa emangnya, Bi?" tanyaku heran."Ya karena makanannya 'kan beracun, otomatis bisa membuat Bibi meninggal dong, Non. Kalaupun nggak sampai meninggal, setidaknya mungkin Bibi sakit. Terus kalian pasti tidak akan Bibi urus makannya," sahut Bi Inah, membuatku tertawa.Asisten rumah tangga Papa yang satu ini memang kocak, ia suka sekali berguyon. Sehingga membuat aku dan Papa sering sekali mentertawakannya."Oh iya ya, ternyata Bibi memang pinter. Lagian jangan sampai makanan yang kita makan mengandung racun dong, Bi. Makanya Bibi harus terus menjaga kesehatan, biar Bibi bisa terus memasak makanan enak untuk kami. Bibi bukan hanya seorang asisten rumah tangga di rumah ini, tapi Bibi sudah Anisa anggap, sebagai pengganti Mama." Aku mengungkapkan isi hatiku kepada Bi Inah, bahwa aku sudah menganggapnya sebagai pengganti Mama yang telah tiada."Ya ampun Non, terima kasih," ucap Bi Inah, sambil memelukku. Iya menangis di pelukanku, aku pun membalas pelukannya kami menangis bersama."Sud
Baca selengkapnya
Bab 56
Selesai mencuci muka, aku kembali ke kamar dan ternyata Ratna juga sudah ada di kamarku. Ia duduk di sofa, sambil melihat album foto yang biasa di simpan di laci meja."Hai, Ratna, maaf ya kamu nunggu lama," ucapku"Santai aja, Nisa, seperti sama siapa saja. Memangnya kamu ada apa sih, sampai menyuruhku datang?" Ratna bertanya, tentang maksud dan tujuanku menyuruhnya datang ke rumah Papa."Begini lho, Rat. Tadi saat aku di jalan, setelah ketemuan sama kamu dan Mas Bagas. Aku di telpon sama Papa, supaya aku datang ke kantornya. Aku pun datang dong ke kantor, Papa. Aku kira, ada apa aku di suruh kesana? Rupanya ... Ratna, Papa mau menjodohkanku, dengan orang yang bernama Andre. Andre adalah seorang pemuda, yang merupakan rekan bisnis Papa." Aku menjelaskan, awal mula aku menyuruhnya datang saat ini. Aku berterus terang sama Ratna, kalau aku di mau dijodohkan okeh Papa dengan pria bernama Andre. Supaya Ratna memberikan solusi tentang masalahku ini."Ya terus," ucap Ratna, ia memotong uc
Baca selengkapnya
Bab 57
"Anisa, bukanlah uang segitu tidak ada apa-apanya buat kamu? Masa Iya sih, kamu nggak mau modalin calon kekasihmu? Lagian juga ini semua untuk penampilan calon suami kamu, biar lebih pede ketika bertemu dengan Papamu." Ratna mendesaknya, supaya aku memberi uang tersebut.Ia juga memberikan alasan, kalau uang yang ia minta itu untuk menunjang penampilan Bagas. Supaya Bagas tidak minder lagi saat bertemu Papa. Namun tetap saja aku juga mesti tahu, kemana saja uang sebanyak itu."Iya, Ratna, tapi untuk apa saja uang dua puluh juta itu?" Aku bertanya kembali kepada Ratna, tentang fungsi uang dua puluh juta tersebut."Begini ya, Anisa. Bagas itu tidak mempunyai pakaian, serta sepatu yang bagus untuk menunjang penampilannya. Dia juga harus pergi ke salon, supaya kelihatan lebih tampan dan terawat. Jangan sampai Papa kamu melihat Bagas, hanya dengan sebelah mata. Walaupun Bagas bukan orang kaya sepertimu, tetapi jika melihat penampilannya berkelas. Bukankah akan kelihatan berkelas juga nanti
Baca selengkapnya
Bab 58
"Iya dong, Nisa. Aku memang ikut seneng, soalnya kamu sudah tidak jomblo lagi, selamat ya sahabatku," ujar Ratna, sambil memelukku"Oh ... begitu, terima kasih ya, Ratna. Kamu emang teman terbaikku," timpalku. Aku pun membalas pelukan Ratna, kami berdua saling berpelukan saling bahagianya."Nis, mana uangnya? Aku mau segera pulang, aku juga akan segera mengabari Bagas. Pasti dia seneng banget, saat mendengar kamu menerima cintanya." Ratna meminta uang untuk merubah penampilan Bagas. Ia pun mengurai pelukan kami."Oh iya, Ratna, sebentar ya." Aku berdiri untuk mengambil dompet, dari tas yang tadi siang aku pakai."Ini, Rat, pakai aja kartu debitku. Soalnya aku nggak punya uang kes sebanyak itu di rumah, jadi harus narik dulu. Saldonya juga kalau gak salah, masih sekitar lima puluh jutaan. Masih ada sisa, dari yang kamu minta." Aku menyerahkan kartu ATMku kepada Ratna."Kenapa kamu nggak pakai kartu kredit saja, Nisa? Kalau pakai debut 'kan, nanti uang tabungan kamu habis." Ratna ber
Baca selengkapnya
Bab 59
Setelah Ratna menghilang dari pandangan, aku pun kembali ke dalam rumah. Aku mau makan karena perut sudah berbunyi, minta diisi dari tadi. Semoga saja Ratna amanah, dia tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan.*****Setelah salat Isya, aku tidak keluar kamar lagi Aku menonton televisi di kamar, sambil menunggu mata ngantuk. Aku menonton sinetron kesayanganku, yang sedang viral saat ini, yaitu sinetron ikatan cinta. Pada saat aku sedang asyik menonton film Andin, suara handphone-ku berbunyi. Aku pun segera mengambil benda pipih tersebut, yang berlogo apel digigit. Benda pipih itu tergeletak, di atas meja depan sofa yang sedang aku duduki. Aku juga segera membuka kunci layar, untuk melihat siapa yang menghubungiku. Rupanya notifikasi tadi, chat dari nomer yang tidak aku kenal. Aku penasaran siapa orang ini, lalu segera aku baca chat tersebut.[Assalamualaikum, Anisa. Mungkin kamu heran ya, kenapa ada nomer baru mengirim chat kepadamu. Ini nomerku, Nis, Mas Bagas. Begini, Nisa, Ma
Baca selengkapnya
Bab 60
Lama menanti balasan, yang tidak kunjung ada, sampai akhirnya kantuk pun datang. Aku pun mematikan televisi dan naik ke atas spring bed king size milikku. Lampu kamar pun di ganti dengan lampu tidur, serta tidak lupa memakai selimut super tebal, tetapi bahannya tidak panas. *****"Nis, kapan calonmu, akan menemui Papa?" Papa kembali bertanya kepadaku, tentang calon suamiku kapan akan menemuinya. Papa bertanya kepadaku, pada saat kami akan sarapan bersama."Nanti Nisa akan menanyakannya dulu ya, Pah. Kapan waktunya dia bisa menemui Papa," jawabku.Aku menjawab pertanyaan Papa dengan perasaan yang lumayan lega, soalnya aku merasa yakin, kalau Mas Bagas telah siap menemui Papa."Ok, Nisa, Papa tunggu ya," ujar Papa, sambil menyendok nasi."Iya, Pah, pokoknya Papa tenang saja ya. Anisa pasti akan membawa calon suami Anisa ke hadapan Papa," sahutku."Iya, Anisa, Papa akan tetap menunggu kapanpun itu. Ayo kita sarapan dulu," ajak Papa.Setelah itu kami pun makan dengan tenang, selesai maka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
17
DMCA.com Protection Status