All Chapters of Go Away, Boss!: Chapter 11 - Chapter 20
40 Chapters
BAB 11
Para karyawan menunduk hormat saat Abian melewati mereka dan berjalan menuju lobi. Abian balas menganggukan kepalanya sebagai tanggapan penghormatan yang diberikan oleh karyawannya. Abian yang ditatap penuh kekaguman dari salah satu karyawatinya merasa sangat risih. Emosinya kembali naik dan dia langsung memerintahkan Fitra untuk memecat mereka “Pecat para pegawai yang memandangku dengan intens tadi. Dan bawakan aku obat pereda nyeri, kepalaku serasa mau pecah.” “Tidak bisa, Pak. Nanti perusahaan kami bisa dilaporkan pada badan pengawas jika memecat pegawai tanpa alasan yang jelas.” Fitra merasa kewalahan jika emosi atasannya ini kumat. Dia bisa memecat orang tanpa pikir panjang dan tanpa pandang bulu. Kesalahan kecil saja bisa membuat hati abian terasa penuh dengan emosi yang tidak bisa disalurkan lewat tinju. Karena itu, Abian lebih sering menunjukan emosinya lewat kata-kata yang kasar. “A
Read more
BAB 12
“Tapi itu tidak bekerja. Saat aku memejamkan mata pada momen mengantuk, aku tetap tidak bisa tidur.” “Oke, lupakan soal tidak bisa tidur. Dari tadi aku penasaran akan satu hal, kenapa kamu meminta untuk ditampar lagi?” Daniel masih bisa melihat dengan jelas bekas merah di pipi Abian. Sepertinya tamparannya sangat keras dan jangan tanyakan soal rasanya. Sudah bisa dipastikan itu pasti sangat sakit. “….” Abian menatap Daniel lama. “Berhenti menatapku, tatapanmu itu seolah berkata ‘Apa maksudmu? Sudah jelas untuk memastikan rasa kantuk’ begitu, bukan?” Daniel mencoba menerjemahkan tatapan tajam Abian. “Tapi apa kamu tidak memikirkan kalau rasa kantuk itu tidak hanya bisa dirasakan lewat tamparan? Misalnya, lewat sentuhan anggota tubuh lain. Bukankah kehadiran sosok Hanum ini juga aneh dan kebetulan? Seolah tubu
Read more
BAB 13
“Aku pergi.” Daniel segera pergi meninggalkan Abian yang bahkan tidak memandangnya sama sekali. Abian terus disibukan dengan dokumen. Meskipun sibuk, tapi dia sesekali melirik jam tangannya. Dia adalah orang yang tepat waktu. Baginya membuang waktu sama dengan membuang uang. Dia ini suka uang, maka kesimpulannya dia tidak boleh terlambat dalam hal apapun. Abian datang ke restoran tepat waktu. Dia menunggu dengan tak sabar. Pasalnya, ini sudah lewat sepuluh menit. Dia membuang-buang waktu dengan duduk sendiri di satu-satunya meja yang terisi orang. Ya, seluruh ruangan restoran sudah dikosongkan. Hanya ada Abian sendiri di sana dan pelayan yang sesekali bertanya tentang menu yang ingin dipesan atau ada keperluan lain yang dapat pelayan bantu. Para pelayan sudah di briefing  sebelumnya bahwa yang akan makan malam saat ini adalah bos mereka dan mereka harus melakukan pelayanan yang terbaik. “K
Read more
BAB 14
Hanum sudah menunggu lama di parkiran bawah tanah. Pesan yang ia kirimkan tadi juga belum terbaca oleh kekasihnya. Sekarang sudah jam tujuh malam lebih dan dia masih dengan sabar menunggu Kevin. Samar-samar dia mendengar gelak tawa. Hanum termangu di tempatnya saat dia melihat tawa itu berasal dari kekasihnya. Awalnya dia ingin menyapa, tapi ia urungkan saat dia melihat Kevin sedang berjalan bersampingan dengan seorang wanita yang sangat cantik dan terlihat anggun. Mereka saling bercanda di sepanjang jalan menuju mobil Kevin. Laki-laki itu awalnya tidak menyadari kehadiran Hanum. “Kak Kevin!” panggil Hanum. Dia jelas tidak memanggil dengan panggilan sayang karena kekasihnya saat ini sedang bersama rekan kerjanya. Dia masih ingat peringatan Kevin soal hubungan yang tidak boleh diketahui oleh orang kantor. “Hanum?!” tanya Kevin kaget. Dia tidak menduga dia akan bertemu Hanum di parkiran.Saat
Read more
BAB 15
 Hanum menjatuhkan tasnya begitu dia masuk ke dalam rumahnya. Pemandangan di hadapannya kembali ingin membuat Hanum menjerit keras dan menangis sedih. “Apa kamu berkelahi lagi?” keluh Hanum. Kali ini dia tidak bisa membendung air matanya. Hanum memarahi dirinya sendiri karena telah gagal mendidik adik laki-laki satu-satunya.  “Kali ini dengan siapa lagi?” Hanum menghampiri Ganesha yang sedang membalut luka di tangannya. Penampilannya ini penuh luka lebam. Wajahnya yang tampan kini terlihat lebih sangar karena dipenuhi oleh luka gores yang darahnya bahkan belum mengering. “Kamu tidak merasa kasihan dengan dirimu sendiri? Hah? Jawab kakak, Ganesha!” raung Hanum. Dia menangis dengan keras kali ini. Ganesha yang melihat kakaknya menangis hanya bisa menundukan kepalanya. Dia merasa bersalah bukan karena berkelahi, tapi merasa bersalah karena membuat Hanum mena
Read more
BAB 16
Kevin yang tidak siap dipeluk oleh Hanum hampir tehuyung jatuh, untung saja dia kuat dan bisa menstabilkan posisinya. Dia balas memeluk Hanum mesra. Sudah lama mereka tidak berpelukan manis seperti ini, bertemu dan berkencan saja sebenarnya sudah sangat jarang mereka lakukan. Mereka hanya bisa menghabiskan waktu termanis mereka saat Hanum masih di Universitas dan itupun tetap tidak sesering pasangan yang sedang dimabuk cinta lainnya. Itu karena saat Kevin berkencan dengan Hanum, dia sudah mulai bekerja dan Hanum pun sudah mulai di tahun seniornya yang berada di fase tersibuk.“Aku kira kamu akan menghubungiku lewat telepon. Aku tidak menyangka kamu akan datang langsung seperti ini,” kata Hanum manja.“Ya. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Rasanya tidak pantas jika berbicara di telepon.” Kevin berkata dengan sangat lembut hingga mampu membuat Hanum merasakan kasih sayang lewat kata-katanya.“Um! Aku sangat merindukanmu, Sayang.” Hanum mempererat pelukannya. Kemudian dia mendongak
Read more
BAB 17
“Kapan kalian akan menikah?”Hanum dan Kevin yang baru saja sampai bahkan masih belum mendudukan diri sudah ditodong dengan pertanyaan yang membuat keduanya terdiam dan saling memandang.“Nenek. Nenek belum tidur?” tanya Hanum mencoba mengalihkan perhatian dan menghindar dari pertanyaan sang nenek.“Bagaimana bisa tidur jika sampai jam segini kamu belum juga tiba. Kamu membuat aku khawatir dan takut sesuatu yang buruk mungkin saja terjadi padamu. Ternyata datang terlambat karena sedang bersama kekasih,” sindir Ningsih dengan senyuman. Sedari tadi dia tidak bisa memejamkan mata barang sedetik pun karena Hanum masih belum juga mengunjunginya. Bukan berarti dia selalu membutuhkan orang lain untuk membantunya, tidak, dia hanya khawatir akan keselamatan cucunya. Maka dari itu, saat dia melihat Hanum masuk dengan semburat merah di pipinya, lalu diikuti oleh seorang lelaki yang sudah ia kenal, Nenek dengan sengaja menggoda mereka dengan pertanyaan itu.“Maafkan aku, Nek.”Ningsih hanya terse
Read more
BAB 18
“Ponsel, cek! Kartu karyawan, cek! Uang, cek!”Pagi ini Hanum memastikan dia tidak menjatuhkan kartu identitasnya. Dia mengecek barang-barangnya dengan sangat teliti. Dia tidak akan membiarkan kejadian memalukan kemarin terulang kembali.“Kok kayaknya kamu ribet banget, Num.” Nenek yang juga sudah terbangun merasa heran melihat Hanum yang sibuk berkali-kali mengecek isi tasnya.“Iya, Nek. Kemarin Hanum lupa membawa kartu identitas karyawan. Sekarang Hanum ngecek lagi takut ketinggalan kaya kemarin,” ujar Hanum berbohong. Padahal kartu identitasnya tidak tertinggal, melainkan terjatuh dan itupun yang memungutnya adalah bosnya sendiri. Hanum bergidik ngeri saat mengingat momen yang sangat langka di hidupnya. Berhadapan dengan bosnya lagi? Ugh, dia tidak mau kejadian kemarin terulang lagi. Menampar atasannya jika di perusahaan lain mungkin sudah dipecat secara langsung. Tapi dia cukup beruntung karena bosnya tidak memecatnya.Mungkin karena bosnya sebenarnya orang yang baik? Entahlah, Ha
Read more
BAB 19
“Hanum, kamu sama Riyan yang bertanggung jawab untuk bertemu dengan Ariana ya,” kata Geo langsung membuka rapat mereka dengan pembagian tugas dan tidak perlu repot bertele-tele. “Kok diserahin ke anak baru, sih?” kata Azila dengan nada tak suka. Semenjak Hanum dipanggil ke ruangan direktur, Azila sudah benar-benar mendeklarasikan perang dan dia tidak segan-segan menunjukan sikap tidak Sukanya terhadap Hanum.“Diserahkan ke anak baru biar mereka pada belajar. Kamu dulu waktu jadi anak baru juga seperti mereka, kan? Banyak diberi tugas untuk belajar berkembang.” Stefani yang tidak suka melihat tingkah Azila yang dengan jelas memperlihatkan permusuhan itu mencoba menengahi perdebatan yang bahkan belum dimulai.“Tapi aku juga pengin ketemu sama aktris Ariana. Serahin ke aku aja.” Jasmine menimpali.“Benar!” kata Azila setuju. Ini adalah pertama kalinya mereka berada di kapal yang sama. Biasanya mereka juga saling bermusuhan meski tidak terlalu ditunjukan.“Tidak. Selain Riyan dan Hanum,
Read more
BAB 20
Geo menatap Hanum dan Riyan secara bergantian. Permintaan mereka cukup lucu. Geo terkekeh kecil, memang sepertinya tugas ini sangat berat bagi mereka yang masih belum terbiasa dengan dunia kerja.“Kalian sudah buat janji dengan agensinya belum?” Suara Geo terdengar sangat lembut. Jarang ada manajer yang tidak suka marah-marah kepada bawahannya. Apalagi Geo ini masih terlihat sangat muda dan sudah menjabat sebagai manajer. Prestasinya patut dibanggakan.“Belum.”“Belum.”Jawab Hanum dan Riyan bersamaan. Mereka kemudian saling memandang dan kemudian menahan tawa mereka agar tidak pecah di depan manajer mereka.Geo kembali terkekeh. Kali ini kekehannya berubah menjadi tawa yang menertawakan kelucuan Hanum dan Riyan. Geo seolah diingatkan masa magangnya yang hampir mirip dengan mereka, bedanya dulu manajer Geo sangat galak, oleh karena itu kini dia tidak bersikap galak pada bawahannya atau memarahi tanpa dasar, dia menerapkan prinsip bekerja dengan santai namun tegas dan tepat waktu. Jara
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status