Semua Bab AKIBAT PELIT PADA ANAK ISTRI: Bab 61 - Bab 70
105 Bab
Bab 60 Cemburu Berat
Pov : ArisGagal! Semua rencanaku untuk mendapatkan Wita kembali benar-benar gagal total. Aku sudah berjuang semaksimal mungkin untuk berubah. Salah satunya dengan tak melulu memikirkan kebutuhan Mbak Yuli dan keponakan-keponakanku.Tak hanya itu saja, aku juga sudah membeli motor matic baru bahkan sudah kredit rumah minimalis agar lebih u mandiri dan tak tinggal di rumah orang tua. Aku pun berusaha perhatian dan loyal pada Zahra, semua kulakukan agar mereka mau kembali. Tapi nyatanya sia-sia belaka. Semua hancur, bahkan saat aku berencana untuk membujuk Wita dan Zahra kembali padaku di hari pernikahannya pun gagal juga. Gara-gara Ulya, rencana terakhirku untuk memisahkan Wita dan Pak Hanan berantakan. Perempuan itu ternyata cukup peka jika aku akan melakukan berbagai cara untuk merebut Wita kembali. "Ris, rumah mbak sudah terjual. Tinggal motor ini saja yang tersisa, usaha pun bangkrut. Sepertinya nggak cocok usaha mungkin Mbak harus kerja saja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ta
Baca selengkapnya
Bab 61 Kabar Bahagia
Pov : Wita Capek dan butuh istirahat yang cukup untuk mengembalikan stamina. Setidaknya itu yang kurasakan detik ini pasca lima hari liburan ke Jogja. Tak hanya aku namun juga Mas Hanan dan Zahra. Apalagi besok hari Rabu, Zahra mulai sekolah lagi karena dua hari lalu sudah izin tak masuk. Liburan kali ini adalah salah satu liburan yang begitu mengesankan dan membahagiakan dalam hidupku. Meski harus curi-curi waktu agar bisa menikmati waktu berdua, setidaknya harus menunggu Zahra lelap dalam tidurnya, namun aku dan Mas Hanan begitu menikmati momen bahagia ini. Kami menikmati semilir angin pantai Parang Tritis yang sejuk, debur ombak di laut lepas seolah melepaskan segala beban yang menghimpit hati dan cukup menyesakkan. Malamnya menikmati bising Malioboro, orang-orang yang lalu lalang, duduk santai di bangku-bangku taman yang tersedia sepanjang jalan sembari menikmati angin malam dan kerlip bintang. Menikmati malam dengan aneka jajanan dan kulineran yang dijajakan di sana. Tak lu
Baca selengkapnya
Bab 62 Gelap Mata
Pov : WitaKabar membahagiakan itu benar-benar datang. Dokter bilang aku positif hamil. Janin yang ada dalam kandunganku kini berusia enam minggu. Sebuah kabar yang begitu membahagiakan tak hanya untukku dan Mas Hanan, tapi juga untuk Zahra yang memang sudah ingin memiliki adik agar bisa diajak bercanda, katanya. Ibu dan bapak pun terdengar mengucap syukur atas kehadiran calon cucu di rahimku. Papa mertua tak kalah bahagianya, bahkan dia sudah mengabarkan calon cucunya di grup w******p keluarga. Meski mereka banyak yang tak menyukai kehadiranku, namun di depan papa, mereka semua berusaha baik-baik saja bahkan pura-pura menyambutku dengan tangan terbuka.Padahal kutahu, ada kecewa dalam hati mereka saat tahu akulah perempuan pilihan Mas Hanan untuk dijadikan pendamping hidupnya. Namun tak apa. Tak terlalu peduli juga, yang penting Mas Hanan dan papa menyayangiku dan tak pernah menganggap kastaku berbeda. Aku pun dimasukkan papa ke grup keluarga besar itu, hanya saja aku tak ikut nimbru
Baca selengkapnya
Bab 63 Keributan Di Kantor
Pov : Wita "Mas, aku boleh ikut ke kantor nggak?" tanyaku pada Mas Hanan yang masih menikmati roti panggang yang kuhidangkan beberapa menit lalu. Mas Hanan menghentikan kunyahannya beberapa saat lalu menatapku lekat. Aku hanya meringis kecil, menarik kursi makan lalu mendudukinya. "Yakin mau ikut ngantor?" tanyanya kemudian. Aku mengangguk pelan. "Memangnya nggak mual? Dokter juga bilang nggak boleh capek-capek, kan? Nanti kalau pusing gimana? Walau bagaimanapun tetap enak di rumah kalau buat santai." Mas Hanan kembali menjelaskan. Dia terlalu mengkhawatirkan keadaanku. "Nggak capek-capek kok, Mas. Cuma mau lihat-lihat suasana kantor aja sih. Sudah lama nggak ke sana. Aku suntuk di rumah terus." Kulihat Mas Hanan sedikit berpikir, tak selang lama dia pun tersenyum menatapku sambil menganggukkan kepala. Diusapnya puncak kepalaku perlahan. "Oke kalau begitu boleh ikut, asal nggak capek-capek. Kalau sudah mulai mual-mual tiduran saja, ya?" Aku pun mengiyakan. Menuruti semua perint
Baca selengkapnya
Bab 64 Pelaku
"Syifa! Keterlaluan kamu kalau ngomong. Nggak ada sopan-sopannya. Wita ini kakak ipar kamu!" Bentak Mas Hanan. Seketika semua diam. Perlahan para karyawan mundur satu persatu. Mereka cukup kaget mendengar bentakan Mas Hanan, karena memang kata Mbak Ulya, Mas Hanan hampir tak pernah marah dengan karyawan. Dia tipe atasan yang ramah, penhertian dan humble. Jika kesal, dia mendinginkan pikiran ke cafe langganan tak jauh dari kantor atau tiduran di ruang kerjanya sampai dia bisa mengontrol emosinya lagi.Mbak Yuli buru-buru mengepel lantai kembali. Lantai yang tadi cukup licin dengan sabun pembersih, dia pel berulang kali hingga tak licin seperti sebelumnya. "Jangan-jangan kamu yang sengaja menumpahkan air pel itu ke lantai, supaya Wita kepleset dan keguguran. Iya?" tuduh Mas Hanan lagi. Aku pun menoleh ke arahnya yang mulai tersulut emosi. Aku memintanya untuk beristighfar. Tak enak jika didengar banyak orang apalagi karyawannya yang notabene tak pernah melihat dia marah. Kulihat be
Baca selengkapnya
Bab 65 Kejutan Kecil Untuk Mereka
|Wita, sebelumnya aku minta maaf sama kamu atas semua yang aku lakukan selama ini. Aku memang bukan kakak ipar yang baik. Selalu dzalim dan jahat sama kamu, padahal selama ini kamu terlalu baik dan nggak pernah neko-neko. Sekali lagi maaf, Wit. Aku sadar, dulu menjadi benalu dalam rumah tanggamu. Bahkan akulah penyebab hancurnya rumah tanggamu dengan Aris.| Pesan dari Mbak Yuli terkirim ke ponselku beberapa menit yang lalu. Ada rasa senang dan sedih yang tercampur dalam hati. Senang karena akhirnya Mbak Yuli menyadari kesalahannya bahkan berlapang dada untuk meminta maaf padaku. Aku tak pernah menyangka jika akhirnya dia mau melakukan itu. Terlepas dari dia mungkin segan karena aku adalah istri dari pemilik perusahaan tempatnya bekerja, bagiku sikap Mbak Yuli sekarang memang jauh lebih baik dibandingkan sebelum-sebelumnya. Keangkuhan dan gaya sosialitanya tak terlihat lagi, seolah luntur begitu saja ditelan bumi. Dia lebih sederhana dalam berpakaian dan perhiasan yang dulu menjadi
Baca selengkapnya
Bab 66 Shock dan Ribut
|Mbak Wita, ada DM dari selebgram loh. Dia pesan bros swarovski buat souvenir anniversary pernikahannya. Gimana, Mbak? 100 biji sih yang harganya 180 ribu| Pesan dari Mbak Mayang dengan emoticon love sepanjang jalan kenangan. Aku yakin itu sebagai tanda tim cantikku itu kangen denganku dan Zahra. Hampir sebulan aku tak menengok mereka karena morning sickness. Mas Hanan pun melarangku pergi kemana-mana sementara waktu, bahkan Zahra hanya diantar jemput oleh Pak Sasro, tanpa kehadiranku serta. |Oke aja, Mbak. Lumayan kan kalau nanti bisa endorse gratis. Makin terkenal usaha kita nanti. Makin oke juga bonus buat tim cantik kita| Gegas kukirimkan pesan balasan untuk Mbak Mayang. Dia memang yang mengurus pesan di instagram dan facebook, Mbak Uni kutugaskan mengurus pesan dari whatsapp sementara Mbak Salwa mengurus pesan dari market place. Sebenarnya masih ingin menambah satu karyawan lagi untuk membantu mereka, namun sampai sekarang belum dapat yang pas karena rata-rata tak menyukai d
Baca selengkapnya
Bab 67 Masuk Rumah Sakit
Waktu menunjuk angka empat sore saat suara berisik terdengar di garasi. Begitu riuh, hingga membuatku tak nyaman berada di ruang keluarga. Gegas keluar rumah untuk melihat apa yang terjadi dan siapa yang datang. "Mbak Wiittt. Oleh-oleh buat Mbak Wita nih. Makanan kesukaan, si bakso yang beranak pinak," ucap Mbak Mayang dengan riangnya. Dia memelukku erat. Sementara Mbak Salwa dan Mbak Uni mengambil kresek dari dalam mobil. Mereka bilang oleh-oleh juga buatku. "Kalian mampir ke sini? Bukannya minta diantar Pak Sasro ke kontrakan sekalian?" tanyaku cukup kaget saat melihat mereka datang bersama pasangan. Suami mereka pun menganggukkan kepala sembari tersenyum saat melihatku ke teras, lalu kuminta mereka untuk duduk di ruang tamu. Sementara istri-istrinya masih asyik foto-fot bersama. Biasalah perempuan."Sengaja kita ke sini, Mbak. Pulangnya mau naik taksi saja, kasihan Pak Sasro kalau ngantar kita-kita dulu. Beliau ngantuk banget kayanya. Tadi sempat cerita katanya semalam begadang
Baca selengkapnya
Bab 68 Kabar Bahagia
"Syifa! Kamu benar-benar kelewatan. Tega kamu membuat iparmu sendiri celaka? Apa sebenarnya yang merasuki otakmu!" Papa membentak Syifa yang masih terdiam di sofa. Sementara Anjas sang suami hanya menunduk dalam diam."Papa nggak nyangka saja, kamu bisa sebrutal ini. Dulu kamu nggak pernah seperti ini, Syifa! Kenapa kamu benci dengan kakakmu? Karena dia sudah punya Zahra atau sudah menikah sebelumnya? Atau karena apa? Coba jelaskan, papa mau dengar!" Papa kembali bicara dengan suara penuh penekanan. Syifa yang sejak tadi diam pun mendongakkan kepalanya. Dia menatap lekat wajah papa yang tampak begitu emosi. "Bela saja terus, Pa. Bela dia terus dan salahkan Syifa. Papa dan Mas Hanan sama saja menyebalkannya. Kalian nggak lagi memperhatikan dan menomor satukan aku tapi perempuan itu dan anaknya!" Syifa menutup wajahnya. Dia tergugu dalam tangisnya. Anjas pun memeluk istrinya untuk menenangkan. "Maksud kamu gimana, Syifa? Kamu cemburu sama Wita dan Zahra? Takut mereka merebut perhatian
Baca selengkapnya
Bab 69 Kejutan
AKIBAT PELIT PADA ANAK & ISTRI 69Siang, saat mentari begitu teriknya menyinari bumi. Suasana rumah nggak terlalu sepi, ada Zahra yang terdengar ngobrol dengan Bik Sarmi di lantai bawah. Entah mengobrolkan tentang apa. Aku yang sebelumnya tiduran di kamar atas sembari menonton acara kuis di televisi mendadak mulas. Rasanya nggak karuan, sepertinya si bayi memang ingin segera bertemu dengan papa dan ibunya. Zahra teriak histeris saat melihat ibunya meringis kesakitan. Tak selang lama Bik Sarmi dan Bik Mus pun memapahku ke lantai bawah. Mas Hanan datang saat aku sudah tiduran di dalam mobil dengan kondisi kepayahan. Keringat dingin mulai menetes ke dahi dan pipi. Tak henti-hentinya Zahra menangis, mungkin takut melihat kondisi ibunya yang begitu lemah. Setelah itu Mas Hanan menggantikan Pak Sasro untuk mengemudi. Dia membawaku ke rumah sakit ibu dan anak yang cukup terkenal di sini. Berulang kali Mas Hanan memintaku bersabar dan berdoa agar semuanya baik-baik saja. Zahra pun terus m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status