Semua Bab TEMAN TAPI MESRA: Bab 61 - Bab 70
137 Bab
Kanker
Di dalam klinik kecil yang terletak di lantai satu gedung perkantoran tempat Luke & Park Communications beroperasi, Gianna terbaring lemah tak berdaya. Wajahnya tampak pucat dan tangannya terasa dingin. Sasha menepuk-nepuk pipi Gianna pelan, ia menatap Daniel dengan tatapan cemas. "Kita bawa ke rumah sakit aja, aku takut dia kenapa-kenapa," tukas Sasha pada Daniel karena Gianna tak kunjung sadar. Namun tiba-tiba tangan Gianna yang lemah menyentuh tangan Sasha, "Just take me home! I don't wanna do a fuckin' Chemo!" bisik Gianna dengan mata setengah terpejam. Sasha menatap Gianna prihatin, lalu beralih menatap Daniel, meminta pendapat. "Okay Sha, let's take her home, percuma kalau di paksa ke rumah sakit, nanti dia malah stress," sahut Daniel sambil menatap Gianna sedih. Setelah itu Daniel mengangkat Gianna dan mendudukkannya di kursi roda, lalu bersama dengan Sasha mereka berjalan menuju area parkir kantor. "Kamu seneng ya Sha liat saya kayak gini? Jadi berkurang satu kan sain
Baca selengkapnya
Olivia Is Back!
"Stev, saya keluar dulu ya, kabarin kalau ada apa-apa," tukas Sasha buru-buru seraya memasukkan ponselnya ke dalam tas. Stevi membuka agendanya cepat-cepat sambil mengikuti Sasha di belakang. "Tapi nanti jam empat ada meeting ya Mbak sama MW Food," ujar Stevi mengingatkan. Sasha memberi tanda 'ok' dengan jemarinya tanda setuju, lalu ia berjalan cepat menuju parkiran untuk mengambil mobil Daniel dan melaju menuju apartemen Gianna. "Halo Gi, saya jemput di lobby ya, lima menit lagi sampai," ujar Sasha sambil mengemudi dengan kencang. Saking menyebutnya ia nyaris bertabrakan dengan sebuah motor yang melawan arah, beruntung Sasha sigap menginjak pedal rem, sehingga kecelakaan bisa dihindarkan. Sampai di lobby apartemen, Gianna sudah menunggu. Ia tak tampak seperti pesakitan sama sekali, justru telihat sangat trendi dengan terusan tanpa lengan berwarna hitam yang menjuntai sampai atas mata kaki, sebuah kacamata hitam tampak bertengger menutupi kedua matanya. "Jadi sekarang kamu yang ha
Baca selengkapnya
Perjanjian Dengan Heidi
Sasha berusaha fokus pada pekerjaannya, namun entah mengapa suara Olivia yang terdengar saat ia menelepon Daniel tadi terus terngiang-ngiang di kepalanya. Sedang apa Daniel bersama dengan Olivia? Tadi Olivia menyebutkan Ibu Daniel, itu artinya Heidi ada di sana! Dengan susah payah akhirnya Sasha bisa kembali fokus pada laptopnya, melupakan sejenak urusan tentang Olivia. Pukul 20.30 malam, Daniel muncul di pintu ruangan kerja Sasha dengan wajah sangat bersalah. "I'm so sorry Sha," tukas Daniel sambil berjalan cepat menghampiri Sasha. Sasha mendongak, menatap Daniel dengan tatapan penuh tanda tanya. "You better have a good reason! Bisa-bisanya kamu gak dateng! Melissa bukan orang sembarangan Dan!" omel Sasha kesal. Jarang sekali ia merasa sekesal ini kepada Daniel. Daniel duduk di atas kursi di depan Sasha, "I know, harusnya aku gak ninggalin meeting itu Sha, tapi Ibuku, oh God! she's out of control!" tukas Daniel, wajahnya putus asa. DEG, Sasha langsung teringat suara Olivia ya
Baca selengkapnya
Naif & Bodoh
"Welcome to Luke & Park Communications Ga! Thanks udah mau terima tawaran saya," tukas Daniel menyambut kedatangan Raga. Raga tertawa kecil, tak tahu harus menjawab apa. Sejujurnya ia mau ikut bergabung karena ada Sasha. Ia sudah terlalu merindukan Sasha, walaupun di benaknya sama sekali tak ada niatan untuk merebut Sasha dari Daniel. Rasanya tak salah jika dia memiliki cinta sendiri. Berbulan-bulan Raga berjibaku berusaha keras melupakan Sasha, tapi hasilnya nihil. Semakin ia ingin melupakan, semakin ia rindu. Jadi ia memutuskan untuk membiarkan saja semua berjalan apa adanya, mungkin dengan berada di dekat Sasha yang sudah jelas-jelas bersama dengan Daniel akan membuat Raga lebih mudah untuk menghilangkan perasaannya. "Kita dinner bareng yuk! Selebrasi kehadiran Raga!" tukas Sasha mengusulkan. Ia sangat senang melihat Daniel dan Raga bisa berhubungan baik. Salah satu hal yang menjadi impiannya. Akhirnya malam itu, untuk pertama kalinya, Daniel, Raga dan Sasha makan malam bersama
Baca selengkapnya
Pria Yang Mengerikan
Beberapa minggu belakangan sangat melelahkan bagi Sasha. Ia sangat lelah bukan hanya secara fisik, tapi juga secara mental. Akhirnya Daniel yang merasa kasihan dengan Sasha turun tangan langsung mengurus Gianna, yang justru malah membuat Sasha senewen, karena di dalam hatinya ada rasa cemburu yang susah sekali untuk di hindarkan."Melissa suruh aku untuk ke Singapore, aku mesti visit beberapa perusahaan dia di sana. She will be there too, atau kamu aja yang mau berangkat?" tanya Sasha pada Daniel saat mereka sedang makan siang bersama di ruangan kerja Daniel.Daniel tampak berpikir sebentar,"I think Melissa wants you to be there, dia lebih nyaman di handle sama kamu Sha.You can go," sahut Daniel sambil mengunyah Chicken Teriyaki di mulutnya."Bagaimana dengan Gianna?" tanya Sasha hati-hati. Daniel tersenyum, "She will be fine, aku akan lihat dia sesekali, kamu gak masalah kan? I mean she looks really sick Sha, there's no way that she will do something stupid to me," tukas Daniel sant
Baca selengkapnya
Rencana Jahat
Sasha terbangun paginya karena panggilan telepon dari Daniel. "Yes Babe," sapa Sasha parau. "I'm so Sorry Babe, tadi malam aku sibuk banget, Gianna bleeding parah, jadi sekarang dia di rawat di rumah sakit," jelas Daniel dengan suara lelah. Sasha langsung terduduk, "Oh God, sekarang gimana keadaannya?" tanya Sasha khawatir. "I don't know, dokter masih observasi, semoga dia gak pa pa. How are you? Katanya kamu mau cerita sesuatu?" tanya Daniel. Sasha jadi agak ragu untuk menceritakan semua ketakutannya, ia tidak ingin membebani Daniel, jadi ia hanya mengatakan kepada Daniel mengenai kunjungan lanjutannya ke Thailand, Korea dan Jepang yang sudah di atur oleh Melissa Wijaya. "Apa-apaan Melissa! Dia gak koordinasi dengan kita mengenai ini Sha, I'll call her!" tukas Daniel tegas. Sasha langsung membayangkan Daniel akan marah-marah kepada Melissa, dan Melissa akan menjadi kesal sehingga menarik kerjasama mereka, Sasha bergidik ngeri. "Babe, don't do that! I don't want to piss her of
Baca selengkapnya
Terancam
Sasha masih mematung ditempatnya duduk, ia menatap Evan tak percaya, "Kenapa kamu mengatakan semua saya saya? Apa untungnya buat kamu? Bahkan selama bekerja dengan kamu saya selalu bersikap tidak ramah," tukas Sasha masih tak mengerti dengan pengakuan Evan yang tiba-tiba. Tawa Evan yang renyah bahkan terdengar seperti auman di telinga Sasha. "Tidak ada yang gratis di dunia ini Sasha, bahkan sebuah informasi! Dengan mengatakan semua sama kamu, saya akan kehilangan pekerjaan saya dan saya mungkin harus selamanya meninggalkan Indonesia, walaupun memang itu yang saya inginkan," sahut Evan, matanya menerawang menatap ikan hias yang berenang-renang di aquarium restoran. "Jadi apa yang kamu mau? Kalau uang, kamu udah tau kan bagaimana kondisi keuangan saya!" cetus Sasha tak sabar. Evan terkekeh, "Bahkan hutang kamu yang cuma satu milyar aja kamu gak bisa bayar! Gimana saya mau minta uang sama kamu!" sahut Evan tajam. Sasha terkejut, "Dari mana kamu tau? Sejauh apa kamu mengobservasi
Baca selengkapnya
Mission Impossible
Bandara Internasional Suvarnabhumi, Bangkok Thailand terlihat lengang, tidak terlalu banyak orang yang melakukan penerbangan malam hari. Sasha berdiri di depan gerbang check in bandara bersama Evan, mendengarkan setiap instruksi Evan dengan seksama. Berusaha untuk tidak meluputkan satu katapun demi keselamatannya. "Oke Sha, kamu harus check in, sebentar lagi pesawat on board," tukas Evan sambil mengedikan matanya ke arah gerbang check in. Sasha menarik nafas panjang, berusaha untuk menenangkan perasaan takut yang menguasai dirinya. "Take care, ingat semua yang saya bilang, dan satu lagi, saya mengandalkan kamu untuk memastikan Allysa baik-baik saja, tolong jangan kecewakan saya," pesan Evan sungguh-sungguh. Sambil agak berkaca-kaca Sasha mengangguk, "I will, don't worry about that, thanks ya Van karena sudah mengurungkan niat untuk melakukan hal buruk kepada saya," ucap Sasha tulus. Evan mengangguk, "I did that for Allysa, seumur hidup saya melakukan kejahatan, belum pernah say
Baca selengkapnya
Dering Telepon Misterius
"Sasha? is that you?" tanya Daniel saat melihat Sasha berdiri di depannya. Begitu juga Raga dan Gianna, mereka menganga menatap Sasha dalam tampilan yang berbeda. Sasha membuka wig dan kacamatanya, dalam hitungan detik Daniel menghambur memeluk Sasha erat. "What is happening?! Are you okay?" tanya Daniel sambil memeriksa tubuh Sasha. "Thank God I'm okay Babe, listen there's something I need to tell," tukas Sasha, membuat semuanya terdiam. Dengan perlahan Sasha mengambil amplop cokelat yang terletak di atas meja, amplop tersebut masih tertutup rapat, belum ada yang berani membukanya, karena mereka tak tahu apa yang ada di dalamnya. Sasha mengeluarkan satu buah ponsel, flashdisk dan selembar kertas, lalu meletakkan semuanya di atas meja, membuat Daniel, Raga dan Gianna mengerutkan kening tak mengerti. Setelah menenggak segelas air putih, Sasha menceritakan semuanya pada Daniel, Raga dan Gianna. Wajah Daniel dan Raga pucat, keduanya sama-sama ngeri saat membayangkan Sasha harus mel
Baca selengkapnya
Good News Bad News
Sasha menatap semua yang berada di ruangan, meminta pendapat, apakah harus menerima telepon tersebut atau tidak. Tak ada yang bereaksi, mereka semua tampak terperangah. Setelah memantapkan hati, Sasha mengangkat telepon tersebut. Ia menggeser tombol berwarna hijau dengan perasaan berdebar, lalu menekan tombol speaker dan menunggu, beberapa detik, tak terdengar suara apapun. "Let's make a deal," BAM suara Olivia terdengar jelas dan jernih, Daniel sudah nyaris mengambil alih telepon namun Sasha mencegahnya dan menyuruh semua yang ada di sana untuk tak bersuara. "Penawaran apa yang bisa kamu tawarkan untuk tindak kriminal memalukan yang sudah kamu lakukan," tukas Sasha dengan suara jijik penuh kebencian. "Banyak," sahut Olivia ringan. "Uang, koneksi, nyawa Evan, hidup kamu dan keluargamu," saat Olivia mengatakan itu Sasha menyelanya. "Jangan pernah berani main-main dengan keluarga Saya! Berani sentuh keluarga Saya seujung kuku pun Saya pastikan kamu akan menyesal sampai ke kerak ne
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status