Semua Bab Mertua, Awal Pembawa Petaka: Bab 111 - Bab 120
142 Bab
Merana
POV AuthorDi antar oleh Mang Narno, Kanaya pergi ke sekolah Shanum untuk mengurus surat pindah. Zian di titipkan pada Siti, ia tidak khawatir karena Zahra juga ikut menjaga Zian. Lukman dan Arga sudah lebih dulu pergi ke kantor karena ada pertemuan penting pagi ini. Karena jalanan yang macet, Kanaya harus memakan waktu lebih lama untuk sampai di sekolah Shanum.“Jalannya santai aja, Mang. Nggak usah ngebut!” peringat Kanaya.“Baik, Bu,” balas Mang Narno. Lelaki paruh baya itu sudah sepuluh tahun bekerja sebagai supir pada Kanaya dan Lukman, mereka bahkan menganggap Mang Narno seperti keluarga sendiri sama halnya dengan Jumi dan Siti.Satu jam lebih Kanaya baru sampai di sekolah Shanum, ini pertama kalinya ia datang. Keysha yang melihat Kanaya langsung memanggil ibu dari temannya itu.“Tante Kanaya!”Kanaya langsung membalikkan tubuhnya dan tersenyum. “Eh … Keysha!” seru Kanaya.“Tante mau kemana?”“Tante mau cari ruang kepala sekolah, Key,” jelas Kanaya.“Tante lurus aja terus belok
Baca selengkapnya
Pertahankan atau Tinggalkan
POV Author“Nik, tolong pesankan makan malam sekalian,” ujar Aditya lalu masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil laptop.“Bapak ingin makan apa?” tanya Anika dengan suara agak sedikit keras agar Aditya mendengar suaranya.“Nasi goreng seafood!” sahut Aditya lalu keluar dari kamarnya.“Baik, Pak.”Anika langsung memesankan makanan yang diinginkan bosnya. Sambil menunggu makan malam datang mereka mendiskusikan mengenai proyek yang akan ditangani Anika saat nanti Aditya pulang, Anika memang bisa diandalkan. Wanita itu sudah tujuh tahun menjadi sekretarisnya, sangat mengetahui bagaimana karakter bosnya. Bisa bertahan karena sosok Aditya yang memang sangat baik dan juga tidak seperti atasan yang lain akan memanfaatkan jika memiliki sekretaris cantik, seksi dan masih muda seperti Anika.“Saya berharap kamu bisa menangani ini dengan baik selama saya tidak ada,” ujar Aditya.“Baik, Pak. Saya tidak akan membuat anda kecewa,” sahut Anika dengan seulas senyum yang membuat lesung pipi wanita itu
Baca selengkapnya
Tak Mempan Digoda
POV Author"Apa Adit ada menghubungi Lana?" tanya Lukman.Kanaya menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tanya-tanya soal itu, Mas.""Kita selesaikan masalahnya besok aja." Lukman menarik Kanaya ke dalam pelukannya, menyelimuti tubuh sang wanita dengan selimut dengan tangannya yang melingkar erat memeluk Kanaya."Aku berharap Lana sama Adit masih bisa bersama," tutur Kanaya lalu membalas pelukan suaminya, menyandarkan kepalanya di dada Lukman dengan nyaman.Cup!Ciuman mendarat di kening Kanaya membuat wanita itu langsung mendongak menatap suaminya yang kini sudah memejamkan mata. Terlihat jelas gurat lelah di wajah lelakinya, tangan Kanaya beralih mengelus lembut rahang Lukman yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang membuat lelaki itu terlihat semakin menawan di usianya yang sudah menginjak kepala lima."Kamu pasti lelah," gumama Kanaya. Lukman bahkan tidak menjawab, hanya dengkuran halus yang terdengar olehnya. Lukman benar-benar kelelahan setelah seharian bekerja.Kanaya masih belum bisa m
Baca selengkapnya
Lana Hamil?
POV AuthorDibantu oleh Siti, Lana berjalan perlahan menuju ruang tamu. Melihat istrinya, Aditya langsung bangkit dan mendekati Lana. Lelaki itu sangat khawatir karena wajah Lana yang sangat pucat, ia membawa Lana untuk duduk. Tidak tega berbicara mengenai masalah mereka dalam kondisi Lana seperti ini.“Kamu udah periksa ke dokter?” tanya Aditya.Lana hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya, untuk bicara saja ia harus mengeluarkan tenaga dan saat ini rasanya semua tenaga sudah habis dipakainya untuk berjalan.“Lana menolak dibawa ke dokter,” jelas Lukman.“Aku akan meminta dokter yang datang ke sini!” seru Aditya lalu merogoh saku celananya, Lana yang ingin mencegah tidak bisa karena badannya terasa lunglai. Dunianya seperti berputar dan detik berikutnya ia hilang kesadaran membuat semua orang histeris. Aditya langsung membopong tubuh istrinya itu dan membaringkannya di kamar. Mereka menunggu kedatangan dokter yang tadi dihubungi.“Aku mau bicara nanti, sekarang rawat saja dulu
Baca selengkapnya
Kecemasan
POV AuthorMalam itu Aditya masih berada di rumah Lukman, ia tidak mungkin membawa langsung Lana pulang ke rumah mereka. Apalagi kondisinya seperti ini, Aditya tidak ingin memaksa. Saat makan malam, lelaki itu menyuapi istrinya di kamar meskipun hanya satu dua suap karena semenjak beberapa hari kebelakang Lana memang tidak terlalu nafsu makan. Terlihat jelas dari bobot tubuhnya yang menurun apalagi ditambah dengan masalah yang belum terselesaikan."Udah, Mas. Aku kenyang," tolak Lana saat Aditya akan menyuapinya lagi."Ini masih banyak loh, sayang," tuturnya sambil memperlihatkan piring yang isinya memang hanya berkurang sedikit.Lana menggelengkan kepalanya, ia memilih menghabiskan air putih yang berada di atas nakas. Setelah minum obat, Lana langsung istirahat. Aditya menemaninya karena takut sang istri membutuhkannya sewaktu-waktu saat dirinya berada di luar kamar. Aditya bahkan belum berbicara dengan Lukman, ia memang ingin meminta maaf. Selain pada Lana, Aditya juga merasa bersal
Baca selengkapnya
Mencari Solusi
POV AuthorTok … tok … tok …."Yank, buka pintunya!"Baru saja panggilan telepon itu terputus suara Lukman terdengar membuat Kanaya langsung bangkit dan membuka pintu kamar mandi. Lelaki itu keluar hanya menggunakan handuk yang menggantung di pinggangnya, tubuh bagian atasnya dibiarkan terbuka dan memperlihatkan otot perut yang terbentuk sempurna hasil dari olahraga dan gaya makan sehat. Kanaya tidak menyiapkan pakaian seperti biasanya, pikirannya masih berputar karena ingat Shanum. Besok atau lusa, Kanaya akan mendatangi Shanum. Setidaknya ia bisa berbicara dengan baik pada anaknya agar bisa tetap bertahan di sana."Kenapa ngelamun!" tegur Lukman yang sudah berpakaian lengkap, ia menaiki ranjang dan merebahkan tubuhnya."Aku mau ketemu Shanum, Mas," ungkapnya."Lusa kita kesana, ya. Soalnya besok masih banyak pekerjaan yang nggak bisa ditinggal," tutur Lukman, lelaki itu mengerti jika istrinya sangat merindukan Shanum.Kanaya mengangguk lalu menggeser tubuhnya dan memeluk Lukman dari
Baca selengkapnya
Tetap Perhatian
POV AuthorAditya membantu Lana untuk berbaring, sepulangnya dari rumah sakit mereka langsung kembali ke rumahnya. Aditya sudah menghubungi Lukman dan mengatakan jika Lana dalam kondisi kurang baik, kandungannya lemah. Aditya akan melakukan berbagai cara untuk Lana dan juga calon anaknya. Ia bahkan berencana untuk bekerja dari rumah karena tidak ingin meninggalkan istrinya seorang diri di rumah."Istirahat ya, Mas keluar dulu sebentar," ujar Aditya.Lana tidak menjawab, ia masih diam. Rasa kecewanya masih dirasakan, sebenarnya Lana tidak ingin memikirkan itu tapi tidak bisa. Bahkan perkataan Aditya tempo lalu masih terngiang di telinga Lana, Aditya mengatakan jika dirinya tidak becus mengurus anak-anak. Siapa yang tidak sakit hati jika disebut seperti itu apalagi selama ini Lana sangat menyayangi ketiga anak sambungnya.Aditya menunggu kedatangan Ranian di ruang keluarga, ia juga sudah meminta Rangga dan Reyhan untuk datang. Entah mereka akan datang atau tidak, jika tidak ada yang dat
Baca selengkapnya
Pasrah
POV AuthorSaat malam hari, Rangga, Reyhan dan Rania datang. Aditya sudah menduga kedatangan mereka pasti untuk menanyakan fasilitas mereka yang dibekukan. Lelaki itu kini masih berdiam diri di ruang kerjanya setelah tadi menyuapi Lana."Pa, gimana keadaan ibu?" tanya Reyhan."Nggak usah basa-basi, kalian pasti mau nanyain soal kartu yang dibekukan?" selidik Aditya, ia akan mulai tegas. Tidak peduli nanti anaknya akan marah atau merajuk, yang jelas mereka harus belajar dewasa dan menghargai.Mereka bertiga diam, tahu jika sang ayah sedang marah saat ini. Hasutan Najla memang berhasil membuat anak-anak bahkan tidak peduli sama sekali pada Lana, sosok yang merawat mereka dari kecil dengan penuh kasih sayang."Kita salah, Pa. Nggak seharusnya ninggalin ibu sendirian di rumah," ujar Rania.Aditya masih terdiam, ia masih menerka-nerka apakah yang diungkapkan Rania itu benar-benar penyesalannya atau hanya pura-pura karena ingin kembali menikmati fasilitas."Kalau kalian berani keluar lagi d
Baca selengkapnya
Kebahagiaan Yang Sempurna
POV Author"Yaelah, lo ada-ada aja." Nayla memutar bola matanya mendengar pengakuan Shanum."Ada bagusnya, soalnya kalau gue di kelas kalian nggak bakalan bisa ketemu gue," tutur Shanum."Pokoknya lo harus bertahan di sini, lo harus lebih baik dari Melanie," ujar Keysha.Shanum menautkan alisnya tidak mengerti. "Apa hubungannya sama Melanie?"Keysha tersenyum kecut dan menceritakan semuanya. Saat Shanum tidak masuk sekolah, Melanie menyebarkan isu tidak benar mengenai Shanum. Gadis itu bahkan memfitnah Shanum sudah menggoda Jodi tapi pada kenyataannya Melanie-lah yang mendekati Jodi karena ingin membalas Shanum. Melanie masih tidak terima karena Arga menikah dengan orang lain, Nayla dan Keysha bahkan tidak menyangka jika Melanie adalah sosok yang ambisius. Melakukan berbagai cara untuk membuat dirinya sendiri puas. Baik Nayla maupun Keysha sudah tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Melanie bahkan saat ada di kelas saja mereka tidak pernah tegur sapa. Setelah mengetahui sikap asli Me
Baca selengkapnya
Harmonis
POV Author"Kamu harus jaga baik-baik kehamilan kamu, makan yang teratur karena berat badan kamu harus stabil soalnya kandungan kamu lemah," jelas Kanaya panjang lebar."Iya, Mbak. Mbak ini lebih cerewet dari dokter," omel Lana sambil terkekeh, ia bahagia karena orang-orang terdekatnya sangat memperhatikan dirinya."Belasan tahun kamu nunggu kehadirannya, kamu lebih sabar daripada Mbak. Mungkin kalau Mbak ada di posisi kamu nggak bakalan setegar kamu, kamu emang kuat, Lan!" Kanaya bangga pada adik iparnya itu, meskipun usia mereka beda jauh tapi terkadang Lana bisa bersikap lebih dewasa."Lana itu hanya belajar dari Mbak. Kalau bukan karena kalian Lana juga nggak bakalan sekuat ini." Lama tersenyum sambil menggenggam tangan sang kakak ipar. Karena dukungan dari keluarga besar hingga membuat Lana bisa menjalani kehidupannya sampai saat ini."Udah, jangan cengeng gitu. Nanti anaknya ikutan cengeng lagi," ejek Kanaya.Lana cemberut. "Jangan dong, anak ibu harus kuat ya!" Lana mengelus pe
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status