Share

Membawa Kembali Masa Lalu
Membawa Kembali Masa Lalu
Penulis: Mourise

Bab 1 - Tragedi Mie Cup

"Hei, itu milikku!" seru perempuan dengan rambut dikuncir kuda.

Pria yang mengambil mie cup tersebut berhenti melangkah lantas membalikkan tubuhnya. "Kau bicara denganku?" tanyanya tanpa merasa bersalah.

"Aku yang melihatnya lebih dulu! Kembalikan padaku!" Bukannya menjawab, perempuan itu justru melayangkan pernyataan.

"Tapi aku yang mendapatkannya lebih dulu," ucap pria itu sembari melengos pergi ke kasir untuk membayar apa yang sudah di dapatkannya.

Sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, perempuan itu memberengut sebal. Pasalnya rasa yang ingin dia santap pada mie cup tersebut hanya tersisa satu. Belum lagi di kosan yang dia tinggali tidak ada makanan sama sekali.

Dengan wajah kesal, perempuan itu mengambil asal snack yang berada di samping kanannya. Lantas melangkahkan kakinya menuju kasir. Pria yang dia temui barusan sungguh membuat moodnya buruk.

"Mba ... aku ambil satu. Kekasihku ini yang bayar, ya," seru perempuan itu kepada mba kasir seraya berlari keluar mini market.

"Hey, kau!" teriak pria itu. Dia ingin mengejar namun perempuan itu cepat sekali menghilang dari pandangannya. Terlebih pegawai kasir mini market menegurnya.

"Eh, Mas! Mau kemana? Bayar dulu." Pegawai kasir khawatir barang yang sudah dia scan barcode dan masuk ke dalam komputernya tidak ada yang membayar dan bertanggung jawab. Sebab pria tersebut ingin mengejar perempuan yang diduga sebagai kekasihnya.

Pria itu melangkah kembali ke kasir serta mengeluarkan selembar kertas berwarna merah kepada pegawai kasir itu. "Aku tidak akan lari," ucapnya seraya meletakkan uang tersebut di meja kasir.

Dengan malu-malu, pegawai kasir itu meraih uang tersebut. "Sekalian sama pacar, ya, Mas."

Tanpa menjawab, pria itu langsung mengambil kantong plastik berwarna putih berisi barang belanjaannya. "Ambil saja kembaliannya." Dengan tergesa-gesa, dia menyeret kakinya keluar minimarket.

***

"Grey, kau dari mana saja? Aku mencarimu sejak tadi." Seorang pria tengah mempersiapkan beberapa makanan di meja makan.

Greta Agatha, yang kerap disapa Grey oleh sahabatnya itu baru saja tiba di kosan. Ya ... Keduanya tinggal bersama akan tetapi dengan kamar yang terpisah.

"Minimarket. Aku lapar, tapi yang kudapatkan justru pria menyebalkan." Segera Greta mengambil tempat duduk di seberang sahabatnya itu sambil memanyunkan bibirnya. "Dia mengambil mie cup yang kumau, Vin."

Calvin terkekeh dengan wajah tak bersalahnya. Hari ini dia memang terpaksa lembur karena ada beberapa laporan yang perlu diubah di kantor. Dia bahkan sampai lupa mengabarkan pada sahabatnya itu jika pulang terlambat, terlebih tidak ada makanan satu pun di dapur.

Pada saat Calvin tiba di kosan, dia tidak menemukan Greta di mana-mana. Padahal dia tahu perempuan itu belum makan malam. Maka dari itulah sepulang kantor tadi, dia sempat mampir ke kedai ramen. Dia membeli dua porsi ramen untuk makan malamnya bersama Greta di kosan.

"Kau senang sekali melihatku menderita," ucap Greta lagi. Dia mengambil sumpit di sampingnya lalu memakan ramen yang sudah disiapkan oleh Calvin.

Sambil mengaduk-ngaduk ramen miliknya, Calvin berkata, "Maafkan aku. Aku lupa memberitahumu. Aku benar-benar sangat sibuk."

"Ada syaratnya. Kau harus mengantarkanku ke kantor besok." Greta tersenyum penuh kemenangan. Itu artinya dia bisa menghemat ongkos taksi online. "Deal?"

Calvin menghela napas dalam. Itu artinya dia harus mengorbankan waktu tiga puluh menit bangun lebih awal. Karena kalau tidak, bisa-bisa dia sendiri yang terlambat ke kantor.

"Baiklah, deal." Dengan terpaksa Calvin menyetujui permintaan Greta.

***

"Terima kasih sudah memberiku tumpangan," ucap Greta sambil memamerkan giginya yang putih. Dia terkekeh geli mengingat kerusuhan yang dilakukan Calvin di pagi tadi.

"Hmm ...," gumam Calvin. "Pulang kantor aku jemput, ya."

Greta melepas sealbelt yang terpasang. "Tumben." Dahinya mengerut karena tidak biasanya Calvin ingin menjemputnya.

"Hanya ingin. Ya sudah, sana! Nanti kau terlambat."

"Baiklah, baik. Terima kasih sekali lagi. Hati-hati di jalan." Greta melambaikan tangan lalu keluar dari mobil.

Selepas kepergian Calvin, buru-buru Greta masuk ke dalam kantor. Dia berlari sambil melihat jam yang bertengger di pergelangan tangannya. Sepuluh menit lagi bisa-bisa dia terlambat masuk. Mega, sahabat Greta di kantor menegurnya saat tepat berada di depan pintu ruang kerja. Kebetulan dia juga baru datang.

"Ta, kau tahu, tidak? Hari ini ada pergantian CEO baru." Mega menempatkan tubuhnya di kursi setelah berada di meja kerjanya.

Sama halnya dengan Mega, Greta juga sudah berada di meja kerjanya tepat di samping sahabatnya itu. "Aku tidak tahu."

"Kau sekretaris CEO. Bagaimana tidak tahu hal sepenting ini?" Mega nampak heran. "Dengar-dengar penggantinya sangat tampan." Wajah Mega pagi ini tampak begitu cerah mengingat ada pergantian CEO di kantor.

"Lalu? Kalau tampan memangnya mau di apakan?" Pembicaraan Mega kali ini tidak menarik perhatian Greta sama sekali.

Bibir Mega manyun. "Hitung-hitung cuci mata. Nambah semangat kerja kita juga, kan?"

Greta menggelengkan kepala lantas mengecek pesan masuk di ponselnya. "Teman-teman, Pak David minta kita semua ke ruang meeting sekarang juga," seru Greta menginformasikan kepada seluruh karyawan yang berada satu ruangannya setelah membaca pesan masuk di ponsel.

Seluruh karyawan yang berada di ruangan tersebut pun mau tidak mau harus menghentikan pekerjaannya. Sesuai dengan perintah Greta, satu per satu mulai bergerak menuju ruang meeting.

"Langsung saja, saya mengumpulkan kalian karena ada hal penting yang ingin saya sampaikan," ucap Pak David tanpa basa-basi usai masuk dan duduk di ruangan. "Saya ingin memperkenalkan seseorang yang akan menggantikan posisi saya di perusahaan ini."

Seluruh karyawan terlihat tak sabar dengan CEO baru yang akan menggantikan Pak David termasuk Greta. Suasana di ruangan semakin hening dan tegang.

Sungguh, Greta sama sekali tidak tahu kalau hari ini adalah hari pergantian CEO. Ingatannya kembali berputar ke belakang, yang dia ketahui Pak David memang pernah mengatakan padanya jika suatu saat nanti ada seseorang yang akan menggantikan posisi pria paruh baya itu di kantor. Lantas sekarang, Pak David seolah membuktikan ucapannya di depan seluruh karyawannya.

Tak lama seseorang bertubuh tegap dengan setelan jas berwarna senada masuk ke dalam ruangan. Sebelah tangannya berada di saku celana dengan kaca mata hitam yang bertengger sempurna di hidung.

"Benar, kan, kataku dia tampan. Lebih tampan dari yang kubayangkan," bisik Mega kepada Greta di sampingnya.

Kedua mata Greta membulat. "Sssstt ...." Jari telunjuknya menempel di mulut pertanda agar Mega tidak bersuara lagi.

"Yang akan menggantikan posisi saya adalah Jerico Alexander Louise, putra saya satu-satunya." Pak David berkata lagi seraya bangkit dari kursi.

Putra dari Pak David itu melepas kaca mata lalu membungkukkan badan. "Saya Jerico. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik dalam memajukan perusahaan."

Mega berbisik lagi pada sahabat di sampingnya. "Gila, ta! gantengnya overdosis engga, sih." Menyadari ucapannya tidak direspon, Mega mencubit pelan lengan Greta.

Rasa sakit di lengan membuat lamunan Greta buyar. Dia mengerjap-ngerjap kedua matanya. Dia yakin pandangannya tidak salah.

"Wajahnya tidak asing. Aku seperti bertemu dengannya tapi di mana?"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
ArgaNov
itu yang maling mie cupmu Greta.........
goodnovel comment avatar
Aprilia Choi
permulaan yang seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status