All Chapters of BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU: Chapter 21 - Chapter 30
59 Chapters
DIPAKSA MENIKAH
Kusambut pagi yang cerah ini dengan sebuah harapan baru. Setelah tadi malam merenung, aku menyadari bahwa Mas Angga telah berhasil memiliki hatiku. Ya! Aku mencintainya. Meski nanti cinta ini tak terbalas, aku akan tetap mengukir namanya dalam hati. Menjadi sebuah kenangan yang tak terlupakan.Seperti biasa, pagi ini aku bersiap berangkat ke ruko. Menatap masa depan meski belum jelas siapa yang akan menemaniku nanti. Baru saja mengeluarkan motor, aku dibuat terkejut oleh kedatangan bapak dan ibu yang tak mengabari lebih dulu. Gegas aku menyambut mereka dengan mencium takdim tangan keduanya. “Bapak sama Ibu kok datang enggak kasih kabar dulu, untung saja Elin belum berangkat,” ujarku sembari mengajak mereka masuk.“Dari semalam ponsel kamu  enggak aktif. Bagaimana mau kasih kabar,” sahut Ibu. “Iya. Bapak telepon berkali-kali tetap enggak tersambung,” timpal bapak. Astaga!
Read more
ANGGA DATANG
Aku tersenyum getir saat sekelebat bayang Mas Angga menyapa dalam angan. Merindu saja sudah tak berani, apalagi berharap. Terkadang kita harus belajar legawa ketika mimpi tak lagi menyemangati. Sebab cinta tak mesti memiliki.Genap lima hari sejak kejadian di rumah Mas Angga, aku masih asyik menyendiri. Di sudut kamar yang sepi, aku belajar menghapus segala rasa untuk Mas Angga. Mencoba membunuh cinta yang tak bertakhta. Rere-sahabat yang selalu ada untukku, cukup kaget tatkala kuceritakan tentang perasaan Mas Angga. Dia tak menduga jika Mas Angga tak membalas cintaku. “Kenapa Angga bisa bilang seperti itu ya, Lin. Padahal selama ini dia sangat perhatian sama kamu. Aku sering melihatnya mencuri pandang saat kamu sedang beraktivitas,” ujar Rere sepulang dari rumah Angga.“Entahlah, Re. Mungkin aku yang salah mengartikan kebaikannya,” sahutku kala itu.Ya. Bukan hanya Rere saja yang beranggapan bahwa Mas Angga menyuk
Read more
HAMPIR TERNODA
Setelah cukup lama berpikir, aku memutuskan untuk kembali menemui Mas Angga. Dengan menggunakan sepeda motor Rere, aku pulang ke rumah, berharap laki-laki itu masih menungguku di sana.Aku kecewa saat sampai rumah. Suasana hari ini lumayan sepi. Para tetangga yang biasanya rutin ghibah di rumah sebelah juga tak kelihatan batang hidungnya. Motor Mas Angga pun sudah tak ada di tempat semula. Terbesit sesal karena tadi sudah mengabaikannya. Ah! Kenapa aku sebodoh ini. Jika tadi aku mengiyakan saat Mas Angga mengajakku menikah, mungkin saat ini kami tengah duduk berdua berbagi canda tawa dalam cinta. Namun, lagi-lagi keegoisan meruntuhkan semua harapan. Nasi telah menjadi bubur. Semua yang terjadi tak kan terulang lagi. Dengan langkah gontai aku masuk ke dalam, berniat kembali mengurung diri. Baru saja masuk ke kamar, aku terkejut saat seseorang membekap mulutku dari arah belakang, lalu mendorong tubuhku ke ranjang.
Read more
BAYI DI DEPAN PINTU
Setelah mobil yang membawa Mas Bayu pergi, para tetangga juga ikut bubar. Telingaku masih sempat menangkap selentingan miring dari mereka, tapi aku abai. Mereka belum tahu yang sebenarnya, jadi wajar jika berpikir yang enggak-enggak tentang diriku.Mas Angga-lelaki yang menjadi pahlawan bagiku mulai berjalan mendekati motornya. Dia terus melangkah tanpa menoleh padaku. “Mas!” Aku berteriak memanggil laki-laki itu sambil berlari mendekat padanya. Mas Angga menoleh sejenak sambil melempar senyum lalu kembali melanjutkan langkahnya. Gegas kudekap dia dari belakang saking takutnya dia pergi.“Jangan pergi, Mas!” harapku. Mas Angga melepas dekapan lalu berbalik menghadapku. Ditatapnya lekat mata ini sampai aku salah tingkah. Debaran hatiku kian terasa saat dia meraih jemariku lalu menggenggamnya erat. “Aku mencintaimu, Lin!” ujar Mas Angga sembari menarikku dalam pelukannya. Tak ingi
Read more
KENYATAAN PAHIT
Sekitar sepuluh menit setelah pergi, Rere sudah kembali dengan tangan kanan menenteng kantong plastik lalu mengeluarkan isinya dan menunjukkan padaku. “Yang ini kan?” tanya Rere sembari menunjukkan satu dus susu formula merek terkenal. “Iya enggak apa-apa. Kan memang itu yang paling banyak di beli,” sahutku.Rere langsung beranjak ke dapur membawa benda itu, sementara aku sibuk menimang bayi di ruang tengah. Sesekali aku menatap iba pada bayi malang ini. Dosa apa yang dia lakukan sampai dibuang oleh ibunya! Sebentar kemudian, Rere sudah kembali dengan sebotol susu dan memberikan padaku. Bayi yang sudah kehausan ini langsung berhenti menangis saat kuberi susu formula.Tak lama kemudian, susu telah habis tak bersisa. Aku terus menimangnya sampai dia terlelap, lalu segera kubaringkan di kamar tidurku. “Kamu sudah pantas jadi ibu, Lin,” ujar Rere yang sejak tadi memperhatikanku. “Namanya juga p
Read more
NILAM HARI INI
Satu minggu setelah penolakan bapak, aku memilih mengurung diri di kamar. Hati ini masih tak bisa menerima kenyataan bahwa orang tuaku tak merestui hubungan kami. Mas Angga memang datang lagi keesokan harinya untuk menjemput bayi itu. Dia datang bersama seorang perempuan yang mengaku adiknya.Waktu itu aku sempat mengajak Mas Angga untuk kabur, tapi dia menolak. Dia hanya berpesan untuk tidak melupakannya. Tanpa berusaha untuk kembali memohon pada bapak ataupun ibu. Rere juga sempat meneleponku. Tak banyak yang kami bicarakan. Aku hanya mengabarkan tentang lamaran yang gagal, juga meminta ijin untuk tidak ke toko sampai hatiku sedikit membaik. Bapak dan ibu berulang kali menasihati agar aku tak seperti ini, tapi aku abai. Seperti mereka yang tak peduli dengan perasaan anaknya. Sore ini, seperti biasa aku asyik melamun di kamar. Ibu beberapa kali mengetuk pintu dan memanggil namaku, tapi aku diam
Read more
KEPUTUSAN IBU ANGGA
“Elin!” Rere memekik kaget saat aku datang ke toko bersama laki-laki asing. Dia menatapku sebentar, lalu berganti memindai wajah Reyhan sampai yang diperhatikan terlihat kikuk. Setelahnya, dia langsung menarik tanganku lalu berbisik “Siapa, Lin?” Aku sempat bingung dengan perkataan Rere, tapi setelah berpikir sejenak, aku paham maksudnya. “Ini Reyhan, laki-laki yang dijodohkan denganku,” jawabku santai. “Terus kamu mau? Angga bagaimana? Kasihan dia, Lin!” berondong Rere. Aku sedikit kaget dengan intonasinya yang tak biasa. Rere seolah tak suka jika aku menerima perjodohan ini. “Kalau aku mau sama Reyhan kenapa?” Aku sengaja memancing Rere agar kembali bersuara. Apa benar dia kasihan sama Angga atau ada hal lain.“Angga sangat mencintai kamu. Masa iya kamu malah sama yang lain. Lagian, kalau di perhatikan kalian enggak cocok. Kamu cocoknya sama Angga,” jelas Rere. “Terus R
Read more
MASA LALU IBU
Sekitar jam delapan malam kami baru sampai di rumah ibu. Tadi di jalan sempat istirahat sejenak sekalian magrib. Kata orang tua dulu, tak baik jika waktu terus dalam perjalanan. Makanya tadi kami rehat sebentar. Ibu dan bapak langsung menyambut dengan senyuman tatkala aku dan Reyhan turun, tapi berganti kaget saat Mas Angga dan Rere keluar dari mobil. “Kok sampai malam begini, dari mana saja sih? “ gerutu ibu setelah kucium takdim punggung tangannya. “Jalan-jalan, Bu,” jawabku asal. “Ya sudah ayo masuk dulu!” Ajak bapak kemudian. Akhirnya kami semua masuk, lalu duduk mengitari meja ruang tamu, saling berhadapan satu sama lain. Ibu masuk ke dalam sambil memberi kode padaku. Tak menunggu lama, aku langsung mengekori langkahnya yang telah lebih dulu menuju ke dapur. “Kamu habis dari mana sih, Lin?” tanya ibu saat aku sedang menyedu teh. “Nanti saja ceritanya, Bu! Sekalian a
Read more
KARMA BAGI BAYU
Kusambut pagi dengan segenggam harapan baru. Setelah semua yang diceritakan ibu, aku tak lagi berburuk sangka pada perempuan yang telah melahirkanku itu. Semula aku berpikir dulu ibu pernah berbuat salah pada ibunya Mas Angga, tapi setelah mendengar semuanya segala prasangka itu hilang terganti haru.Seusai salat subuh, aku dan Rere membantu ibu memasak, hal yang jarang kulakukan selama ini. Ya! Sejak merantau, aku jarang sekali masak karena waktu yang memang tak ada. Pun sejak mengelola toko bareng Rere. “Maafkan ibu ya, Lin. Gara-gara masa lalu ibu, hubunganmu dengan Angga jadi terhalang,” ujar ibu sambil menggoreng pisang.“Enggak apa-apa kok, Bu. Elin sangat yakin kalau jodoh itu benar-benar kuasa Alloh,” sahutku menenangkannya. “Syukurlah kalau kamu berpikir sedewasa itu,” puji ibu sambil melempar senyum. “Masih mending Elin pernah menikah, lah aku sampai umur segini belum ada yang melamar.”
Read more
BUKAN PECUNDANG
Hari ini toko cukup ramai pembeli. Aku, Rere dan satu orang karyawan sampai dibuat kewalahan. Mungkin sudah saatnya menambah satu karyawan lagi. Apalagi sekarang aku dan Rere sering sibuk dengan urusan pribadi. Jika terlalu sering tutup, bukan tak mungkin pelanggan akan kabur lalu toko yang belum lama berdiri ini akan bangkrut. Aku menghela nafas lega saat para pelanggan mulai sepi. Hanya tinggal satu dua yang cukup di layani oleh karyawan saja. Bukannya aku tak suka toko ini ramai, tapi kami juga manusia yang butuh istirahat. “Alhamdulillah... akhirnya bisa istirahat juga ya, Lin.” Rere bergumam syukur memuji nama tuhan. “Iya,” sahutku sambil mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah. “Eh... gimana, apa kamu jadi ke rumah Angga hari ini?” Rere mengambil botol minuman, membuka penutupnya lalu meneguk sebagian isinya. “Nanti, nunggu bapak dan ibu datang. Kalau enggak ada halangan, satu jam lagi mereka datang
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status