All Chapters of Go Away, Boss!: Chapter 21 - Chapter 30
40 Chapters
BAB 21
“Saat ini Ariana sedang syuting apa?” tanya Hanum.“Saya tidak bisa memberitahukan dia syuting apa. Rahasia perusahaan, maafkan saya.”“Cobalah untuk membaca kontrak yang kami tawarkan terlebih dahulu,” bujuk Hanum. Pasalnya, manajer Ariana ini atau Lala ini saat datang tadi, dia belum sempat membaca kontraknya. Bahkan dia sudah menolak sebelum dia mendudukan dirinya di kursi.Lala menyetujui dan membaca kontraknya. Matanya melebar saat membaca deretan angka yang akan dibayarkan sebagai upah menjadi BA sekaligus juru bicara dari produk skincare dari Perusahaan Giandra.Itu jelas jumlah yang sangat banyak dan wajah Lala langsung berubah seketika. Tapi tetap saja dia kekeh dengan pendiriannya untuk menolak kerja sama ini. Lala perlahan meletakan kontraknya dan tersenyum tulus meminta maaf, ada penyesalan di matanya tapi dengan cepat ia ubah pandangannya.“Maaf kan kami. Kami tetap tidak akan bekerja sama dengan Perusahaan Giandra.”“Apa jumlah pembayarannya kurang? Kita bisa mendiskusik
Read more
BAB 22
Hanum menggeleng tidak tahu. Jelas dia tidak tahu, dia kemari kan ingin mencari tahu keberadaan Ariana.“Ada di lantai empat, ruangan khusus buat Ariana latihan acting. Kamu cari saja ruangan yang ada nama Ariana di pintu,” jelas salah satu staff itu.“Siap, Kak!” jawab Hanum semangat. Akhirnya dia tahu di mana Ariana berada. Dia dengan senang hati mendorong stand hanger yang dipenuhi baju itu ke lantai empat melalui lift.Tak lama setelah dia keluar dari lift, ruangan itu tepat berada di depan. Satu-satunya ruangan yang cukup besar dan di pintu terdapat tulisan Ariana dengan huruf kapital.Hanum memasuki ruangan itu tanpa ragu. Pertama-tama dia mengetuk pintu dan membukanya sedikit mengintip keadaan di dalam ruangan itu. Ruangan yang begitu terang tempat untuk Ariana berlatih aktingnya. Dinding ruangan ini semua dilapisi kaca. Sepertinya deretan kostum ini untuk latihan Ariana.Di dalam ruangan terdapat beberapa orang. Ada sekitar lima orang yang tidak termasuk Ariana. Mungkin merek
Read more
BAB 23
Senyuman Hanum memudar. Apa? Bertemu dengan Abian? Bosnya? Dia tidak salah dengar, kan? Orang yang pernah ia tampar? Sungguh? Mata Hanum membulat kaget. Dia langsung teringat momen memalukan yang ingin dia kubur sedalam palung lautan itu. Memori menampar atasannya kembali berputar di benak Hanum. “A-anu … apa ada syarat yang lainnya? Apapun itu selain bertemu dengan direktur kami,” kata Hanum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Tidak. Aku hanya akan menandatangani kontrak jika direktur kalian yang membujuku,” kata Ariana dengan angkuh. “Baiklah. Saya akan mengusahakan hal tersebut. Apa syarat ini bisa kami diskusikan bersama manajer mu?” “Ya, terserah.” “Baik, saya permisi.” Hanum berbalik dan keluar ruangan. Dia berjalan dengan lesu. Tak lupa, ia juga memasukan kontraknya ke dalam tas. Saat sampai di lantai di mana Riyan berada, dia langsung dihadiahi tatapan tajam dari Riyan dan juga tatapan penuh tanya dari Lala. “Apa Anda benar-benar ke kamar mandi?” tanya Lala l
Read more
BAB 24
“Jadi, bagaimana hasilnya?” tanya Geo.Baru saja Riyan dan Hanum sampai di kantor dan belum sempat beristirahat sudah dimintai laporan oleh manajer mereka.Semua orang menatap ke arah Hanum dan Riyan. Mereka lagi-lagi menjadi pusat perhatian. Meskipun hari sudah sore, tapi mereka seolah lupa kalo sebentar lagi waktu jam kantor untuk pulang. Bagi mereka, topik soal Ariana Si Aktris terkenal itu lebih utama daripada pulang.“Setuju, Kak.” Hanum mengangguk.“Kerja bagus!” kata Jasmine.“Kalian hebat,” kata Titan.Sementara itu Geo hanya tersenyum bangga dan Azila yang terlihat murung karena kesal atas keberhasilan Hanum. Dia masih sedikit tidak suka dengan Hanum karena persoalan dia yang bisa bertemu dengan Abian.“Tapi ….” kata Hanum menggantung. Dan hal itu membuat semua orang langsung siaga dengan apa yang akan Hanum katakan selanjutnya.“Tapi dengan satu syarat, yaitu Ariana ingin Pak Abian atau direktur kita untuk membujuk dia langsung!” serobot Riyan langsung menjelaskan tanpa menu
Read more
BAB 25
“Perkembangannya sudah sampai mana?”Pertanyaan Abian membuat seluruh tim itu terdiam. Mereka menundukan kepala mereka, tidak ingin membuat kontak mata denga Abian. Namun itu berbeda dengan Hanum. Disaat semua orang menundukan kepala merasa bersalah, Hanum malah sibuk dengan khayalannya bagaimana cara membujuk Abian untuk bertemu dengan Ariana dan itu membuat Hanum sangat mencolok di mata Abian.Hanum yang melamun tidak sadar akan situasinya yang sedari tadi dipandangi oleh Abian. Saat mata mereka bertemu, Hanum membelalakan mata terkejut dan langsung mengamati sekitarnya dan mendapati bahwa hanya dirinya saja yang menegakkan kepala sedangkan orang lain semua menunduk.Aduh! Bisa-bisanya cuma aku yang seperti ini. Kenapa aku melamun coba? Kan jadi malu sendiri ketahuan melamun sama Pak Abian.Hanum merutuki dirinya dalam hati. Ingin sekali menghantamkan kepalanya ke meja di depannya. Dia malu kepergok sedang melamun.“Kenapa tidak ada yang menjawab?”“…”“Tim 1? Tim 2 dan tim 3?”“Kam
Read more
BAB 26
Benar saja, saat Hanum selesai berbicara, dan saat dia melihat Abian, bosnya itu sudah mengerutkan dahi seperti tidak suka dengan isi perkataan Hanum. Nyali Hanum langsung menciut dan tidak berani berbicara lagi.Ruangan kembali hening. Semua orang sibuk menahan napas mereka supaya tidak terdengar begitu keras. Mereka ibaratnya sedang menunggu gunung berapi yang kapan saja bisa Meletus. Mereka takut Abian akan memarahi kinerja mereka. Sebenarnya, jika dibandingkan dengan karyawan perusahaan lain, kinerja karyawan Perusahaan Damanta bisa dibilang di atas rata-rata jika soal performa. Mereka sudah memiliki kemajuan yang cukup signifikan padahal ini baru sehari ditugaskan. “Oke. Semua tim boleh keluar kecuali tim 3 merketing,” kata Abian yang membuat sebagian orang menghela napas lega kecuali tim 3 marketing yang masih harus bertahan satu ruangan dengan bos mereka.Satu persatu orang-orang keluar ruangan dan hanya menyisakan anggota tim 3 marketing.Abian sebenarnya tidak ada tujuan unt
Read more
BAB 27
Hanum menghampiri kursi Abian dan memegang lengan Abian dengan cepat. Dia juga panik saat melihat kondisi Abian yang tiba-tiba berubah. Dia terlihat sangat kesakitan sampai keringat dingin keluar dari dahinya.“A-apa seperti ini, Pak?” Tangan Hanum gemetar. Dia dengan hati-hati memegang lengan Abian.“Bukan.” Abian langsung menarik jemari Hanum dan menautkan jarinya. Hanum membelalakan matanya saat Abian mengubah postur duduknya.Saat ini Abian sedang menghadap Hanum yang masih berdiri tak lebih dari lima puluh sentimeter itu dan kedua tangan Abian tertaut pada kedua telapak tangan Hanum. Jika orang lain melihatnya itu terlihat intim seperti sepasang kekasih yang sedang saling menautkan jemari mereka.“Lima menit. Hanya lima menit saja, aku mohon,” pinta Abian dengan lirih.Hanum yang hanya bisa membeku di tempat tidak tahu harus merespon seperti apa. Haruskah dia menampar Abian lagi? Tidak, tidak! Dia masih membutuhkan pekerjaan ini.Tanpa Hanum sadari, tingkah Abian ini membuat deb
Read more
BAB 28
Hanum tidak terima saat dia dikatai bau. “Maksud Anda apa mengatai saya bau?!” kesal Hanum seolah lupa orang di depannya ini adalah bosnya.“Siapa yang mengataimu bau?”“Tadi Anda berbicara sendiri. Anda bilang saya berbau aneh,” keluh Hanum.“Bukan itu maksud saya. Sudah, kamu boleh pulang. Ini sudah lewat jam kerja kantor.”Memang benar ini sudah melebihi jam kerja kantor. Hanum juga tidak mau berlama-lama di satu ruangan dengan Abian. Dia merasa aneh jika dekat-dekat dengan Abian. Sebuah perasaan yang lagi-lagi tidak bisa ia gambarkan.“Kalau begitu saya permisi.” Hanum keluar dari ruangan rapat. Hanya ada dia sendiri di kantornya, semua orang sepertnya sangat senang bisa pulang tepat waktu, tidak seperti dirinya yang tertahan oleh Abian dan malah disuruh melakukan hal di luar nalar.Hanum memberesi barang-barangnya dan bersiap untuk pulang. Tak dia sangka, saat keluar dari gedung kantor, dia kembali melihat mobil kevin yang melaju di depannya. Kevin tidak sendirian, lagi-lagi dia
Read more
BAB 29
Ini adalah pengalaman Hanum menaiki mobil super mewah. Dia tidak menyangka kalau dirinya bisa menaiki mobil yang hanya dimiliki oleh orang-orang kalangan tertentu saja. Interiornya jelas berbeda dan terlihat sangat mewah. Dia mencoba duduk dengan nyaman, karena di sepanjang jalan tidak ada obrolan dan Hanum merasakan kenyamanan yang teramat, tanpa sadar dia tertidur.Abian sesekali menoleh dan melihat Hanum. Saat mendapati Hanum tertidur, Abian menaikan sudut mulutnya. Dia tersenyum kecil merasa lucu. Ini adalah pertama kalinya dia memperbolehkan orang lain untuk ikut menaiki mobil kesayangannya ini. Abian tidak memiliki niatan lain, tidak! Dia hanya merasa sangat nyaman jika di dekat Hanum.Tak lama kemudian mobil memasuki area parkiran rumah sakit. Dia memarkirkan mobil dan tidak keluar. Abian menunggu cukup lama karena dia tidak tega untuk membangunkan Hanum.Hanum perlahan membuka matanya. Dia mengucek matanya, bersikap sanagat nyaman dan untuk sesaat dia lupa bahwa dia sebenarny
Read more
BAB 30
“Kenapa kamu di sini?” tanya Daniel dengan ketus.Abian tak menghiraukan pertanyaan ketus dari Daniel. Dia main menyelonong masuk ke ruangannya Daniel dan duduk di kursi pasien.“Aku seorang pasien, tentu saja harus konsultasi.”“Apa ada kemajuan?”“Jelas ada. Kalau tidak, aku tidak akan repot-repot menemuimu lagi di rumah sakit.”“Ap aitu?”“Ini tentang Hanum. Memang benar sepertinya ada yang spesial dari tubuhnya. Maksudku, aromanya saja bisa membuatku tenang. Kemarin saat sakit kepalakutiba-tiba kambuh, aku langsung memegang tangan Hanum sekitaran lima menit dan rasa sakit kepalaku berangsur-angsur menghilang. Berada di dekatnya membuatku tenang.”“Apa kamu juga mengantuk?” Daniel sudah siap dengan buku catatan kecilnya. “Maksudku adalah, saat kau sakit kepala dan memegang tangan Hanum, apa kau merasa mengantuk juga?”Abian berpikir cukup lama mencoba mengingat momen tadi sore. “Mm, sepertinya tidak mengantuk. Aku tidak tahu karena saat itu dibarengi rasa sakit kepala yang teramat.
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status