All Chapters of Suami yang Tak Diinginkan: Chapter 21 - Chapter 30
305 Chapters
21. Pamer.
“Wah, gila... seumur-umur baru kali ini aku masuk ke diskotik!” seru Lilis begitu dia menemui Vanny. Matanya liar menyusuri arena bar yang dipenuhi lautan manusia.Mereka sangat banyak, tak terhitung oleh Lilis. Sebagian dari mereka menari gembira dan menjerit sangat kencang, seakan ingin mengalahkan suara musik. Sebagiannya lagi duduk di atas sofa yang disediakan, tak lupa mereka  juga menggoyangkan tubuhnya.“Pen, omnya kamu nggak marah kamu ke tempat begini?” tanya Lilis mendekatkan mulutnya ke telinga Vanny.“Marah? Kenapa harus marah? Lis, hidup ini hanya satu kali, kita harus pintar-pintar menikmatinya. Aku nggak pernah larang dia ngapain aja, mau seminggu hanya nemani istrinya juga aku nggak peduli, yang penting uang lancar. Dan dia juga nggak larang aku ngapain pun selagi aku melayani dia dengan baik. So, apa yang mau dimarahkan?” terang Vanny panjang lebar.Jadi begini kah hidupnya orang kaya? Pasangan tak
Read more
22. Steve.
Lilis masih terpaku menatap wajah pria di depannya. Tampan. Itu yang pertama kali tersirat dalam pikiran wanita dua puluhan itu. Alisnya yang tebal, bibir tipis dan seksi, juga mata tajam bak elang yang siap untuk menyergap, sungguh sempurna di mata Lilis. Ditambah dengan cahaya lampu berwarna-warni yang menerpa wajahnya membuat lelaki itu terlihat sangat menawan.“Maaf, saya tidak sengaja.”Suaranya yang lembut mendayu ke telinga Lilis, mengalahkan sejuknya sentuhan air hujan. Lilis semakin terpaku sampai melupakan pakaian yang basah atas perbuatan lelaki di depannya. Saat si lelaki menunduk di depan Lilis, dia bahkan tidak bergerak dan membiarkan lelaki itu menyentuh bagian pinggangnya. Bagaikan kembali ke masa-masa remaja, jantung Lilis berdebum hebat merasakan sentuhan lembut yang dilakukan si lelaki tampan.“Bajumu sangat basah. Aku takut kamu akan masuk angin karena ini,” ucap si lelaki sekali lagi, dan sejenak dia seperti sedang be
Read more
23. Kamu Milikku, Hendra!
Hendra mengulurkan tangannya ingin meminta restu pada mertuanya yang baru, tapi lansung ditepis begitu saja. Papanya Juwita menatap masam, menunjukkan betapa dia tidak menyukai Hendra.“Putriku mungkin memilih kamu sebagai suaminya, tapi sampai kapan pun kami tidak akan pernah menerima kamu menjadi menantu di rumah kami!” Papa Juwita mengatakannya tanpa sedikit pun perasaan.Tangan Hendra kembali ke belakang tanpa mendapat restu dari mertuanya. Dia menunduk malu, sadar bahwa dirinya hanya orang miskin yang tidak mungkin bisa diterima oleh keluarga kaya. Tapi, Hendra tidak bisa berbuat apa pun sebab dirinya dan Juwita juga menikah hanya karena uang. Harga dirinya sudah benar-benar hilang, tergadai oleh uang tiga miliar.“Maafkan saya, Pak.”“Maaf, maaf. Kamu sengaja menggoda putri kami karena harta, kan? Tapi jangan pernah bermimpi, kami tidak akan pernah memberikan sedikit pun harta kami padamu!” Lantas dia menari
Read more
24. Kemana Juwita?
Hendra masih tertegun di tempatnya berdiri. Dia cerna kata demi kata yang diucapkan Juwita sebelum menghilang dari pandangannnya. Hendra yakin Juwita tadi berkata dia tidak akan boleh bertemu Lilis sampai satu minggu ke depan nanti.Apakah mungkin Juwita marah karena Hendra berkata ingin kembali ke rumah? Apakah dia berpikir Hendra ingin meninggalkannya demi Lilis? Padahal, sebelum pernikahan mereka pun Hendra sudah tahu untuk satu minggu ini dia memang harus tinggal dengan Juwita.“Aku tak punya baju ganti, bagaimana akan tinggal satu minggu?” Hendra semakin bingung.Pagi tadi kedatangan Juwita terlalu buru-buru. Tak memberi waktu untuk Hendra mengambil barang apa pun, dia sudah memaksa agar mereka segera mengurus pernikahan. Dan sekarang hanya satu setelan  pakaian pengantinnya lah yang Hendra miliki untuk melapisi tubuhnya. Ini akan sangat bau jika Hendra bertahan dengan satu pakaian selama satu minggu.Namun apa yang bisa dilakukan se
Read more
25. Tidur Dengan Aktor.
Lilis terbangun dengan tubuhnya yang sakit di mana-mana. Memutar tubuhnya ke samping, dia temukan seorang lelaki yang tidak dia kenal sedang terlelap di sebelahnya. Lilis yang belum sepenuhnya sadar lantas bangkit buru-buru."Ar...!" pekik Lilis. Dia sadari dirinya tidak mengenakan satu helai pakaian pun. Tangannya berusaha menarik selimut untuk menutupi bagian dada yang terekspos. "A-apa ini? Ke-kenapa aku begini?" tanya Lilis kelabakan sendiri.Lelaki yang tidur di sebelahnya juga bangun dan menggosok matanya. "Kenapa, Sayang? Kamu udah teriak masih pagi begini.""Sa-sayang?" Bibir Lilis berucap terbata.Kala itu pun dia teringat tentang tadi malam, di mana dia bertabrakan dengan seorang lelaki di dalam diskotik dan berakhir bersamanya.Lelaki itu bernama Steve, Lilis mengingatnya. Steve menyuruh seseorang membawakan baju ganti untuk menukar baju Lilis yang basah. Lalu selanjutnya... mereka memutuskan minum bersama di atas mobil Steve.Lil
Read more
26. Melihat Istri
“Mau ke mana kamu?”Juwita tiba-tiba berdiri di ambang pintu ketika Hendra akan keluar dari kamarnya. Dia terkejut sebab sudah tiga hari tinggal di sana, tak sekali pun Juwita menampakkan diri. Apa mungkin perempuan itu sudah lelah bermain petak umpet?“Aku mau kunjungi Alan. Sejak berapa hari ini aku nggak bisa hubungi Lilis,” sahut Hendra jujur.“Kamu rindu istrimu?”Kenapa menanyakannya lagi? Juwita tahu jelas Hendra memiliki istri pertama yang masih sangat dia cintai. Lilis tidak bisa dihubungi sejak tiga hari, dan itu membuat Hendra tidak tenang. Apakah mungkin istrinya sakit, atau apa ada hal lain? Hendra harus memastikannya.“Nona Juwita tau sendiri aku memiliki istri. Tolong jangan membuat kita rumit,” sahut Hendra lagi. Bagaimana pun, dia tahu Juwita tidak senang setiap kali dia menyebut nama Lilis. Tapi, bukankah seharusnya wanita ini tahu resikonya jika menikah dengan Hendra? Juwita harus p
Read more
27. Siapa Laki-laki itu?
"Yakin kamu turun di sini, Lis?""Iya, yakin kok, aku memang mau ke sana," sahut Lilis tanpa merasa ada yang ganjil. Dia masih bisa tersenyum meski wajah Steve kelihatannya bingung. "Kenapa sih? Memang salah ya aku turun di sini?""Ya nggak gitu, sih. Tapi kan ini toko mainan anak-anak, loh. Kamu mau beli manan anak?"  Sampai Steve mengatakan pertanyaan itu, baru lah Lilis seperti tersadar dia sudah membuat kesalahan.'Ya ampun, Lilis... kamu ini kok ceroboh banget, sih! Steve belum tau kamu punya anak, kok malah ke tempat mainan anak-anak. Bodoh... bodoh!' Lilis mengumpat dirinya sendiri di dalam pikiran.Awalnya Lilis tidak memikirkan tentang itu. Dia hanya teringat pada Alan dan berpikir mungkin ibunya juga masih ada di apartemennya. Lilis tidak ingin mendengar pertanyaan cerewet dari sang ibu, karena itu dia berpikir membawakan Alan mainan saja. Dengan begitu dia akan punya alasan mengatakan pada sang ibu kehilangannya tiga hari ini
Read more
28. Janji Palsu.
“Dia Steve, dia itu aktor. Uangnya banyak, punya rumah dan mobil mewah, dan yang pasti... dia seorang yang mapan. Aku merasa beruntung banget bisa kenal sama dia, Hen. Terus, dia juga akan bantu kenalin aku sama para sutradara. Pokoknya dia hebat banget!”  Lilis memuji Setev sangat banyak, mulutnya terus berceloteh mengatakan tentang Steve yang seorang aktor terkenal. Wajahnya bersinar dan semangatnya penuh saat terus memuji laki-laki yang baru dia kenal itu. Perasaan bercampur aduk memenuhi dada Hendra, mendengar semua cerita dari istrinya. Mata yang berbinar itu jelas-jelas bahwa Lilis tengah memuja lelaki itu. Hendra merasa dirinya seperti orang bodoh mendengar semua perkataan Lili. “Ya ampun, Hen. Aku nggak nyangka loh, rejeki kita datang bertubi-tubi! Aku senang banget....” “Lis, apa-apaan sih kamu ini?” potong Hendra tidak senang. “Kamu kenal di mana sama dia? Kenapa bisa satu mobil dengan laki-laki itu, itu yang aku tanyakan.” “Kenapa, sih
Read more
29. Aku Bukan Pakaian Di Gantungan!
Kepulangan Hendra pada Lilis sangat menyita pikiran Juwita. Dia tak bisa santai, pekerjaan pun banyak yang terbengkalai. Rasanya sudah sangat lama sejak Hendra pergi tadi, tapi belum juga kelihatan batang hidungnya sampai sekarang. “Ben, kalian sudah pulang?” Dia hubungi supir yang membawa Hendra. “Belum, Bu. Pak Hendra masih di atas, saya menunggu di parkiran apartemen Bu Lilis.” Ponselnya Juwita letakkan kasar, dia kesal mendengar laporan dari supirnya. “Ngapain, sih, lama-lama di sana?” Juwita bayangkan Hendra dan Lilis mungkin tengah bermesraan sekarang. Lilis yang menyebalkan, tamak dan berlaku sok kaya itu pasti tengah menikmati hidupnya yang enak. Kemudian Lilis pasti berkata dia sudah sukses menipu Juwita, hanya untuk mendapatkan uangnya. Atau mungkin keduanya justru saat ini tengah berpesta? Menikmati indahnya menjadi orang kaya dan bercinta di atas ranjang empuk. Hendra dan Lilis mungkin tengah menertawakan Juwita yang dengan
Read more
30. Malam Pertama
Hendra sempat hanya diam mendengar Juwita mengomelinya. ‘Kenapa dengan Juwita?’ pikir Hendra, menatap baju kaus yang sekarang di tangan Juwita.  Sampai Juwita berdiri sangat dekat, saat itu lah dia sadar apa yang Juwita inginkan. Kewajiban sebagai suami, pekerjaannya sebagai laki-laki yang sudah dibeli sudah saatnya Juwita menagih itu.“Aku istrimu, perlakukan aku layaknya istri.” Tangan Juwita gemetar menyentuh dada polos Hendra, dia terlihat gugup sampai tangan kirinya mencengkram kaus milik Hendra. Terlalu lama hidup dalam kesendirian membuat Juwita gugup saat berhadapan dengan lelaki.Juwita menunduk. Sebagai perempuan yang masuk ke dalam rumah tangga Hendra, terkadang dia merasa rendah diri. Tapi... Juwita tidak bisa mengelak bahwa dirinya menginginkan Hendra. Entah sejak kapan rasa itu datang, Juwita juga ingin diperhatikan oleh Hendra.“Lihat aku sebagai istri keduamu, bukan sebagai Lilis.”Paham maksud Juwi
Read more
PREV
123456
...
31
DMCA.com Protection Status