Semua Bab Istriku yang Tidak Memuaskan: Bab 31 - Bab 40
73 Bab
31. Merasa Bersalah
Elrangga tidak bisa bernapas dengan tenang karena terus dihantui perasaan bersalah pada Jena. Semua pekerjaannya tidak ada yang selesai karena dia terus saja memikirkan gadis itu. Elrangga merasa sangat menyesal sudah bersikap kasar pada Jena. Dia bahkan memperlakukan gadis itu seperti pembantu. Andai saja sejak awal dia tahu kalau Jena mengalami kejadian buruk ketika masih kecil hingga membuatnya tidak bisa membaca. Dia pasti akan bersikap baik pada gadis itu.Namun, dia malah mengetahui pengalaman buruk yang dialami Jena dua hari yang lalu. Itu pun harus memaksa Ardilla lebih dulu. Rasanya Elrangga ingin sekali kembali ke masa lalu untuk menghapus kesalahannya pada Jena. Namun, dia tidak mungkin bisa melakukannya.Elrangga masih asyik dengan pikirannya sendiri hingga tidak menyadari kalau Jerry masuk ke ruangannya. "Stok Croissant di kafe tinggal sedikit, apa kau sudah membuatnya, Ga?"Elrangga tergagap mendengar pertanyaan Jerry barusan. "Kau bilang apa?"Jerry menghela napas panj
Baca selengkapnya
32. Sulitnya Meminta Maaf
Elrangga mengambil kunci mobilnya yang berada di atas meja samping tempat tidur, sebelum pergi dia menyempatkan diri untuk mematut bayang dirinya di dalam cermin. Elrangga hari ini terlihat sangat tampan memakai kaos hitam polos yang dilapisi dengan jaket denim. Dia juga memakai topi hitam untuk melengkapi penampilannya."Tumben kamu wangi sekali, memangnya kamu mau pergi ke mana, Ga?" tanya Anita saat berpapasan dengan Elrangga di tangga."Rangga ada urusan sebentar. Rangga pergi dulu ya, Bu," pamitnya sambil mengecup punggung tangan Anita."Iya, hati-hati." Anita kembali melangkah menuju kamar Ardilla. Dia ingin memberi susu untuk anak bungsunya itu."Ini, minum dulu susunya. Habis itu minum obat." Ardilla mengangguk lalu menghabiskan susu cokelat yang Anita buat untuknya sampai habis. "Ibu tadi bicara sama siapa?""Sama kakakmu.""Maksud Ibu kak Rangga?""Iya, tumben sekali kakakmu pakai baju rapi dan wangi. Apa kakakmu mau kencan?""Apa? Kencan?" Ardilla sontak tertawa mendengar
Baca selengkapnya
33. Menebus Kesalahan
"Hah?" Jena malah cengo mendengar ucapan Elrangga barusan.Gadis itu terlihat sangat bodoh di mata Elrangga sekarang. Padahal Elrangga sudah berusaha keras untuk meminta maaf, tapi Jena malah diam saja tanpa bereaksi apa-apa.Menyebalkan!Rasanya Elrangga ingin sekali memukul kepala Jena agar sadar kalau dia baru saja meminta maaf. Namun, dia tidak tega melakukannya."Mas El tadi bilang apa? Maaf?" tanya Jena untuk memastikan kalau dia memang tidak salah mendengar.Elrangga berdecak kesal lantas melepas tangan Jena dari genggamannya. "Sudahlah, lupakan!" Elrangga ingin beranjak, tapi Jena malah mencekal pergelangan tangannya."Tunggu!" Jena bergerak memutar lalu berdiri tepat di hadapan Elrangga. "Mas El barusan minta maaf sama, Jena?" tanya gadis itu untuk memastikan."Iya," jawab Elrangga tanpa berani menatap Jena.Kening Jena berkerut dalam karena Elrangga tiba-tiba meminta maaf pada dirinya. "Kenapa Mas El tiba-tiba minta maaf? Memangnya Mas El punya salah sama Jena?" tanya gadis
Baca selengkapnya
34. Lelaki yang Sangat Ambisius
Ucapan Elrangga barusan sukses membuat Abi terkejut, bahkan membuat kedua matanya yang semula mengantuk kembali segar. "Apa aku tidak salah dengar?" tanyanya untuk memastikan."Tidak. Aku memang ingin mengajari Jena membaca. Bahkan kalau perlu aku ingin menyekolahkan dia.""Tunggu!" Abi menatap Elrangga dengan lekat. "Ada angin apa kok, kamu tiba-tiba baik sekali sama Jena?" tanya Abi terdengar curiga karena Elrangga tidak pernah menyukai Jena."Tidak ada angin apa-apa. Aku cuma ingin menebus kesalahanku pada Jena. Apa aku salah?""Kamu masih waras kan, Ga?" tanya Abi sambil menempelkan punggung tangannya ke kening Elrangga.Elrangga berdecak lantas menyingkirkan tangan Abi dari keningnya dengan kesal. "Aku masih waras, Kak. Apa Kakak pikir aku gila?""Kakak cuma bercanda," jawab Abi sambil tertawa.Elrangga mendengkus kesal karena Abi malah menertawakannya. Padahal dia mempunyai niat tulus untuk mengajari Jena membaca."Jadi gimana? Apa aku boleh mengajari Jena membaca?"Abi memasu
Baca selengkapnya
35. Sebuah Pembuktian
"Iya," ucap Abi agar Jena percaya kalau Elrangga memang serius ingin membantunya belajar membaca."Mas Abi nggak bercanda, kan?" Jena sepertinya masih tidak percaya dengan ucapan Abi."Mas tidak bercanda, Sayang.""Ta-tapi—" Ketakutan dan keraguan tergambar jelas di wajah cantik Jena. Gadis itu tidak yakin jika Elrangga mau mengajarinya membaca karena lelaki itu tidak pernah menyukainya.Abi memeluk Jena lebih erat. Sepasang mata abu-abu miliknya menatap Jena dengan lekat. "Apa yang membuatmu ragu, Sayang?" tanyanya seolah-olah memahami apa yang sedang Jena rasakan.Jena menarik napas panjang sebelum menjawab pertanyaan Abi. "Mas Abi tahu sendiri kan, kalau mas El nggak pernah suka sama Jena. Jena cuma heran kok, mas El tiba-tiba mau ngajarin Jena membaca. Bukankah ini aneh sekali?"Kening Abi berkerut dalam, menurutnya ucapan Jena ada sedikit benarnya. Bahkan dia sendiri pun awalnya juga meragukan Elrangga. "Mas sebenarnya juga heran, sih, tapi tadi malam Rangga minta izin sama mas k
Baca selengkapnya
36. Terpanah Asmara
Elrangga tanpa sadar menggelengkan kepalanya dengan cepat agar pikirannya kembali fokus."Tarik napas panjang dulu, lalu embuskan perlahan. Setelah itu kamu baca judul buku ini pelan-pelan."Jena pun mengikuti perintah Elrangga, menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. Setelah itu, dia mencoba membaca judul buku yang Elrangga tunjukkan."S ...." Jena tanpa sadar menggenggam jemari Elrangga lebih erat ketika kedua matanya berhasil menangkap huruf pertama dari judul buku tersebut.Elrangga tampak begitu antusias karena Jena akhirnya berhasil menebak huruf pertama. Dia yakin sekali jika kakak iparnya itu pasti bisa membaca lagi.Jena menarik napas panjang lantas mencoba untuk membaca huruf kedua. Dia berusaha sangat keras meskipun huruf-huruf tersebut terlihat samar di matanya."S ... i ... si?""I-iya, benar." Elrangga tampak begitu senang karena Jena akhirnya bisa membaca kata pertama dari judul tersebut."A-apa aku benar?" tanya Jena tidak percaya."Iya.""Sungguh?" Jena
Baca selengkapnya
37. Kecewa, Kecewa, Kecewa
Elrangga tanpa sadar tersenyum saat menguleni adonan untuk membuat croissant karena teringat dengan Jena. Masih tergambar jelas di ingatan Elrangga bagaimana ekspresi Jena ketika bisa membaca. Gadis itu tampak begitu bahagia hingga refleks memeluknya.Ada perasaan aneh yang menyelip di dalam hati Elrangga ketika tubuh Jena berada di dalam dekapannya. Entah kenapa dia merasa begitu nyaman berada di dekat Jena meskipun jantungnya berdebar hebat.Apakah dia menyukai gadis itu?Elrangga tanpa sadar menggelengkan kepala. Dia tidak mungkin menyukai Jena seperti seorang pria yang menyukai seorang wanita. Dia pasti menyukai Jena sebagai kakak ipar. Ya, pasti hanya itu.Elrangga membentuk adonan tersebut menjadi bulatan, kemudian membungkusnya dengan plasctic wrap dan menyinpannya di lemari es selama satu jam."Kau sudah mendapatkan barang yang aku inginkan?" tanyanya ketika Jerry memasuki ruangannya."Ini." Jerry memberikan sebuah paper bag yang dibawanya pada Elrangga.Elrangga tersenyum pua
Baca selengkapnya
38. Fantasi Liar Elrangga
Elrangga terus berbalik mencari posisi tidur yang nyaman. Padahal sekarang sudah hampir jam dua belas malam, tapi entah kenapa kedua matanya sulit sekali untuk dipejamkan.Helaan napas panjang seketika lolos dari bibir Elrangga ketika melihat buku cerita dan sekotak macaron yang berada di atas meja kecil samping tempat tidurnya. Padahal dia ingin memberi buku cerita tersebut pada Jena. Namun, gadis itu ternyata sudah mendapat buku cerita dari sang kakak.Jujur, Elrangga merasa sedikit kecewa. Andai saja dia satu langkah lebih cepat dari sang kakak. Dia pasti sudah memberikan buku cerita tersebut untuk Jena.Erlangga mencoba untuk kembali memejamkan kedua matanya. Namun, sudah tiga puluh menit berlalu dia masih saja sulit untuk tidur. Sejak tadi yang dia lakukan hanya berbaring ke kiri dan ke kanan mencari posisi tidur yang nyaman.Erlangga memutuskan untuk beranjak dari tempat tidurnya. Dia ingin membuat segelas susu agar bisa cepat tidur.Elrangga tiba-tiba berhenti melangkah ketika
Baca selengkapnya
39. Tingkah Aneh Jena
Tenggorokan dan lidah Jerry terasa seperti terbakar karena kopi yang dia minum memang masih panas. Jerry benar-benar terkejut karena Elrangga yang selama ini ngotot mempertahankan cinta pertamanya tiba-tiba saja ingin memiliki kekasih. Apa dia tidak salah dengar?"Kau serius?" tanya Jerry setelah bisa mengatur napas.Elrangga malah terdiam. Jujur, Elrangga sebenarnya merasa sedikit ragu karena dia masih menunggu gadis yang ditemuinya sepuluh tahun lalu. Namun, di lain sisi dia membutuhkan sosok perempuan yang mampu mengalihkan pikirannya dari Jena.Jena, Jena, dan, Jena.Gadis itu seolah-olah mengisi seluruh ruang di kepala Elrangga hingga membuat lelaki itu tidak bisa memikirkan hal lain selain Jena. Benar-benar sialan!Si gadis kampung yang tidak bisa membaca itu diam-diam ternyata berhasil mencuri perhatian Elrangga. Sepertinya Elrangga terkena karma karena dia selama ini selalu menghina dan berbuat kasar Jena."Kau serius ingin memiliki pacar?" Jerry mengulangi lagi pertanyaannya
Baca selengkapnya
40. Masalah Ranjang
Abi keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya. Memperlihatkan dada bidang dan perutnya yang kotak-kotak. Abi terlihat err ... sangat seksi. Apa lagi dengan rambut dan tubuh yang sedikit basah.Senyum kecil muncul di bibir Abi ketika melihat Jena yang masih meringkuk di atas tempat tidur. Entah kenapa Jena belum juga bangun padahal gadis itu biasanya sudah menyiapkan sarapan di dapur.Abi pun berjalan menghampiri Jena lantas duduk di tepi ranjang. "Kenapa kamu belum bangun, Jena? Apa kamu sedang kurang enak badan?" tanyanya terdengar penuh perhatian.Jena menggeliat pelan karena merasakan usapan lembut Abi di pipinya. "Nggak tahu, Mas. Rasanya Jena lemas sekali dan malas ngapa-ngapain."Perasaan bersalah seketika menyelip di dalam diri Abi ketika mendengar ucapan Jena barusan. Jena pasti lelah karena melayaninya semalam. "Maafin mas ya, Jena. Kamu pasti lelah karena melayani mas semalam."Wajah Jena sontak bersemu merah. "Mas Abi jangan bicara be
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status