All Chapters of Scylaac. Kembalinya Dunia yang Sempurna.: Chapter 21 - Chapter 30
50 Chapters
21. Kam (1)
“Aku hanya percaya pada diriku sendiri.”   Aku pernah menjadi bahan lelucon semua orang di kelasku. Tidak mengherankan memang. Mungkin kau pun akan ikut menertawakanku jika mendengar ini. Saat itu seorang dosen bertanya kepadaku, “Ada berapa jumlah planet di tata surya kita?” Dan aku menjawab dengan tegas, “Aku tidak tahu.”   Dunia menyimpan banyak misteri. Berbagai kejadian yang tidak dapat dijelaskan oleh logika hadir dan tersaji dalam dunia. Seorang gadis yang hamil di usia 5 tahun, seorang lelaki yang hidup kembali meski telah mati, hingga dua orang anak kecil yang hilang lenyap karena pindah dimensi ke dunia lain. Semua itu tercatat dalam sejarah. Apakah aku memercayainya? Tentu saja tidak. Pengetahuan sederhana bahwa planet di tata surya berjumlah sembilan saja aku tidak percaya, apalagi cerita-cerita konyol seperti itu. Aku tidak mungkin memercayainya.   Aku tidak percaya pada apa pun yang dikatakan oleh orang lai
Read more
22. Kam (2)
'Aneh,' kataku dalam hati.   Aku sudah mencari berkeliling selama kurang lebih 15 menit. Tetap saja tak dapat menemukan siapa pun selain para pasien. Tidak biasanya yang seperti ini terjadi. Aku mulai merasa gelisah. Aku sangat ingin tahu perkembangan dari penanganan lelaki yang mengalami amnesia total itu. Belakangan ini aku terus kepikiran orang ini. Dia kasus paling aneh yang pernah kutemui.   “Aggus.” Aku membaca nama yang disematkan kepada seorang pasien yang belum pernah kulihat.   “Oh, Profesor.” Asistenku menghampiriku.   “Ini orangnya?” tanyaku tanpa menoleh.   “Ya. Kasus paling aneh yang pernah kami tangani.”   Aku memandangi asistenku.   “Ada apa, Pak?”   “Tidak. Tidak ada apa-apa. Lalu, bagaimana perkembangannya?”   “Hampir tidak ada perkembangan apa pun. Kami sudah mengajarin
Read more
23. Kam (3)
Aku telah menangani banyak sekali pasien gangguan otak dan gangguan mental di sepanjang hidupku. Begitu banyaknya hingga aku merasa muak dengan semua itu. Dari pengalamanku yang begitu panjang itu, aku mendapati bahwa semua pasienku memiliki suatu kesamaan yang spesifik dalam kondisi kejiwaan mereka. Itu adalah sebuah ekspresi manusiawi yang seragam yang muncul melalui raut wajah, tutur kata, dan gestur tubuh mereka. Kesamaan kondisi kejiwaan itu menjadi benang merah yang menghubungkan mereka semua satu sama lain, diteruskan dengan menghubungkan mereka semua denganku.   Tetapi lelaki ini, pasien yang sedang kutangani saat ini, yang oleh semua orang di tempat ini disebut sebagai Aggus, lelaki ini beda. Dia ... bagaimana cara menjelaskannya. Dia kasus paling aneh yang pernah kutangani. Benar-benar kasus paling aneh yang pernah kutangani. Aku tak bisa menjelaskannya.   Mungkin ini kata-kata yang paling tepat untuk menggambarkan dirinya: bukan m
Read more
24. Kam (4)
Program cuci otak adalah sebuah istilah yang telah menjadi rahasia umum dalam dunia medis, tapi masih tersembunyi dari masyarakat. Yang dimaksud dengan program cuci otak di sini berbeda dengan pemahaman umum orang awam. Program cuci otak bukanlah aktivitas mengubah keyakinan atau ideologi manusia dari yang satu ke yang lainnya. Pencucian otak yang seperti itu tidak efektif. Itu memiliki kelemahan besar, yaitu pasien tidak kehilangan ingatannya. Dalam pencucian otak yang seperti itu tidak ada jaminan jika suatu saat nanti pasien akan kembali kepada keyakinan atau ideologinya yang lama.   Program cuci otak yang dimaksud dalam dunia medis adalah aktivitas menghapus total ingatan manusia, lalu menanamkan pemikiran baru ke dalam otak yang telah bersih itu. Ketika seorang pasien telah dihapus total ingatannya, ia tak lagi memiliki ingatan apa pun mengenai identitas maupun masa lalunya. Yang tersisa darinya hanyalah ingatan esensial mengenai kodrat hakiki manusia seper
Read more
25. Kam (5)
“Ini adalah ...,”-aku melihat ke arah jam tanganku yang tertempel di dinding-”hari ke-28, bulan ke-9, tahun ke-3.”   Ini adalah rekaman ke-45.   “Dalam satu bulan terakhir aku disibukkan oleh pasien baruku ini. Ia ditemukan begitu saja oleh asistenku. Ia mengalami amnesia total. Ia tidak ingat apa pun sedikit pun. Sudut pandangnya terhadap dunia ini sungguh luar biasa; luar biasa polosnya. Ia seperti bayi yang baru lahir dengan kecerdasan setingkat orang dewasa.”   Aku mengambil waktu sejenak.   “Ia dinamai Aggus. A-G-G-U-S. Aggus sangat cerdas. Kecerdasannya luar biasa. Itu adalah kecerdasan yang setingkat dengan seorang profesor. Itu membuatku sampai pada kesimpulan bahwa ia adalah seorang pasien program cuci otak. Tak ada yang menitipkan lelaki ini kepadaku. Aku pun tak tahu apa-apa tentang asal usulnya. Tapi aku percaya pada diriku sendiri. Ia pasti seorang pasien program cuci otak.” &nbs
Read more
26. Kam (6)
Aku dan asistenku memasuki ruangan lelaki itu. Ia sedang duduk tenang menghadap ke arah salah satu dinding ruangan. Hal pertama yang kudapati darinya adalah kenyataan bahwa ia memang aneh. Namun keanehannya saat ini berbeda dengan sebelumnya. Keanehannya saat ini adalah bahwa ia sama sekali tidak memperlihatkan keanehan apa pun dalam dirinya. Tidak ada ekspresi yang tidak manusiawi, tidak ada aura yang tidak mengenakkan, tidak ada keanehan apa pun. Sangat normal seperti bukan dirinya. Aku semakin tidak mengerti.   “Mengapa wajahmu cerah begitu?” ucap asistenku kasar. Lelaki itu tak menjawabnya.   “Hapus senyuman itu dari wajahmu!” kata asistenku lagi. Aku hanya diam dan mengamati. Lelaki itu terlihat tak peduli. Tak selang berapa lama, ia pun beranjak dari tempat duduknya.   Lelaki itu berjalan menuju ke arahku dan asistenku. Kupikir ia hendak melakukan sesuatu, atau setidaknya mengatakan sesuatu kepada kami. Ternyata ti
Read more
27. Kam (7)
“Ikut aku. Kita pergi dari sini.” Aku menoleh ke arah asistenku dengan heran. “Apa maksudmu?” “Aku tidak menjamin kau bisa menemukan jawabanmu di sana. Tapi setidaknya itu lebih baik daripada berada di sini. Di sini kita tidak akan menemukan apa-apa,” lanjut asistenku, seperti dengan sengaja mengabaikanku. “Kam!” Aku berusaha menggapai asistenku. Tapi sesuatu seperti menghalangiku. Aku tak bisa menggerakkan tubuhku. Sekejap bulu kudukku merinding. Pemikiran aneh yang tak pernah melintas di kepalaku tiba-tiba datang menyerangku. Selama ini perhatianku terlalu tertuju kepada Aggus. Itu mengaburkan pandanganku terhadap hal lain yang lebih besar. Aku pun melirik ke arah asistenku. Dan ia tersenyum kepadaku. Tak pernah kusadari sebelumnya keberadaan Kam sebagai teka-teki terbesar dalam hidupku. “Kam?” kat
Read more
28. Ayu (1)
“Hei, kalian sudah dengar?”   “Dengar apa?”   “Ayu, perempuan itu.”   “Ada apa dengannya?”   “Aku tidak tahu detailnya. Tapi katanya, dia baru saja turun dari Tanah Langit.”   “Dia bertemu dengan Kam?”   “Ya.”   “Lalu apa yang terjadi?”   “Itulah yang ingin kuberitahukan kepada kalian semua. Katanya, dia kembali dari puncak Tanah Langit dengan kondisi yang baik-baik saja.”   “Maksudmu dia bertemu dengan Kam dan tidak terjadi apa-apa padanya.”   “Itu yang kudengar.”   “Luar biasa.”   “Sudah kukatakan pada kalian, dia itu berbeda.”   “Sepertinya aku terlalu meremehkannya.”   “Lalu di mana dia sekarang?”   “Katanya dia sekarang sedang berkeliling lagi menemui para penghuni lai
Read more
29. Ayu (2)
Ayu tak menginginkannya. Lebih tepatnya, ia tak ambil pusing akan apa pun yang disematkan kepadanya oleh para penduduk asli. Ia tak ingin menjadi orang asing. Ia bahkan tak ingin menjadi penghuni Scylaac. Sejak awal ia hanya ingin menghancurkan Scylaac. Ia hanya berada di Scylaac untuk tujuan itu. Dan jika saat ini ia terkesan telah berhasil mengambil satu langkah maju mendekati tujuannya tersebut, maka itu hanyalah sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Ayu tidak merencanakannya. Faktanya Ayu memang telah berhasil mengambil satu langkah maju mendekati tujuannya terhadap Scylaac. Itu dirasakan dan diakui oleh para penduduk asli. Tidak demikian dengan Ayu. Ayu tidak peduli. Bagi Ayu ada hal lain yang lebih penting dan lebih menarik. Sebuah pemahaman baru yang dapat mempermudah pekerjaannya. Dan itu adalah bahwa para penduduk asli Scylaac ternyata memiliki level kedalaman pikiran yang berbeda-beda. Tidak semua dari penduduk asli Scylaac memili
Read more
30. Ayu (3)
“Pendatang baru lagi? Ini yang kedua kalinya sejak aku datang ke sini,” kata Baskara. “Tidak, dia bukan pendatang baru. Dia penghuni lama,” tanggap Tono. “Maksudmu, dia penghuni Scylaac tapi dia tidak tinggal menetap di Scylaac?” tanya Baskara. “Begitulah. Dia senang berkelana keliling dunia. Dia tidak suka tinggal menetap di suatu tempat. Tapi dia adalah penghuni Scylaac yang sah. Salah satu penghuni tertua di Scylaac.” “Bukan salah satu. Memang dialah penghuni tertua di Scylaac. Usianya sudah 66 tahun,” sambung Baskoro, salah satu penduduk asli Scylaac. “66 tahun? Dia penghuni pertama Scylaac?” tanya Baskara dengan nada sedikit terkejut. “Mana mungkin, bodoh. Penghuni pertama itu Schoistuedie, Yuhita, Lala, dan Acsac. Mereka yang menciptakan Scylaac. Nama Scylaac saja diambil dari
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status