Semua Bab OGAH MARRIED!: Bab 51 - Bab 60
138 Bab
Tahun Baruan (3)
Dessy tentu tahu mengenai alat itu. Tapi tak menyangka bahwa ia kemudian akan memilikinya. Lebih tak menyangka lagi bahwa si bopung ternyata begitu memperhatikan dirinya sampai-sampai ‘bela-belain’ membeli perangkat imut semacam itu.   "Mudah-mudahan dengan ini kamu nggak akan kepanasan lagi.” "Memang kalau aku kepanasan kenapa?" "Takut kamu nggak mau datang lagi."   Cep!   Jantung Dessy seperti ditancap sebuah panah. Entah panah apa. Panah Cupid mungkin.   “Terima kasih.”   Dessy menggeluarkan ponselnya dan menghubungkan dengan kabel. Seketika aksesoris kipas  pun menyala. Namun suasana malam yang agak dingin tentu saja tak membuat dingin yang tercipta tak lagi berarti. Setelah puas mencoba, Dessy menaruh aksesoris ponsel tadi ke tas kecil yang ia bawa. “Terima kasih.”   “Aku juga mau traktir kamu camilan. Boleh?” Dessy b
Baca selengkapnya
Tahun Baruan (4)
Adri menoleh dan mengetahui permasalahan yang dihadapi. Karena kedua tangan Dessy memegangi sosis dan wadahnya, Adri tahu bahwa akan kesulitan bagi Dessy untuk membersihkan noda di mulut. Ia langsung berinisiatif menolong. Sapu tangannya kembali ia keluarkan dan dengan spontan serta lembut ia meminta Dessy tidak bergerak sementara ia membersihkan sekitar mulutnya.   Dessy menahan nafas. Wajah Ardi berjarak amat dekat sampai-sampai ia bisa merasakan hembusan nafas pria itu mengenai wajahnya.   “Sudah? Sudah bersih lagi mukaku?” tanya Dessy setelah dilihatnya Adri menyelesaikan pekerjaannya. “Bukan hanya bersih,” cetus Adri sembari memasukkan lagi saputangan ke dalam saku celana. “Kamu udah cantik lagi.”   Sementara Adri melanjutkan menyantap sate sosis, dalam diamnya hati Dessy sebetulnya bergemuruh. Ini adalah untuk pertamakalinya Adri menyebut dirinya ‘cantik’. Sebuah ungkapan yang sudah sangat sering ia dengar
Baca selengkapnya
Tahun Baruan (5)
Hatinya mendadak galau. Jauh sebelum momen saat itu, Mama – yang ternyata pernah memiliki pacar yang sesuku dengan Adri – pernah mengatakan bahwa ‘nekad’ memang adalah satu ciri pria dari sana. Saat mereka menyatakan cinta, mereka yang terbiasa pemalu, pendiam, introvert, bisa berbalik 180 derajat. Seperti kura-kura yang terkesan lambat tapi mendadak bisa bergerak sangat refleks ketika mengejar dan memangsa buruannya, pria suku ini pun seperti itu. Mereka itu tak ubahnya Kura-kura Ninja!   Alasannya sederhana: mereka melihat masa depan yang penuh tantangan dan sadar mereka tak bisa sendiri. Mereka butuh kekuatan dari pasangan pendamping untuk membantu menjalani kehidupan. Pemilihan pasangan pendamping yang tepat adalah keniscayaan. Itulah yang membuat mereka sangat nekad dan gigih sekalipun dalam batas tertentu terkesan tak masuk akal karena melanggar pakem sebagai orang yang seharusnya tidaklah seagresif itu.   Bermaksud mengalihkan rasa gu
Baca selengkapnya
Tahun Baruan (6)
“Halaaah.... bilang aja lu emang mau kissing gue. Dasar badung lu!” “Habisnya kamu ragu-ragu, ya udah deh. Aku kecup dirimu. Hehehe... Tapi kamu suka nggak?” “Idih, malah kecewa.” “Kecewa karena ternyata aku bisa lancang?” “Bukan itu.” “Terus? Kecewa karena apa?” “Kecewa karena .... gak puas.” “Haaaa? Gak puas?” “Koq kamu beraninya cuma sekilas sih. Lamaan dikit keq...” Dan kenekadan Adri pun naik berkali-kali lipat. Ia tidak peduli ucapan Dessy tadi hanya canda atau apa. Ia pun tak peduli bahwa gadis itu masih memiliki pacar di luar sana yang entah apa yang dilakukannya saat ini. Ia juga tak peduli dengan larangan orangtuanya. Yang jelas tak berapa lama ia kembali mengecup hangatnya mulut gadis itu yang sama sekali tak menyangka bahwa Adri akan kembali melancarkan ‘serangan balik’ berupa kecupan kedua. Sebuah ciuman hangat, penuh sensasi, membakar jiwa, membangkit gairah nan memabukkan. Yang membuatnya terlupa sekeliling sampai kemudian kecupan berakhir di mana langit jauh di
Baca selengkapnya
Dipermalukan
Dessy terlihat panik. Ia melihat ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada orang yang mendengar apa yang Arjun ucapkan. Ia meminta agar Arjun memelankan suara. Arjun malah bangkit dari bangku yang diduduki dan melangkah keluar. “Kalo gue hancur, lu juga hancur.” “Nggak apa-apa. Orang-orang udah banyak tau gue cowok badung, malas, badboy. So what? Nothing to loose kalo gue hancur. “   “Gue m-minta elo jangan n-nekad.” Nada suara Dessy bergetar menahan takut. “Oh malah elo tau sifat gue kan? Gue bisa nekad kalo gak ngedapetin apa yang gue mau.  Tapi elo, orang ngenal elo sebagai cewek santun, berprestasi, anak manis. Begitu elo hancur, hancur juga masa depan elo. Ngerti? Jangan nangis! Gue udah muak liat elo bikin drakor seperti ini.”   Tangis Dessy makin keras. Ia terpojok. Arjun benar. Ia telah tahu dan mendapat kelemahannya yang ia siap jadikan kartu truf untuk menjatuhkan dirinya. Dan Dessy tak kuasa untuk m
Baca selengkapnya
Hamil Duluan
Beberapa siswa pria berteriak spontan atas aksi tak terduga tadi. Dua siswi terpekik. Tapi Adri ternyata sudah mengantisipasi kemungkinan itu. Ia lebih dari siap saat menyongsong serangan lawan. Tanpa melepas Paw Paw di tangan, kedua kaki dan tangannya sudah membentuk kuda-kuda sendiri. Jadi ketika Arjun melancarkan serangan ia menghindar ke samping. Posisi Arjun jadi rentan karena pijakan kaki belum sepenuhnya imbang dan bagian tubuh depannya pun ikut terbuka. Ini jadi mangsa empuk bagi Adri yang langsung melontarkan jurus kepalan tegak. Sebuah teknik bela diri silat dimana dengan kepal jari tangan ia melakukan gerakan memukul dengan tangan kanan tepat ke arah dada.   Satu jurus. Dan selesai begitu saja. Semua orang di dalam kantin terpana melihat hasil akhir yang tidak seru karena pertarungan berlangsung hanya beberapa detik dan tiba-tiba saja ‘game over’. Mereka bagai tidak percaya melihat Arjun yang kini tergeletak di pojok ruangan dalam posisi terduduk. Ini
Baca selengkapnya
EGP
Tempat kos dimana Adri tinggal berada tidak jauh dengan sebuah SMP. Hari itu Adri dalam kondisi kurang sehat dan sudah mengajukan izin untuk tidak masuk. Kendati begitu sifat rajinnya membuat Adri tetap beraktifitas. Di teras ia sibuk menge-cat meja yang mulai kusam. Saat itu jam bubar sekolah dan rombongan demi rombongan siswa yang pulang sekolah melewati di depan Wisma Hijau.   Adri tidak pernah banyak memperhatikan ketika rombongan berseram putih – biru tua berbondong-bondong pulang. Namun kali ini beda. Ketika sudah semakin sedikit yang lewat karena hari semakin siang, sekelompok siswa berhenti di depan rumah. Ia sempat melihat mereka sekilas saja dan meneruskan pekerjaan sampai kemudian telinganya mendengarkan ketika terdengar teriakan salah seorang di antara mereka.   “Tinggalin aku!” Teriakan itu disusul sebuah suara gadis lain yang meniru ucapannya namun dengan intonasi dibuat-buat. “Thingghalin akyuuu. Hihihi....”
Baca selengkapnya
Sopan
Ia melihati Adri. Tatap wajahnya yang tadi galak kini berubah memelas minta dikasihani. Tapi Adri juga sudah tiba di batas kesabaran. Ia mendekatkan wajah dan berbisik di telinganya. “Kamu berulah lagi, berikutnya nasib kamu akan seperti hape kamu. Paham?” Ia mengangguk. “Jangan sekali-kali membalas. Aku bisa lakukan lebih dari itu.” Itu jelas hanya semata-mata sebuah gertakan. Tapi sukses. Terbukti dari siswi pemimpin gang kini mengangguk-angguk cepat dengan jauh lebih meyakinkan. Sebuah gestur yang menunjukkan bahwa ia pasti akan mematuhi apa yang Adri mau. “Pergi kamu.” Siswi itu pergi. Setengah berlari tepatnya, yang kemudian diikuti rekan-rekan lainnya. Suasana kini sedikit sepi dimana hanya Adri dan siswi pertama yang ada. Tak ada percakapan di antara mereka. Gadis itu masih terlihat shocked dan tidak mengucap terima kasih atau apa pun. Sedikit berbeda dengan kebanyakan sekolah, Adri sempat melihat namanya di seragam yang dikenakan. Dewi. Adri tak mau menggunakan kesempata
Baca selengkapnya
Kasihan
“Hubungan lu dengan Ilham gimana?” Pertanyaan itu diajukan Dessy ketika mendapat kesempatan berbicara empat mata di satu sudut sekolah. Dan Fitri sepertinya tahu arah tujuan pertanyaan itu. “Kenapa ditanyain? Hubungan kami baik-baik aja atau nggak baik-baik aja apakah itu ada pengaruhnya sama elo, Des?”   Dessy terdiam.   “Ini ada kaitannya dengan pertemuan kita di mall dua hari lalu?” Fitri bertanya dengan tatapan tajam. “Waktu nonton Adri manggung di foodcourt mal, gitu?” “Kalo dibilang ada kaitannya, ya.”   Fitri mengangguk-angguk. Ia lalu menyangkutkan rambut ke belakang telinga. “Gue udah nggak mood lagi sama Ilham.”   “Putus?”   “Putus sih nggak. Cuma vakum aja dulu. Break sampe sekian minggu ke depan.” “Terus, apa itu yang jadi alasan elo deketin Adri?” “Deketin Adri, iya. Dengan liat dia tampil di panggung, gue nilai tuh anak jadi s
Baca selengkapnya
Tawaran Papa
“Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.”“Sok tau lu.”“Vokal kamu bagus. Dan akan lebih bagus lagi kalau…”“Kalau apa?”“Kalau nyanda menyanyi. Atau.... menyanyi bareng aku. Hehehe…”Melihat Dessy menanggapi dengan diam, ia menyambung lagi. “Jadi kapan kita nyanyi bareng?” Dessy menoleh kesana-kemari seperti hendak mencari sesuatu. “Untung di sekitar sini gak ada benda keras.”“For apa?”               “Buat apa? Ya buat nyambit elo lah. Si bopung yang nggak ngehargai karya seni orang!” Adri terkikik dan sambil tangan bersedekap menyampaikan maaf dengan hormat. “Maaf. Tapi kamu dengar sendiri kan aku bertanya kapan nyanyi bareng. Itu artinya vokal kamu keren. Jadi,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status