Semua Bab Suami yang Tak Diinginkan: Bab 11 - Bab 20
305 Bab
11. Dia Akan Mengambil Uangnya Lagi?
“Gimana? Apa kata Juwita sama kamu? Dia setuju nikah sama kamu kan, Hen? Juwita nggak batalin ucapannya malam itu, kan?”Baru saja Hendra tiba di rumah, Lilis sudah menghujaninya dengan berbagai pertanyaan. Istrinya itu bahkan tidak melihat suasana wajah Hendra yang kusut oleh beratnya beban pikiran. Hendra merasa kecewa pada sikap Lilis yang sangat keterlaluan, tapi hanya pasrah yang bisa dia lakukan.“Kok bengong, sih, Hen? Kamu nggak pergi ke mana-mana, kan? Kamu beneran nemuin Juwita atau malah ke mana, sih?” tanya Lilis sekali lagi.Rasanya tak ada gunanya Hendra berharap Lilis akan sedikit mengerti perasaannya. Wanita yang dia nikahi ini sudah tidak seperti wanita yang dulu Hendra kenal.“Ayo dong, Hen... kamu kenapa hanya diam? Bilang sama aku, apa yang Juwita ucapkan di pertemuan kalian,” paksa Lilis tak menyerah. Suaranya merengek dibuat seperti ingin menangis.“Dia bilang, besok kami menikah. Gima
Baca selengkapnya
12. Tak Sabar Ingin Kaya!
Hendra masih bergeming, sementara Lilis uring-uringan memikirkan mungkin uangnya akan kembali Juwita ambil saat pernikahan itu berakhir. Lihatlah wajah Lilis yang bengis dengan bibir mencibir, membuat Hendra ingin menjerit karenanya.“Juwita nggak bilang begitu, dia juga nggak bilang mengurangi uang yang kalian janjikan.” Tapi sekali lagi, Hendra tahan gemuruh di dalam dadanya untuk membuat semuanya tetap baik-baik saja.Lilis tersenyum sumringah, kekhawatirannya hilang seketika. “Bagus, dong. Hanya lima tahun, dari mana lagi kita bisa dapat uang dan apartemen mewah? Itu justru menguntungkan kita, Hen! Setelah pernikahan kalian berakhir, kita bisa hidup layak tanpa gangguan siapa pun, benar kan?”Bayangkan saja. Lima tahun bukanlah waktu yang sedikit jika dibandingkan akan segala yang dia dapatkan. Bahkan jika Hendra bekerja sampai tua pun belum tentu mereka akan mendapatkan uang tiga miliar dan apartemen mewah. Lilis tidak keberatan, jus
Baca selengkapnya
13. Kita Jadi Kaya!
Lilis masih terlelap saat Hendra terjaga dari tidurnya. Dia tatap wajah wanita yang sudah tiga tahun menjadi istrinya, tampak sangat lugu dengan wajah tidak berdosa. Wajah lugu itu pula lah dulu yang membuat Hendra begitu mencintai Lilis, bahkan sampai detik ini.Bukan hanya wajahnya, tapi sifat apa adanya yang Lilis miliki pun alasan Hendra yakin untuk menikahi Lilis tiga tahun yang lalu. Hendra benar-benar tidak menyangka istri lugunya itu kini sudah sangat berubah, bahkan rela menggadaikan Hendra pada wanita lain. Mendesah, Hendra lantas bangkit dari atas ranjang, tak tahan memikirkan sifat Lilis yang kini tergila-gila akan uang.Hendra adalah lelaki pekerja keras. Pekerjaan apa pun dia lakukan untuk mengumpulkan rupiah demi rupiah. Seperti hari ini, seharusnya Hendra bisa beristirahat menikmati hari liburnya. Tapi Hendra sudah berniat akan mendapatkan uang dari pekerjaan lain di luar sana. Karena itulah Hendra tetap berangkat meski Lilis tidak menyiapkan sarapan un
Baca selengkapnya
14. Menyumpal Mulut Tetangga!
Lilis masih sibuk dengan uang-uangnya, saat Juwita muncul di ambang pintu. Perempuan yang silau akan uang itu bahkan tidak peduli saat Juwita berkata akan membawa Hendra bersamanya.“Lis, kamu nggak dengar? Aku... harus pergi dengan Nona Juwita,” bisik Hendra, dia sangat malu melihat tingkah istrinya yang sibuk memeluk uang-uangnya.“Dengar dong, Sayang... aku nggak budeg, kok. Yaudah, sana kamu pergi sama Jeng Juwita. Aku harus persiapan beli baju mahal buat acara nanti malam.” Lilis bayangkan dirinya akan hadir di acara pernikahan Hendra dengan pakaian paling mahal. “Oh, ya, Jeng Juwita pake gaun warna apa? Aku bakal beli warna yang sama dengan kemeja Hendra juga.”“Tidak. Aku sudah persiapkan pakaian untuk kami,” sahut Juwita, rasa geli di dalam hatinya melihat Lilis yang sangat keterlaluan.“Terus, aku pake baju lain sendiri, dong? Loh, kita ini kan keluarga, Jeng, harus kompak, dong!”
Baca selengkapnya
15. Menjadi Nyonya Besar.
Nama Lilis menjadi tranding topik di tempat tinggalnya. Orang yang biasa hidup ala kadarnya, bahkan dekat dengan kata miskin kini menjadi seorang billioner. Mobil mewah, pakaian mahal, tas bermerek dan segalanya dia beli dan pamerkan di depan para tetangga.“Nih, Bu Saidah, lihat nih...” kata Lilis, mengangkat tasnya tinggi-tinggi. “Aku baru pulang belanja banyak! Di mobil lebih banyak, tuh, mau lihat nggak?” Lilis buka pintu mobilnya dan menunjukkan barang-barang mahal yang baru dia beli dari butik terkenal di kotanya. “Baca ya nama tokonya, ini bukan barang KW kayak yang kalian beli di pasar-pasar.”Lilis merasa sangat kesal. Sejak pagi tadi dia berkata dirinya sudah menjadi orang kaya, tapi tetangganya masih menganggap dirinya bermimpi. Uang-uang yang Lilis hamburkan juga tidak lantas membuat tetangganya sadar akan kekayaan Lilis sekarang.“Kalian masih belum percaya kalo aku udah kaya?” tanya Lilis, sangat butu
Baca selengkapnya
16. Tentangan Keluarga
Sementara di sebuah rumah mewah, Hendra duduk mematung tak mampu bergerak. Perasaannya bagaikan tengah duduk di bangku pesakitan, disidang oleh seorang hakim yang sangat kejam. Di sisi kanannya ada Juwita, wanita yang sudah membelinya dari Lilis. Di depan mereka duduk sepasang orang tua yang Juwita sebut sebagai papa dan mamanya. Hendra hanya diam mendengarkan perbincangan mereka yang mulai bersitegang, sebab Juwita sudah menyuruhnya menutup mulut sebelum masuk ke rumah keluarga itu. “Apa-apaan ini? Kamu menolak semua pria yang papa kenalkan, dan tiba-tiba bilang mau menikah? Laki-laki macam apa yang kamu bawa ini, Juwita?”Selama ini Juwita tidak pernah mengatakan niatnya untuk menikah. Bahkan memperkenalkan seorang pria saja, dia sama sekali tidak pernah. Sejak Juwita dan mantan suaminya bercerai dulu, Juwita selalu menutup diri dan menolak semua pria yang dikenalkan keluarga.Lalu tiba-tiba saja dia datang menyebutkan akan menikah malam ini,
Baca selengkapnya
17. Istrimu Tak Perlu Hadir!
Pernikahan Hendra dan Juwita berlangsung sangat cepat. Hanya ada tamu tertentu dan pengurus pernikahan sipil. Kedua orang tua Juwita ikut hadir meski dengan perasaan terpaksa, dan wajahnya sangat tegang dan menunjukkan ketidaksukaan.“Selamat, Juwi, akhirnya kamu punya suami.” Temannya memberi selamat pada Juwita, menyalami kedua pengantin itu.“Terima kasih.”Venny juga hadir di sana. Banyak pertanyaan yang muncul di dalam kepala Vanny, mempertanyakan apa sebenarnya yang terjadi di sana. Dia mengenal Hendra adalah suami dari temannya, Lilis.“Kalian saling mengenal di mana? Terus... sudah berapa lama kalian berhubungan?” tanya Vanny, ingin memastikan apakah mungkin Lilis tidak tahu suaminya bermain gila? Padahal, saat Vanny menawarkan Lilis untuk mencari pria tua, temannya itu sangat mempertimbangkan dirinya sudah menikah. ‘Gila aja kalo Lilis memuja laki-laki brengsek kayak Hendra,’ pikir Vanny sinis.
Baca selengkapnya
18. Harusnya Mereka Berterima Kasih!
Ratna terkagum-kagum melihat apartemen Lilis yang sangat mewah. Mulutnya sampai menganga, tidak menyangkan putri satu-satunya akan memiliki apartemen semewah itu. "Lis... rumah kamu keren banget! Ibu benar-benar bangga sama kamu, Nak!" pujinya tak main-main."Iya dong, Bu... ini kan apartemen elite, udah pasti isinya keren lah. Semua isinya Juwita yang beliin, aku nggak harus capek-capek keluar duit lagi buat isi perabotan." Gaya Lilis sudah seperti seorang nyonya sungguhan. Yang biasanya dia hanya dasteran di rumah kontraknnya, sekarang gaun selutut itu tidak pernah lepas dari tubuhnya. Kaki jenjangnya juga selalu mengenakan high heels mahal yang siang tadi dia beli.'Coba dari dulu Lilis jual Hendra, kan kita nggak harus hidup miskin lama-lama,' pikir Ratna sambil tertawa di dalam hati. Tak dia pungkiri kesuksesan bahwa putrinya memang sangat pintar mencari seseorang yang mau membeli menantunya yang tidak berguna itu.Apa sih yang dih
Baca selengkapnya
19. Istri Kedua Sok Berkuasa!
"Dasar orang kaya bodoh ya, Lis. Bukannya bikin acara besar, malah begitu. Kalo ibu yang jadi orang tuanya Juwita, ibu pasti bikin pernikahan kamu sangat mewah. Ibu undang semua orang-orang penting untuk merayakan pernikahan anak ibu. Memangnya buat apa kaya raya kalo nggak bisa ngadain acara besar di pernikahan anak sendiri?"Ratna masih kesal dengan penjelasan Lilis tadi, sedangkan Lilis sendiri sudah muak hanya membahas keluarga itu. Apalagi sekarang Lilis tengah sibuk berbalas pesan dengan sahabatnya Vanny.Vanny: Lis, kamu di mana? Lilis: Di rumah, ada apa?Vanny: Kamu nggak tau apa yang terjadi? Ya ampun, Lis... SUAMI KAMU NIKAH LAGI, WOI!Mata Lilis terbelalak melihat pesan terakhir yang Vanny kirimkan padanya.Lilis: Maksud kamu?Vanny: Serius kamu nggak tau? Hendra nikah lagi, dia nikah sama Juwita. Gila ya, aku nggak nyangka suami kamu seperti ini.Lilis: Van, kamu lagi di mana, sih? Bukannya pernikahan Juwita d
Baca selengkapnya
20. Aku Lebih Kaya!
Mobil Lilis baru saja berhenti di depan rumah besar milik keluarga Juwita. Semua tampak sepi, bahkan pagarnya saja tidak terbuka sama sekali. Lampu di dalam sana juga terlihat gelap pertanda tak ada acara besar yang sedang digelar. "Kamu yakin ini rumah keluarganya Juwita?" tanya Lilis pada supir yang ikut bengong menatap dari luar pagar rumah besar itu. "Benar, Bu. Saya sudah bekerja beberapa bulan untuk Bu Juwita, nggak mungkin saya salah alamat." "Tapi nyatanya di sini sepi, Arman! Mana mobil para tamunya? Mata kamu bisa lihat halaman itu nggak ada satu mobil pun yang terparkir, kan?" tanya Lilis masih belum terima melihat suasana yang sangat sepi. "Saya juga nggak tau, Bu. Atau mungkin... resepsinya nggak diadakan di sini, ya?" Alih-alih memberi jawaban yang Lilis harapkan, supirnya justru bertanya balik. Lilis yang sejak tadi sudah dipenuhi emosinya menjadi semakin geram. Dia keluarkan kembali ponsel dari dalam tasnya lantas menel
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
31
DMCA.com Protection Status