All Chapters of Hasrat Wanita Kedua: Chapter 11 - Chapter 20
24 Chapters
Hanya karena resep
Di atas kasur, Lula merasa aneh. Kenapa dia terus terbayang pada Jack? Pertemuan mereka begitu singkat. Namun, pria itu membuatnya tertarik.Setelah ciuman panas itu, dia diantar pulang ke apartemennya.Pria itu tak banyak bicara kepadanya, begitu pun dengan dirinya.Mereka nyaris dalam keheningan jika tidak ada musik di mobil.Meski begitu, entah kenapa pertemuan yang tak menyenangkan itu membekas untuknya.Pertemuan dengan Eve, apakah itu termasuk takdir yang baik karena Lula jadi dapat bertemu kembali dengan Jack?Lula kemudian menutup matanya. Dia mencoba untuk segera beristirahat.***“Kring!!!”Lula terkejut dengan jam yang berbunyi nyaring. Dia lebih awal bangun pagi ini. Dengan malas, dia mematikan bunyi alarm yang membisingkan itu dan bersiap menuju kantor.Lula berdiri di cermin sambil merapikan rambutnya. Dia menginginkan tampilan yang sedikit berbeda pagi ini. Dia meng— curly ujung rambut pirangnya dan membiarkan rambutnya terurai.
Read more
Membeli hadiah
Matanya mengerjap, bayangan itu kembali muncul. Pipinya merona, bersemu merah. Apa dia merasa malu? Tapi kenapa, itu sudah berlalu.Wanita itu menghempaskan kepalanya di atas meja. Dia menghela napas panjang, dengan mata bergerak terpejam. Kenapa dia harus mengingatnya kembali? Itu ciuman yang tak sengaja. Bahkan tak di rencanakan. Keduanya mungkin terbawa suasana.*Ting!Ponselnya berdering. Lula menarik diri dan merogoh sakunya. Dia melihat ponselnya. Sebuah nomor tak di kenal masuk di notifikasi ponsel."Nomor siapa ini yang mengirim pesan?" gumamnya.Dia menekan isi pesannya, untuk melihat lebih.[Apa kau memiliki waktu? Aku ingin mengajakmu ke luar membeli hadiah untuk Eve.]Isi pesan itu singkat. Matanya mengerjap. Apa, itu dari Jack?Lula membalas pesan tersebut karena penasaran. Dia butuh memastikan apa pria itu benar - benar Jack, adik Eve.*Ting![Iya, Jack Adderson. Pukul sebelas, aku akan datang menjemput. Bersiap lah.]Membacanya debaran jantung Lula meningkat. Apa kah dia
Read more
Pertemuan tak indah
“Terima kasih. Sudah mengantar pulang.”Lula menoleh ke sisi sampingnya, di mana Jack duduk di kemudi mobil. Pria itu tak menoleh, tapi menganggukan kepala. Lula semakin memaklumi bahwa pria itu memang memiliki sikap yang dingin. Tak membuang waktu wanita itu membuka seat belt yang dia gunakan, dan kemudian turun dari mobil pria itu. Lula tersenyum sambil melambaikan tangan mengantar ke pergian mobil Jack. Setelah rasa mobil Jack sudah pergi menjauh, Lula masuk ke dalam apartemennya. Saat dia berbalik badan. Dia di kejutkan oleh Rey yang ada di belakang dirinya secara tiba - tiba. “Astaga! Pak Rey ?!”Rey mengerjapkan mata. Dia tersenyum tipis ke arah Lula, “Kenapa terlihat terkejut, La? Padahal saya tidak mengejutkan kamu.”Lula yang terkejut, memegang dadanya. Matanya membulat. Bagaimana bisa tidak mengejutkan? Rey seperti hantu yang muncul secara dadakan. “Pak Rey tepat di belakang saya tiba - tiba. Saya kaget, Pak.”“Maafkan saya kalau memang membuat kamu terkejut. Kamu habi
Read more
Ciuman Kedua
Wanita itu tersenyum. Dia berada di hadapan Lula saat ini. Mata Lula tidak berhenti menatap melihatnya. “Gladys! Oh my god, kamu sudah kembali ?!” teriak Eleanor dengan terkejut. Gladys menoleh pada Eleanor, dan tersenyum, “Ini hari kelahiran Eve, jadi aku harus datang.”Eve tersenyum, dan kemudian mendekati Gladys, memeluknya, “Thank you, sudah datang jauh - jauh, Dis.”Gladys menarik diri dan mengangguk, “Jack ada di sini?”“Tentu, dia ada di sana.”“Aku akan kembali setelah menemui Jack.”Wanita itu pergi dari sana. Membuat Lula tertegun. Ada urusan apa dia dengan Jack? Melihat Lula yang terdiam, Eve memegang bahunya pelan, “La, are you oke?”Lula tersadar dari lamunan, “Ya. Sorry.”—-Langkah seorang mendekat. Jack terpaku dengan wanita pada balutan gaun putih bersih mendekati dirinya. Matanya tak berkedip sama sekali. “Apa kamu tidak merindukan aku?”Jack tak menjawab ujaran wanita itu, melainkan mendekatinya, langsung memeluknya. Dia begitu merindukan wanita itu. Gladys, ya
Read more
Memercikan api
Bibir ranum Lula menarik. Dia menutup mulutnya dengan terkejut, dengan mata yang terbelak. Dia baru saja berciuman dengan Jack untuk yang kedua kalinya.“Jack, aku, minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk,-“Jack yang masih menatap Lula memotong pembicaraannya, “Aku tau. Kamu tidak perlu merasa bersalah. Bukan salah kamu juga.”Lula mengerjapkan mata. Dia mengangguk pelan, “Ya, mungkin ini sebuah kesalahan. Maksud aku, kita terbawa suasana, maybe?” Jack diam beberapa detik. Hingga akhirnya kembali membuka suara. “Aku rasa tidak.”“Maksudnya?”“Ini bukan ciuman kesalahan seperti waktu itu. Tapi aku entah kenapa menginginkannya. Ingin mengecup bibir ranum kamu, aku tidak bisa menahannya. Maaf.”Jantung Lula berdebar. Dia memalingkan wajah, “Tapi, bagaimana bisa kamu lepas kendali? Kamu sudah memiliki tunangan,” cicit Lula. Jack menghela napas. Menyandarkan kepalanya pada belakang kursi joknya, “Aku tidak tau. Kenapa setiap bersama kamu, aku menginginkan kamu, La. Entah.”Ucapan Jack me
Read more
Pengganti Rey
“Jack, kamu sudah pulang?” tanya Eve. Eve berjalan turun dari tangga, melihat Jack yang sudah datang dengan santai masuk ke dalam mansion. “Ya, ada apa?” tanya Jack. “Terima kasih, sudah mengantar Lula pulang. Ah, dan aku punya pesan yang harus di sampaikan untuk kamu. Gladys mengatakan dia harus segera berangkat ke LA.”Kening Jack mengerut, “LA? Kenapa dia tak mengabariku? Untuk apa dia pergi ke sana?”Tak ada pembicaraan langsung melalui telpon atau pesan singkat yang Gladys tinggalkan untuk pria itu. Tapi kenapa malah Galdys mengabarinya melalui Kakaknya? “Maybe karena aku tidak sengaja bertemu di air port, saat mengantar kekasihku. Aku sungguh tak sengaja bertemu, dan ternyata Gladys dengan beberapa orang sudah akan naik pesawat karena jadwal penerbangan sama.”Jack terdiam. Dia merasa tak suka, kalau Gladys pergi tanpa pamit. Dia tunangannya, tapi malah dia serasa bukan tunangan untuk wanita itu. Eve yang melihat Jack terbengong, menepuk pundak Jack. “Sudah lah, santai. Le
Read more
Hampir bercumbu
Dengan mata yang membesar, Lula pun berdiri di ujung ruangan sambil menatap Jack yang duduk di kursi kebesarannya. Dia, menelisik pria itu dari ujung hingga ujung, memastikannya. Sementara Jack yang di lihat, hanya santai menanggapinya."Untuk apa kamu terus memandangi saya? Apa terlihat seperti bukan manusia?"Lula sadar, dan berdehem menetralisir rasa canggungnya. Dia mendekati Jack, dan menatapnya. "Bagaimana kamu bisa menggantikan Bos di tempatku bekerja? Apa kamu menguntitku Jack?"Jack di tuduh olehnya hanya tertawa, "Menguntit? Apa tidak ada kata yang lebih lucu lagi?""Aku serius. Bagaimana bisa kamu tiba - tiba datang, untuk menggantikan Pak Rey? Oh my God! Aku sangat bingung."Jack bergerak condong di atas meja, dan merapatkan kedua tangannya. Dia menaikan alisnya sebelah, "Apa kamu yakin bahwa saya seorang penguntit?""Jack ..." rengek Lula. Dia menghela napas, dan menatap kesal pria itu, dia sedang membicarakan hal yang serius, tapi pria itu malah menanggapinya dengan nad
Read more
Perasaan kesal
Hampir bercumbu. Hal gila yang sudah wanita itu lakukan di kantor. Hasratnya mendorong terus meledak, saat bersama dengan Jack. Dia bisa gila lama - lama. Niat menjebak pria itu, nanti malah dia yang terjebak. Lula membasuh wajahnya dengan air. Dia menatap wajahnya di cermin. Air yang dia gunakan jatuh merintik di bawah dagunya. Tangannya bertumpu pada wastafel kantor, sambil menatap dirinya di cermin. Ingatan tentang perkataan kasar Edhi kepadanya, tak bisa dia lupakan seumur hidup. Dia akan terus mengingat, dan memastikan pria itu mendapat bayaran setimpal, atas apa yang dia lakukan. Buku jarinya mengepal kuat. Dia langsung saja pergi dari sana, untuk kembali melanjutkan pekerjaannya. Emil, yang baru saja lewat, tak sengaja melihat Lula. Dia memanggil wanita itu, “La!”Lula sontak terhenti. Memutar badan, menoleh ke sumber suara, “Mil? Ada jadwal ngantor? Aku kira kamu ambil libur.”“Sialan bener Bos baru. Tau ga sih? Pagi - pagi, berendem di bath up, sambil ngirup aroma terapi
Read more
Ponsel tertinggal
Langkah lebar Jack membawa dia menemui wanita yang terlihat di ujung tengah memeluk lengannya. Dia segera mendekati, dan memastikan bahwa wanita itu baik – baik saja. “Dis.”Jack melangkah mendekati wanitanya. Mata Gladys terbuka, mendongak melihat Jack yang sudah berada di atasnya. Dia langsung merubah posisi menjadi bangkit, dan memeluk Jack. “Jack,” lirihnya. Jack yang tiba – tiba di peluk merasa khawatir. Ada apa dengan tunangannya itu? Bukannya Gladys baik – baik saja ketika dia pergi meninggalkannya untuk ke bandara? Tapi, kenapa dia malah menangis dalam pelukannya. “Dis, kamu kenapa sayang?” Gladys, memejamkan mata sambil memeluk Jack. Dia menghirup arom Jack dengan sangat dalam. Dia belum membuka suara, memberikan tahu Jack, apa yang terjadi kepadanya. Jack semakin terheran, dengan sikap Gladys yang aneh. Pria itu mencoba menarik diri, dan berusaha memaksa Gladys untuk menatapnya. “Dis, katakan. Kamu kenapa? Apa ada sesuatu yang salah?” Gladys menggelengkan kepala, “Ak
Read more
Menyentuh rudal
Manik matanya menelusuri apartemen yang dia singgahi. Dia sejenak terkesima, dengan sekitar. Jack ialah Jack, pria dengan serba perfeksionis, dengan rapi. Tak heran, saat dia menjajaki kakinya di apartemen pria itu, semua terasa begitu sempurna. “Pria itu sangat cool,” kata Lula, sambil melihat foto yang tergantung di depannya. Dimana foto tersebut, menampilkan dirinya bersama dengan mungkin keluarganya. Ya, ada Eve dan juga Tante Camila disana. Lula sedikit mengenal keluarga Jack, karena pertemuan yang tak sengaja sebelumnya. “Apa ponsel ini?” Jack tiba - tiba datang dengan napas yang terengah. Memperlihatkan ponsel yang ada di tangannya. Wanita itu mengangguk, karena memang yang di genggam oleh Jack ialah ponselnya yang tertinggal. “Benar Pak. Itu ponsel milik saya.”Jack masuk, dan memberikan ponselnya kepada Lula. “Ambil lah.”Lula meraih ponselnya, dan tersenyum, “Terima kasih. Maaf merepotkan Bapak malam - malam. Sepertinya Bapak kedatangan tamu, malam - malam.”Jack mengeru
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status