All Chapters of Istriku yang Tidak Memuaskan: Chapter 51 - Chapter 60
73 Chapters
51. Emak-Emak Gila!
"Iya, Bu," jawab Dea malu-malu. Percuma saja dia berbohong karena sang ibu pasti tahu."Ibu lihat akhir-akhir ini kamu dekat lagi sama Abi." Rahayu—ibu Dea mencuci seikat kangkung yang sudah selesai dipetik sebelum ditumis."Dea cuma kebetulan ketemu sama mas Abi kok, Bu.""Di dunia ini tidak ada yang kebetulan, Dea. Buktinya Tuhan mempertemukan kamu dengan Abi setelah berpisah dengan Firman."Kening Dea berkerut dalam. "Maksud, Ibu?"Rahayu menghela napas panjang lantas menaruh kangkung yang sudah selesai dia cuci ke sebuah wadah yang memiliki lubang-lubang kecil agar airnya sedikit berkurang."Apa kamu tidak ingin kembali lagi dengan Abi?"Tubuh Dea menegang mendengar pertanyaan ibunya barusan. Andai boleh jujur, Dea sebenarnya ingin sekali kembali dengan Abi karena dia masih menyimpan perasaan pada lelaki itu hingga sekarang. Namun, mereka tidak mungkin bersama karena Abi sudah menikah dengan Jena."Dea dan mas Abi tidak mungkin bisa kembali seperti dulu, Bu." Dea mematikan kompor
Read more
52. Membingkai Masa Lalu
"Makasih banyak ya, Mas. Udah bela-belain datang jauh-jauh dari Jakarta ke Semarang buat nemenin Kenzie kontrol. Maaf kalau aku ngrepotin.""Sama-sama, Dea. Jangan minta maaf karena aku tidak merasa direpotkan sama sekali." Beberapa jam yang lalu Dea menelepon, mengatakan kalau Kenzie tidak mau pergi ke dokter jika tidak ditemani Abi. Abi pun langsung meninggalkan pekerjaannya dan terbang ke Semarang untuk mengantar Kenzie memeriksakan kakinya ke dokter."Ayo, Sayang. Kita pulang." Dea ingin menggendong Kenzie, tapi putra semata wayangnya itu malah menolak."Kenzie mau digendong Papa Abi.""Kenzie!" sengit Dea dengan mata melotot agar Kenzie tidak memanggil Abi dengan sebutan papa. "Jangan panggil om Abi papa karena dia bukan papa kamu."Wajah Kenzie seketika berubah sendu. Anak itu merasa begitu sedih karena Dea melarangnya memanggil Abi dengan sebutan papa."Sudahlah, Dea. Jangan marah karena Kenzie masih kecil.""Tapi, Mas ....""Lagi pula aku tidak masalah dipanggil papa oleh, Ke
Read more
53. Khawatir
"Ya, aku baik-baik saja," jawab Dea ketika sudah berhasil mengatur napas. Wajah Dea terlihat memerah, entah karena tersedak atau mungkin gugup sebab Abi tidak berhenti mengusap punggungnya."Aku sudah baik-baik saja, Mas."Mendengar ucapan Dea barusan sontak membuat Abi tersadar dengan apa yang baru saja dia lakukan. Entah setan apa yang sudah masuk ke dalam pikirannya hingga berani mengusap punggung Dea, apa lagi di depan Rahayu."Maaf," ucapnya."Aku ndak papa, Mas.""Jadi gimana, Bi? Kamu mau menginap di sini nggak? Kebetulan di sini masih ada kamar kosong.""Apa Abi tidak merepotkan Ibu dan Dea kalau menginap di sini?"Rahayu malah tertawa mendengar pertanyaan Abi barusan. "Tentu saja tidak, Bi. Bukankah kamu dulu sering menginap di sini ketika masih berpacaran dengan Dea?""Ibu ...," desah Dea menahan malu karena sang ibu mengungkit-ungkit kisah masa lalunya bersama Abi. Abi memang sering menginap di rumahnya saat mereka masih menjalin hubungan karena jalan menuju rumahnya dulu
Read more
54. Mulai Curiga
Jena pikir, Abi ke Semarang hanya sehari. Namun, Abi ternyata pergi ke Semarang selama tiga hari. Selama itu pula Abi tidak pernah menelepon atau pun mengirim pesan pada dirinya. Apa mungkin Abi sibuk? Namun, Abi biasanya selalu menyempat diri untuk memberi kabar sesibuk apa pun itu.Rasanya Jena ingin sekali menelepon Vano untuk menanyakan Abi. Namun, dia tidak berani melakukannya karena takut mengganggu. Akhirnya yang bisa dia lakukan hanya merenung sendirian di dalam kamar sambil berharap Abi akan meneleponnya.Sebuah mobil suv berwarna hitam memasuki halaman. Abi cepat-cepat turun dari mobilnya begitu tiba di rumah sambil menenteng dua buah paper bag berisi lumpia khas Semarang. Raut bahagia terpancar jelas di wajah tampannya.Abi merasa sangat bahagia bisa menghabiskan waktu bersama Dea. Mereka pergi ke tempat yang dulu sering mereka kunjungi ketika masih menjalin hubungan asmara. Mereka pergi ke kebun teh, klenteng Sam Po Kong, dan Vanaprastha Gedong Songo Park. Abi seolah-olah
Read more
55. Kemarahan Abi
"Ardilla tadi nggak sengaja ketemu sama kak Abi di mall."Jena tersentak, jantungnya seolah-olah berhenti berdetak selama beberapa saat mendengar ucapan Ardilla barusan. Ternyata ketakutan yang selama ini dia rasakan terbukti benar adanya. Abi memang berkencan dengan wanita lain di belakangnya."A-apa mas Abi pergi bersama seorang perempuan?""Kenapa Kak Jena bertanya seperti itu? Apa Kak Jena pikir kak Abi selingkuh?""Em, maksud kakak bukan begitu. Kakak cuma—""Kak Jena jangan berpikir yang tidak-tidak. Kak Abi tidak mungkin selingkuh karena dia sangat mencintai Kak Jena," ucap Ardilla terdengar sangat menyakinkan karena dia tidak tahu bagaimana kelakuan kakak kandungnya itu yang sebenarnya."Ardilla tadi lihat kak Abi di toko perhiasan. Kayaknya kak Abi ingin membelikan sesuatu untuk kak Jena.""Benarkah?" Ada debaran halus yang menggelitik hati Jena. Dia tidak pernah menyangka jika Abi diam-diam menyiapkan kejutan manis untuknya.Seharusnya dia tidak berpikiran buruk tentang Abi
Read more
56. Down
"Non."Jena menggeliat pelan karena seseorang menepuk lengannya pelan."Non Jena, bangun."Jena mengerjapkan kedua matanya perlahan. Awalnya penglihatannya samar, tapi lama-kelamaan berubah jelas saat cahaya putih menerobos masuk ke dalam indra penglihatannya."Kenapa Non Jena tidur di sini? Kalau Non Jena sakit gimana? Tuan dan nyonya Dewangga nanti pasti akan marah sama saya," desah seorang pelayan yang melihat Jena tidur di depan pintu kamar.Jena mengedarkan pandang ke sekitar. Helaan napas panjang sontak lolos dari bibirnya ketika menyadari kalau dia semalam tertidur di depan pintu kamar karena Abi tidak mau membukakan pintu untuknya.Jena tidak pernah menyangka Abi tega membiarkannya tidur di luar sendirian hanya karena dia lancang memakai kalung yang akan Abi berikan pada klien. Andai saja dia tahu kalau Abi ingin memberikan kalung berliontin infinity itu pada klien, dia pasti tidak akan memakai kalung tersebut."Non Jena bisa masuk angin kalau duduk di lantai terus. Ayo, Non.
Read more
57. Sampai Hati
"Jena, bangun. Makan dulu, Sayang.""Erngh ...." Jena mengerang tertahan karena Anita mengusap puncak kepalanya dengan lembut. Wajah gadis itu terlihat pucat, badannya pun agak sedikit demam."Kita ke dokter ya, Sayang?" tawar Anita untuk yang kesekian kalinya. Namun, Jena terus saja menolak."Wajahmu terlihat sangat pucat, Sayang. Badanmu juga agak demam. Ibu takut nanti terjadi sesuatu sama kamu dan calon cucu ibu. Kita ke dokter, ya?"Jena lagi-lagi menggeleng. "Tidak perlu, Bu. Jena cuma butuh istirahat.""Tapi, Sayang ....""Ibu jangan khawatir karena Jena baik-baik saja. Jena cuma merasa sedikit pusing."Anita menghela napas panjang. "Baiklah, ibu tidak akan memaksa kamu lagi. Tapi kamu makan dulu, ya?"Anita membantu Jena untuk bangun lantas menata beberapa buah bantal di ujung tempat tidur agar Jena bisa makan dengan nyaman. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu kemudian meraih semangkok bubur yang ada di atas meja."Kamu mau makan sendiri atau ibu suapi?""Jena mak
Read more
58. Pesan Mengejutkan
Kristal bening itu akhirnya jatuh membasahi pipi Jena. Padahal gadis itu sudah berusaha keras menahan air matanya agar tidak jatuh di depan Abi."Jena hanya butuh penjelasan dari Mas Abi. Kenapa Mas Abi malah bersikap kayak gini sama Jena?" Air mata itu jatuh berderai-derai membasahi pipi Jena. Sedikit pun dia tidak pernah menyangka Abi akan bersikap seperti ini pada dirinya. Padahal di awal pernikahan Abi sangat sayang dan perhatian pada dirinya.Abi memperlakukannya dengan sangat baik seolah-olah dirinya hal terindah yang Tuhan ciptakan di dunia ini. Namun, semuanya berubah semenjak Abi pulang dari Semarang. Lelaki itu sekarang bersikap acuh tak acuh pada dirinya. Abi bahkan tidak pernah bertanya lagi tentang perkembangan calon buah hati mereka."Jena minta maaf kalau salah. Tolong maafin Jena, Mas." Jena seperti seorang pengemis yang mengharapkan belas kasihan dari Abi. Jena merasa sangat menyesal dan berharap Abi mau memaafkan kesalahannya.Namun, air mata dan penyesalannya tidak
Read more
59. Layangan Putus
"Tumben sekali kau membuat macaron. Apa suasana hatimu sedang baik?"Elrangga hanya tersenyum menanggapi ucapan temannya barusan. Dia sengaja membuat macaron karena kue warna-warni itu tidak mudah basi sehingga dia bisa mengirimnya ke tanah air untuk Jena."Kelihatannya sangat enak. Apa aku boleh mencicipinya?""Jangan!" Elrangga menepis tangan temannya dengan sedikit kasar karena ingin mencomot macaron yang dia buat khusus untuk Jena.Perempuan berambut pirang yang berdiri di sebelah Elrangga itu mengerucutkan bibir kesal. "Kau ini pelit sekali!""Biarin," sahut Elrangga cuek. Dia mengambil satu keping macaron lantas mengisinya dengan krim vanila."Waktu berlalu begitu cepat ya, Ga? Nggak terasa sudah enam bulan kau berada di sini. Apa kau tidak ingin pulang?"Tangan Elrangga sontak berhenti mengisi krim macaron karena mendengar ucapan temannya barusan. Sebenarnya Elrangga ingin sekali pulang. Namun, dia takut perasaannya akan jatuh semakin dalam jika bertemu lagi dengan Jena.Elrang
Read more
60. Kabar Buruk
"Tumben sekali Nyonya membuat puding mangga? Apa hari ini ada acara penting?""Tidak ada. Aku sengaja membuat puding mangga ini karena Jena akhir-akhir ini agak malas makan. Semoga Jena mau memakannya." Anita menuang puding yang sudah matang ke dalam loyang lantas meminta tolong pelayan tersebut untuk memasukkannya ke dalam lemari es jika sudah dingin."Kenapa nona Jena akhir-akhir ini sering murung ya, Nyonya? Apa nona Jena sedang bertengkar dengan tuan Abi?"Anita sontak menatap pelayan yang berdiri tepat di sebelahnya dengan tajam. "Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu? Jena tidak mungkin bertengkar dengan Abi karena hubungan mereka baik-baik saja."Pelayan tersebut memilin kesepuluh jemari tangannya karena gugup. "Maafkan saya, Nyonya. Saya cuma ingin menyampaikan apa yang ada di dalam pikiran saya. Sekali lagi tolong maafkan saya," ucapnya takut-takut.Anita menghela napas panjang. "Baiklah, kamu aku maafkan. Tapi lain kali jangan bicara sembarangan tentang Abi dan Jena. Mengert
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status