Semua Bab KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN: Bab 21 - Bab 30
163 Bab
Bab 21
"Iya, Nisa. Kamu tadi berada di pinggir kolam sebelum kamu pingsan. Mas, yang bawa kamu ke kamar. Maafin Mas ya, Nisa. Mas, nggak tahu, kalau akan seperti ini. Mas, nggak tahu, kalau kamu nggak bisa berenang. Tadinya, Mas cuma iseng ingin mengajak kamu bercanda, tapi malah membuatmu hampir celaka." Mas Andre memberitahukan alasannya, aku bisa sampai ada di dalam kamar."Maafin, Mas ya, Nisa! Terserah deh, kalau kamu mau ngapain saja untuk membalas kesalahan, Mas. Walaupun kamu mau pukul, Mas, silahkan, Nisa! Asalkan kamu mau memaafkan semua kesalahan Mas," ucap Mas Andre. Ia, meminta maaf kepadaku, sambil menggenggam tanganku. Permintaan maafnya pun begitu tulus kepadaku, hingga membuatku tidak bisa marah kepadanya. Rupanya, Mas Andre begitu mengkhawatirkan aku, saat melihat keadaanku saat ini. Nada bicaranya pun terdengar lembut, tidak seperti biasanya yang selalu sinis dan datar. Dia juga sudah menyebut dirinya, Mas. Tidak berkata aku seperti
Baca selengkapnya
Bab 22
"Em ... itu, anu, Nisa. Maafin, Mas ya, Nisa. Karena Mas nggak tega, saat melihat kamu pingsan, serta memakai pakaian yang basah. Jadi, pakaianmu Mas yang gantikan! Maaf Mas ya, Nisa. Karena Mas telah lancang," ucapnya. Mas Andre meminta maaf terus dan terus kepadaku. Ia berkata jujur, kalau dirinya lah yang telah mengganti pakaianku. Tapi aku merasa lucu, kenapa ia harus minta maaf. Toh kami sekarang telah resmi menjadi pasangan suami istri, yang sah menurut agama dan juga negara. Jangankan hanya mengganti pakaianku, bahkan kalau Mas Andre mau menuntut haknya dariku pun ia layak. Aku merasa jika di balik, sifat Mas Andre yang jutek dan juga sinis. Namun, ia memiliki hati yang lembut, jujur dan apa adanya."Tapi ... Mas, kamu nggak ngapa-ngapain aku 'kan? Awas saja ya, Mas, kalau sampai kamu memanfaatkan situasi. Aku nggak akan maafin kamu,"  ucapku mengancam.  Aku bicara sambil, melihat wajah Mas Andre. Mataku awas menelisik w
Baca selengkapnya
Bab 23
"Lagian, kamu ini lucu. Aku harus bertanggung jawab bagaimana lagi, coba? Kamu itu sudah menjadi istriku halal bagiku, jika mau melakukan apapun, meskipun kamu menolaknya. Namun, aku tidak akan memaksamu karena, aku mau melakukan kewajiban itu, sampai kamu sudah merasa siap. Aku mau melakukan hubungan itu, atas dasar suka sama suka, bukan karena keterpaksaan." Mas Andre berkata dengan sangat gantleman. Ia mau menungguku, sampai aku sudah siap.Mendengar penuturan Mas Andre, membuat aku menjadi percaya padanya. Aku juga merasa lega, sebab Mas Andre tidak akan memaksakan kehendaknya, sebelum aku siap"Terima kasih ya, Mas, kalau kamu mau menungguku sampai aku siap." Aku berterima kasih kepada suamiku itu. "Iya, Nisa, kamu tenang saja. Bagaimana keadaanmu sekarang? Apakah kamu sudah mendingan?" tanya Mas Andre.Mas Andre bertanya, kini ia menanyakan keadaanku sekarang. Aku merasa senang  mendapat perhatian walaupun cuma sek
Baca selengkapnya
BAB 24
 Dia bukannya menuruti mauku, malah terus-terusan ngomel padaku. Mas Andre membujukku, kalau memang aku mau menonton. Aku harus makan dulu, supaya akunya cepat sembuh. Aku sekarang, sudah dianggap anak kecil oleh Mas Andre."Ya, Mas, kok kamu begitu sih!" kataku tidak senang."Tunggu, Anisa, sampai kamu benar-benar pulih. Baru kita nonton," ucapnya. Mas Andre memberi keputusan, dan perkataannya itu tidak bisa diganggu gugat.Setelah sekian lama terdiam, aku pun teringat tentang Sonia. Aku penasaran dan ingin menanyakannya kepada Mas Andre, tentang siapa Sonia itu dan ada hubungan apa, antara Mas Andre dengannya. Sungguh aku merasa penasaran, serta hati ini merasa tidak tenang, sebab aku ingin mengetahui yang sebenarnya."Mas ... sebenarnya, Sonia, itu siapa sih? Apa hubungannya denganmu? Apa dia itu pacarmu ya, Mas?" Aku bertanya kepada Mas Andre, tentang Sonia. Perempuan yang tadi Pagi ketemu di taman.Ak
Baca selengkapnya
Bab 25
"Ada apa, Nis?" tanya Mas Andre, sambil datang tergopoh-gopoh menghampiriku. Mungkin Mas Andre kaget, saat mendengar teriakanku."Mas ... ini lho, kok di leher aku ada tanda merahnya! Ini kenapa ya, Mas? Perasaan tadi pagi nggak ada tanda merah seperti ini lho, Mas! Apa mungkin, saat aku terjebur ke dalam kolam tadi, terus ada serangga yang menggigitku?" tanyaku. Aku sangat panik, saat melihat leherku ada tanda merahnya."Mana, Nis, coba sini aku lihat?" Mas Andre meneliti leherku. "Ini lho, Mas, kenapa ya kok bisa begini?" Aku bertanya sambil memiringkan kepala, supaya Mas Andre bisa melihatnya. Mas Andre pun menghampiriku, kemudian ia melihat leherku."Oh i-ini mu-mungkin alergi, Nis. Karena kamu salah makan kali, Nis." Mas Andre berkata dengan terbata, ia juga gugup saat bicara. Membuat aku menjadi curiga padanya. Mas  Andre juga bilang, kalau aku ini terkena alergi m
Baca selengkapnya
BAB 26
Mas Andre memberikan solusi, tentang penyakit yang aku alami saat ini. Namun, aku merasa aneh, dengan sarannya ini. Aku merasa, kalau Mas Andre saat ini sedang menyembunyikan sesuatu. Kenapa bisa, ia malah menyuruhku minum susu, daripada membawaku bertobat ke dokter. 'Apakah Ada sesuatu, yang Mas Andre sembunyikan dariku?' Aku bertanya dalam hati*****Keesokan harinya, kami berniat untuk mengunjungi kediaman orang tuanya Mas Andre. Menurut dari ceritanya, kedua orang tua beserta kakak Mas Andre telah meninggal dunia. Sedangkan rumah peninggalan orang tuanya, kini di tempati oleh Kakak iparnya, yang bernama Maya dan juga anaknya Gio. Aku dan Mas Andre sengaja datang, buat memberitahu kakak iparnya itu, bahwa  kami sekarang telah resmi, menjadi pasangan  suami istri. Walaupun  acara pernikahan ksmi berjalan secara mendad
Baca selengkapnya
Bab 27
Mas Andre tidak langsung menjawabnya, tetapi ia malah melangkahkan kaki, masuk ke dalam rumah sambil nenuntunku. Aku dan Mas Andre pun duduk di sofa, yang berada diruang tamu. Setelah berada di dalam, Mas Andre pun mengutarakan maksud dan tujuannya datang ke rumah ini."Mbak Maya, maafkan Andre. Andre datang kesini, cuma mau memberitahu, Mbak. Kalau sebenarnya Andre telah menikah, acara pernikahannya dua hari yang lalu. Nah ini, Mbak, istrinya Andre namanya Anisa." Mas Andre memberitahu Mbak Maya, maksud dan tujuan kami berdua datang ke rumah ini. Ia juga memperkenalkan aku sebagai istrinya."Apa kamu bilang, Andre? Kamu sudah menikah? Beneran kamu, Ndre, kalau kamu itu telah menikah? Kok tega banget sih kamu, Andre sama, Mbak. Sampai-sampai mau nikah pun nggak ngasih tahu, Mbak. Apa karena Mbak cuma Kakak iparmu, sehingga kamu tidak mau memberi kabar kepada, Mbak?" Mbak Maya memprotes tindakan Mas Andre, serta menyalahkannya. "Maaf ya, M
Baca selengkapnya
Bab 28
"Kamu tau nggak, Ndre, kalau Sindi itu sangat cantik, bodynya juga sangat bagus dan yang paling penting dia itu baik. Dia itu seorang model lho, Ndre. Kamu tahu nggak, Andre, kalau Sindi itu sudah menjadi model, yang sudah go internasional lho. Kalau kamu dekat dengan dia, apalagi  kalau sampai kalian menikah, sudah pasti Sindi bakal menunjang karir kamu dan juga perusahaan kamu, Andre. Makanya Mbak mau mendekatkan kamu Dengan dia," ungkap Mbak Maya panjang lebar, ia bercerita tentang keinginannya untuk memperkenalkan Mas Andre dengan Maya. Ternyata, Mbak Maya berniat untuk menjodohkan Mas Andre, dengan perempuan yang bernama Sindi. Menurut Mbak Maya,  Sindi itu seorang super model, yang bakal menunjang kesuksesan perusahaan Mas Andre."Sudahlah, Mbak. Mbak nggak usah lagi mendekatkan Andre kepada siapapun lagi, sebab Andre sekarang sudah mempunyai seorang istri. Andre berterima kasih kepada, Mbak, atas perhatian Mbak selama ini." Mas
Baca selengkapnya
BAB 29
 Ternyata, Mas Andre tidak berminat untuk berpoligami. Aku merasa lega, saat mendengar ucapan Mas Andre tersebut, bahwa ia tidak akan berpoligami. Namun, saat Mas Andre berkata seperti tadi, seolah menganggap aku ini adalah beban baginya. "Ya sudahlah, Ndre, terserah kamu aja. Lebih baik sekarang, Mbak  mau nyiapin makan buat kamu. Kita nanti makan bareng ya, Ndre!" Mbak Maya mengakhiri obrolannya, dia bilang ingin menyiapkan makanan, dia juga mengajak Mas Andre untuk makan bareng. "Lho, Mbak,  kenapa kamu yang siapin makan. Emangnya Bi Asih kemana, Mbak?" Mas Andre bertanya kepada Mbak Maya, tentang keberadaan asistennya Mbak Maya, yang bernama Bi Asih."Bi Asih lagi pulang kampung, Ndre, katanya anaknya lagi sakit di kampung. Makanya, ia minta izin kepada Mbak untuk pulang dulu, ia ingin merawat anaknya yang sakit sampai sembuh dulu. Asal kamu tau, Ndre, semenjak Bi Asih pulang, Mbak nggak ada yang rewang lh
Baca selengkapnya
Bab 30
Tetapi dari nada bicaranya, sepertinya ia tidak menyukaiku. Atau mungkin juga memang sifatnya yang seperti itu yang selalu jutek. Aku pun akhirnya mengikuti ajakannya Mbak Maya."Iya, Mbak," sahutku."Ndre, boleh 'kan, kalau istrimu Mbak ajak kedapur? Mbak akan mengajak dia, supaya belajar memasak dan nantinya bisa masakin juga buat kamu." Mbak Maya meminta izin, kepada Mas Andre."Silahkan, Mbak, ajarin Anisanya sampai pinter! Jangan sampai ia nggak bisa masak apa-apa, nanti yang ada masak air saja bisa gosong." Mas Andre berkata, sambil terkekeh seolah menyepelekan aku. Mungkin dia pikir karena aku berasal dari keluarga berada, aku tidak bisa ngapa-ngapain, walau memang sebenarnya aku juga belum pandai, tetapi kalau hanya untuk memasak air dan mie instan saja aku juga jago."Oh iya, Mbak, ini ada sedikit oleh-oleh buat Mbak Maya dan juga Gio." Aku memberikan bingkisan, yang tadi aku bawa untuk buah tangan kepad
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status