Semua Bab Istriku yang Tidak Memuaskan: Bab 41 - Bab 50
73 Bab
41. Dua Garis Biru
Elrangga langsung meletakkan kedua tangannya di antara lutut dan punggung Jena. Dia sangat panik karena kepala Jena terkulai lemas di dadanya. Sepertinya kondisi Jena lumayan mengkhawatirkan karena wajah gadis itu terlihat sangat pucat."Ibu!"Anita sontak keluar dari kamar karena mendengar Elrangga berteriak memanggil namanya. "Kenapa kamu berteriak, Rangga? Astaga, Jena!" Kedua mata Anita sontak membulat melihat Jena yang tidak sadarkan diri di dalam gendongan Elrangga."Apa yang terjadi, Rangga? Kenapa Jena bisa sampai pingsan?" tanyanya terdengar panik sekaligus khawatir."Rangga juga tidak tahu, Bu." Elrangga membaringkan Jena dengan hati-hati di sofa."Mbak, tolong ambilkan minyak kayu putih yang ada di kamar," pinta Anita pada salah satu pelayan di rumahnya. Pelayan tersebut pun cepat-cepat pergi ke kamar Anita untuk mengambil minyak kayu putih. "Ini, Nyonya."Anita menerima botol minyak kayu putih yang diulurkan oleh pelayan, lantas mengoleskan minyak tersebut ke hidung dan b
Baca selengkapnya
42. Lebih Perhatian
Jena mengerjapkan kedua matanya perlahan. Awalnya penglihatannya samar, tapi lama kelamaan berubah jelas karena cahaya putih yang menerobos masuk ke dalam indra penglihatannya.Kening Jena berkerut dalam ketika mendapati dirinya berada di dalam kamar karena seingatnya tadi dia sedang turun ke bawah untuk makan siang.Namun, kepalanya tiba-tiba saja terasa sangat berat, pandangan matanya pun berkunang lalu semuanya berubah gelap.Helaan napas panjang lolos dari bibir mungil Jena ketika menyadari kalau dia tadi pingsan di ruang makan. Siapa yang membawanya ke kamar? Apa mungkin Elrangga?Jena sontak menoleh karena pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. "Mas Abi?"Abi tersenyum, lalu masuk ke dalam kamar sambil membawa sebuah nampan berisi segelas susu dan roti isi untuk Jena. Dia meletakkan nampan tersebut di meja kecil samping tempat tidur lantas mendudukkan diri di tepi ranjang."Mas Abi kok, udah di rumah? Katanya tadi ada meeting di luar?" tanya Jena heran."Tadi Rangga telepon mas. Dia
Baca selengkapnya
43. Waktu yang Salah
"Aku akan memberi tahu semua masalahku padamu. Tapi sebelum itu berjanjilah satu hal, kau tidak akan marah setelah mendengar ucapanku. Apa kau mau?"Jerry menatap Elrangga dengan alis terangkat sebelah. Kenapa sahabatnya itu memintanya untuk berjanji agar dia tidak marah setelah mengetahui masalahnya? Apakah masalah yang sedang dihadapi Elrangga lumayan berat?Ah, persetan dengan janji yang Elrangga minta karena yang terpenting sekarang dia harus tahu masalah yang dialami oleh sahabatnya itu."Baiklah, sekarang ceritakan padaku apa masalahmu."Elrangga menarik napas panjang sebelum bicara. "Aku suka sama Jena.""A-apa?!" Jerry tersentak mendengar ucapan Elrangga barusan. Benarkah sahabatnya itu baru saja mengatakan kalau dia menyukai Jena? Kakak iparnya sendiri?"A-aku pasti salah denger kan, Ga? Kau tidak mungkin menyukai Jena, kan?" Jerry menatap Elrangga dengan pandangan tidak percaya sekaligus syok luar biasa."Sayangnya apa yang aku katakan tadi benar, Jer. Aku memang menyukai Je
Baca selengkapnya
44. Pamit
Setengah jam kemudian mobil yang Abi dan Jena tumpangi berhenti tepat di depan sebuah pemakaman. Abi dan Jena pun segera turun lantas masuk ke dalam pemakaman tersebut. Tidak lupa Abi membawa seikat bunga lily yang dia beli sebelum pergi ke makam orang tua Jena.Air mata Jena jatuh begitu saja ketika melihat makam kedua orang tuanya. Sepuluh tahun lalu ayah dan ibunya mengalami kecelakaan hebat yang menyebabkan nyawa keduanya melayang.Jena yang masih kecil hanya bisa menangis meratapi kepergian orang tuanya. Dia merasa sangat sedih dan terpukul atas kematian ayah dan ibunya. Namun, ada satu orang yang merasa bahagia atas kematian orang tua Jena.Dia, Sanjaya Adiyatama—adik kandung mendiang ayah Jena. Sanjaya sengaja melenyapkan nyawa kedua orang tua Jena demi menguasai harta mereka. Setelah berhasil mendapatkan harta kakak kandungnya, Sanjaya juga ingin melenyapkan Jena agar tidak merebut kembali harta peninggalan orang tuanya ketika dewasa. Namun, Bik Ijah berhasil menyelamatkan Jen
Baca selengkapnya
45. Meminta Maaf
"Kamu serius ingin kembali ke Australia?" tanya Anita untuk memastikan kalau dia memang tidak salah dengar. Diam- diam Jena juga ingin melayangkan pertanyaan yang sama seperti Anita untuk Elrangga. Dia ingin tahu apakah Elrangga serius ingin kembali ke Australia."Iya, Rangga serius. Lagi pula Rangga juga sudah mengurus semuanya. Kalau tidak ada halangan lusa Rangga berangkat. ""Kenapa tiba-tiba sekali, Rangga? Memangnya kamu tidak betah tinggal di rumah?"Bukan masalah betah atau tidak betah. Hanya saja Elrangga takut perasaannya pada Jena akan tumbuh semakin dalam kalau dia terus berada di dekat gadis itu."Cuti Rangga sudah hampir habis, Bu. Lagi pula Rangga ingin memperlajari resep baru."Anita menghela napas panjang, dia benar-benar terkejut karena Elrangga tiba-tiba ingin kembali ke Australia untuk melanjutkan pendidikannya. Putra keduanya itu bahkan sudah mengurus paspor dan memesan tiket pesawat.Rasanya Anita ingin sekali menahan Elrangga agar tidak pergi ke Australia. Namu
Baca selengkapnya
46. Mencoba Melupakan
"Kamu tidak punya salah sama aku, Jena. Jangan minta maaf.""Kalau Jena nggak punya salah, kenapa Mas El kembali bersikap dingin sama Jena?" tanya gadis itu menuntut penjelasan.Elrangga menghela napas panjang melihat air mata yang membasahi pipi Jena. Dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada Jena alasan yang membuatnya kembali bersikap dingin pada gadis itu."Aku akhir-akhir ini stres mikirin masalah di kafe, Jena. Makanya aku jarang bicara sama kamu.""Sungguh?" Jena menatap sepasang mata abu-abu milik Elrangga dengan lekat, berusaha mencari kesungguhan di sana."Iya," jawab Elrangga."Berarti Mas El nggak marah sama Jena?""Tidak." Elrangga menggeleng pelan sambil mengusap air mata yang membasahi pipi Jena.Elrangga berani bersumpah, dia sangat benci melihat perempuan menangis. Apa lagi perempuan itu berarti bagi dirinya seperti Jena."Kalau nggak marah, Mas El nggak jadi pergi ke Australia, kan?" Elrangga tertegun melihat harapan yang terpancar jelas dari kedua sorot mat
Baca selengkapnya
47. We Meet Again
Ungaran merupakan sebuah kota kecil di kabupaten Semarang. Tidak banyak yang tahu jika kota kecil tersebut menyimpan berbagai keragaman wisata yang sangat unik dan menarik. Karena alasan itulah Abi tertarik membangun resort di sana. Panas matahari yang begitu menyengat tidak menghalangi semangat Abi untuk meninjau resort yang sedang dibangun oleh perusahaannya. Dia harus memastikan pembangunan resort tersebut berjalan lancar dan selesai tepat waktu."Sudah sejauh mana proses pembangunannya?" tanya Abi pada orang yang dia percaya untuk mengelola dan mengawasi proses pembangunan Dewangga Spa And Resort."Kira-kira sudah delapan puluh persen, Pak.""Saya tidak butuh kata kira-kira. Saya ingin jumlah yang pas."Lelaki yang memakai helm kuning itu terenyak mendengar ucapan Abi berusan. "Tu-tujuh puluh delapan persen, Pak.""Hanya tujuh puluh delapan persen?" Abi menatap lelaki yang lebih tua di sampingnya itu dengan alis terangkat sebelah."I-iya, Pak." Lelaki itu menjawab pertanyaan Abi
Baca selengkapnya
48. Canggung
Dea tersentak, jantungnya sontak berdetak dua kali lebih cepat menatap lelaki berkaca mata yang berdiri tepat di hadapan. Aroma parfum mahal yang menguar dari tubuh lelaki itu seketika menyeruak di indra penciumannya.Aromanya tidak berubah, masih sama seperti saat terakhir kali dia mencium parfum lelaki itu. Tepatnya lima tahun yang lalu. Benarkah lelaki yang berdiri di hadapannya sekarang adalah Abi?Sedikit pun Dea tidak pernah menyangka Tuhan akan mempertemukan dirinya dengan Abi. Lelaki yang pernah mengisi hatinya bertahun-tahun lalu.Dea terpaksa mengakhiri hubungan dengan Abi karena kedua orang tuanya menjodohkan dirinya dengan lelaki lain. Sebagai seorang anak yang berbakti pada orang tua membuatnya memutuskan untuk meninggalkan Abi walaupun sulit."Mas Abi?"Abi terhenyak. Ada debaran halus yang menggelitik jantungnya ketika mendengar Dea menyebut namanya. Suara wanita berambut hitam itu terdengar sangat lembut mampu menggetarkan hatinya. Apa rasa itu masih ada?Abi tanpa sad
Baca selengkapnya
49. Hati ke Hati
Abi menyesap sedikit secangkir teh panas yang ada di tangannya. Rasa teh tersebut tidak seenak teh buatan Jena, tapi hal itu tidak menjadi masalah karena di hadapannya sekarang ada Dea. Abi ingin bicara sebentar dengan Dea karena mereka sudah lama tidak bertemu. Dia pun memilih kantin rumah sakit sebagai tempat karena mantan kekasihnya itu tidak bisa jauh dari sang anak."Aku turut sedih melihat keadaan putramu. Semoga dia lekas sembuh."Dea menyedot segelas Iced Americano-nya sebelum menjawab pertanyaan Abi. "Terima kasih banyak, Mas. By the way, aku tadi belum sempat tanya kabar Mas Abi. Bagaimana kabar, Mas? Apa Mas sudah—?"Dea tidak melanjutkan kalimatnya. Ada kekecewaan yang terpancar dari kedua sorot matanya ketika melihat cincin yang melingkari jari manis Abi."Kamu mau tanya apa, Dea?" tanya Abi karena Dea tidak kunjung melanjutkan kalimatnya.Dea menggeleng pelan. "Sepertinya aku tidak perlu bertanya karena aku sudah tahu jawabannya."Abi menatap Dea dengan alis terangkat s
Baca selengkapnya
50. Kebohongan Pertama
"Mas Abi mau pakai kemeja warna apa? Biru atau cokelat muda?" Jena menunjukkan dua buah kemeja yang ada di tangannya ke Abi. Namun, suaminya itu malah asyik memperhatikan layar ponselnya sambil tersenyum."Mas!"Abi sontak mengalihkan pandang dari layar ponselnya karena mendengar suara Jena. "Iya, Sayang. Kamu tanya apa?"Jena menghela napas panjang karena Abi terus mengabaikannya. Suaminya itu sering sekali melihat ponselnya sejak kembali dari Semarang seminggu yang lalu. Entah apa yang Abi lakukan. Jena tidak tahu."Mas Abi mau pakai kemeja yang mana? Biru atau cokelat muda?""Em ...." Abi menatap kemeja yang Jena tunjukkan lantas memilih warna cokelat muda karena Dea menyukai warna tersebut. "Mas pilih yang ini.""Tumben sekali Mas pilih warna ini." Jena merasa heran karena Abi biasanya selalu memakai kemeja berwarna biru setiap hari Selasa untuk pergi ke kantor."Karena mas akan terlihat semakin tampan kalau memakai kemeja ini, Jena." Abi mengedipkan sebelah matanya lalu mengambil
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status