“Nah, ayo! Kita sementara akan berjalan kaki dulu, karena dari sini tidak ada angkutan. Mungkin, kita akan tertolong jika ada yang memberi kita tumpangan.”Tumpangan? Apa itu? Rasanya kau belum pernah mendengarnya.“Tapi kalau tidak ada tumpangan, tentu kita harus berjalan kaki dan menahan lapar ini lebih lama lagi. Apakah tidak apa-apa?”Lagi-lagi, aku menggeleng pelan. Tak akan menjadi masalah untukku menahan lapar untuk sebentar saja. Lagi pula, sekali lagi kukatakan aku tak akan mati kelaparan hanya karena terlambat makan.“Baiklah, kurasa sebentar lagi kita akan memasuki wilayahnya.”Benar saja apa yang Paman katakan. Aku mulai bisa melihat banyaknya cahaya. Matahari yang belum tenggelam sempurna membuat suasana begitu tenang. Juga, semakin indah. Di pack, aku belum pernah mendapatkan pemandangan seperti ini.Semakin lama berjalan, kami semakin dekat dengan bangunan-bangunan yang ada. Aku tercengang. Bangunan yang tinggi menjulang baru terlihat, ket
“Dav! Kita tak bisa menetap di sini lebih lama lagi.”Aku menghentikan tangan yang akan menyuap ini. Apa yang disampaikan, tentu bukan hal yang bagus. Baru saja aku menyukai apa yang ada, kini Paman sudah akan mengambilnya kembali. Kenapa? Apakah ada yang salah dengan semuanya? Bukankah beliau pernah mengatakan bahwa wilayah ini aman? Seharusnya tidak akan menjadi masalah jika tinggal lebih lama, kan?“Ke ... na ... pa?” Aku berusaha meminta jawaban. Entah bagaimanapun juga, harus ada yang masuk di akalku untuk meninggalkan semua kenyamanan ini.Jujur saja. Aku mulai betah di sini. Air mengalir yang bisa diciptakan dengan sekali sentuh, air hangat tanpa memasaknya terlebih dahulu, ranjang yang empuk dan nyaman, serta makanan enak yang tak perlu memasak untuk mendapatkannya. Hey! Memang siapa yang ingin meninggalkan kenyamanan seperti ini? Jika aku harus menjadi manusia untuk selalu merasakannya, aku bersedia.&nbs
Kami memang dekat, tapi bukan berarti harus sedakat itu. Dengan bertanya sesuatu yang intim, aku tak berani. Bukan tak berani karena nyali, melainkan rasa sungkan dan tak enak. Selama ini aku menyadari, sudah terlalu banyak pengorbanan yang dilakukannya padaku. Jika kau meminta lebih, apakah tidak termasuk sebagai sebuah ketamakan?“Dav, jika aku belum kembali, kau bisa beristirahat terlebih dahulu. Paman harus ke luar. Ada yang perlu dilakukan,” ucap paman.Belum juga aku beranjak ke kamar mandi, Paman sudah mau pergi lagi. Sebenarnya ini ada apa? Mengapa semua hal banyak yang berubah? Apakah aku tidak cukup layak untuk mengetahui secara rinci, hingga Paman sampai menyembunyikan beberapa hal dariku?Huh, meski air hangat lumayan bisa menenangkan, aku sama sekali bukan orang yang suka mandi sering. Naluri alami sebagai hewan membuatku sedikit risih akan kebersihan. Bukankah sesuatu yang berlebihan itu tak bai
“Siapa kalian?” tanya suara itu. Dari asumsiku, pemilik suara ini adalah seorang wanita. Ia tak menutupi atau mengubahnya sama sekali. “Kau werewolf?” tanya paman. Bukannya menjawab, beliau malah menanyakan hal itu. Aku bingung, sama sekali tak kurasakan kalau yang berkata itu werewolf. Justru, aku menghidu aroma asing yang belum pernah kutemui. Kalau werewolf, aku bisa mengenali bau mereka. Pun dengan vampire, meski tidak berhadapan secara langsung. Tubuhku merespon rasa kekhawatiran ini dan meningkatkan kewaspadaan. Begitu juga dengan paman. Beliau menggeser posisiku perlahan dan menutupi dengan tubuhnya yang besar. Aku yakin, jika ada orang di depan beliau, porang itu tak akan mengetahui aku yang berada di belakangnya. “Kutanya sekali lagi! Apakah kau werewolf?” ulang paman. Dari nadanya, aku menebak beliau tengah menahan emosi. Sebenarnya ada apa? Tidak seperti biasanya saja beliau seperti ini.
“Mengapa kau lakukan ini padaku, Mate?” tanya paman.Apa? Apa telingaku tidak salah mendengar bahwa beliau menyebut mate? Bukankah sejak awal tidak tercium aroma werewolf sedikit pun, tetapi beliau menduga penyihir itu mate-nya?“Apa maksudmu dengan menyebutku sebagai mate? Kau gila! Jangan menuduhku sembarangan!”Gawat! Sepertinya penyihir itu mulai terganggu dengan panggilan paman padanya. Duh! Jangan sampai ia kembali mengamuk dan menyiksaku lagi. Sudah cukup aku tersiksa dengan tali yang membakar ini, jangan sampai ada tambahan yang lain.Usai penyihir itu mengatakan bahwa tali ini akan menyiksa, jika aku semakin berontak, aku mulai menenangkan diri. Tak sanggup rasanya menahan panas yang membakar, begitu aku bergerak dengan semakin liar. Huh! Penyihir menyusahkan ini begitu menyebalkan.“Jangan membohongi keadaan, Mate! Aku sudah sangat yakin de
“Diamlah atau kita semua tak akan selamat!” Wanita penyihir itu berbisik dari belakang. Sepertinya, kami tengah berada dalam masalah hingga ia begitu panik. Ingin rasanya aku tertawa, melihatnya tadi begitu pongah dan sekarang seperti itu. Seperti kucing yang ketakutan saat melihat kami—serigala.Benar saja, tak lama kemudian ada yang datang. Dari pakaian yang mereka pakai, sepertinya itu adalah rombongan warrior pack yang mencari kami. Aku bisa mengenali mereka dari jubah yang dikenakan. Masing-masing pack memiliki idenditas jika ke luar wilayah. Kebanyakan dari mereka memakai jubah dengan lambang pack. Jubah werewolf berwarna coklat, vampire hitam, dan manusia abu-abu. Namun, tidak semua memakai jubah, melainkan hanya mereka yang tergabung dalam keprajuritan saja.Seperti aku dan Paman, yang tidak memakai jubah karena hanya warga biasa. Selain itu, kami juga hanya pelarian. Pelarian yang keluar dari pack tidak akan
“Aku tidak takut! Aku ini Elena, sang penyihir dari bangsa manusia yang tidak membutuhkan siapa pun! Tak akan menjadi masalah untukku jika hidup sendiri tanpa pasangan. Tidak seperti kalian para werewolf, yang ditinggal pasangan saja seolah dunia sudah berakhir!”Aku memang pernah mendengar hal ini, tetapi begitu mendengar langsung dari mulut wanita itu, entah mengapa terasa menyakitkan.“Tutup mulutmu! Kamu mungkin keturunan manusia, tetapi aku tidak bisa menjamin kau keturunan murni. Aku bisa menghidu aroma werewolf dari tubuhmu meski samar, dan kupastikan bahwa kau mate-ku adalah bukan seuatu kesalahan. Kumohon, jangan mencari masalah. Kita tak bisa menghadapi semua ini dengan emosi. Jika kau mau, aku bisa menunjukkan jika kita memang pasangan.” Suara paman melirih di akhir. Aku merasa miris dengan kondisi yang beliau hadapi.Di lain hari ketika nanti aku bertemu mate-ku, aku ingi
“Bangunlah, Dav! Katakan pada Paman bahwa kau sudah tak apa-apa.” Sambil menggenggam tanganku, paman mengucap hal itu. Beliau terdengar cemas. Apakah di sini aku sudah baik-baik saja?Ketika di hutan, aku berpikir bahwa hidup ini sudah berakhir. Terlepas dengan keadaan saat ini, aku bersyukur. Merasakan tangan orang yang membesarkanku menggenggam tanganku, hatiku menghangat. Kekhawatiran beliau padaku tak pernah berubah sedikit pun.“Berhenti mengkhawatirkannya secara berlebihan seperti itu, Sean! Dia bukan orang yang pantas!”Ah! Aku lupa dengan kehadiran wanita penyihir itu. Jika tadi dia selalu memusuhi paman, apakah saat ini keadaan sudah berbalik? Karena dari apa yang dibicarakannya, dia terdengar mengekang beliau. Seolah wanita itu sudah memiliki hubungan dengannya, sampai-sampai mengkhawatirkanku saja dia seperti itu.“Dia sangat pantas kukhawatirkan, Lena. Dia ad