All Chapters of Kontrak Cinta Sang Muhallil: Chapter 21 - Chapter 30
48 Chapters
Test DNA
Awal mula terjadi perbuatan zina, tentu pelaku tidak secara langsung merasa. Berawal zina mata, seperti saling pandang, saling bersenda, saling tertawa, bersama lawan jenis telah membuka lebar gerbang menuju undangan para setan. Sejatinya tidak ada manusia yang ingin berzina. Untuk menghindari zina, menjaga pandangan solusi pertama, kemudian tidak berlebihan berteman dengan lawan jenis yang bukan mahrom. Sholat dengan khusuk salah satu gembok mengendalikan diri dari perbuatan terlarang. Terkadang, zina datang setelah saling pandang. Berawal saling melempar senyuman. Setelah berbincang, langkah pertama menjejaki perasaan, saling ketergantungan merasa nyaman. Merasa terbiasa dengan saling menyentuh, saling merangkul, berpelukan seolah hal yang dilumrahkan, dan tidak perlu dipermasalahkan. Padahal, perbuatan itu langkah segera terjadinya zina, biasanya perbuatan terkutuk itu selalu berawal dari mengobrol antar lawan jenis yang bukan mahrom pada waktu senggang. Setelah nyaman berb
Read more
Luka Kembali Bernanah
"Keren ya, Mas. Kamu bisa bawa aku ke tempat-tempat begini. Ke pantai, ke hutan, ke kebun, bahkan ke tempat banyak kenangan tentang kita." "Karena Mas ingin kamu selalu mengenang cinta kita, dan tidak akan meragukan Mas lagi." Ilham membelai kepala Arini. Tujuannya datang ke tempat itu memang untuk mengingatkan hari hari di mana dulu mereka pernah saling memadu kasih, di saat remaja sampai di dewasa tersemat pada mereka."Tidak meragukan? Ya, tentu tidak meragukan, jika Mas, juga tidak membuat hal-hal atau sesuatu yang menimbulkan keraguan," ucap Arini diplomatis. "Kamu itu, masih kayak kita kuliah dulu. Cerdas bermain kata." Ilham tertawa kecil. "Kalau lagi mood. Kalau lagi sebel otaknya ikutan, mampet." "Tinggal asah, alirkan, jangan sampai mampet." Ilham tertawa mendengar jawaban Arini. Arini tersenyum membalas tawa. Dari dulu ia memang tidak pernah meragukan cinta Ilham. Tapi, hidup tidak sekadar menelan cinta. Banyak hal yang terjadi dan bisa saja takdir mengharuskannya untuk
Read more
Ciuman Pertama
Talak Tiga telah Sah. Dan ... Ilham, mama, serta Papi Ronald menyembunyikan dari Arini. "Assalamualaikum, Unda!" teriak dua orang dewasa dan seorang bocah serentak. Arini terhenyak karena kaget. Memaksa senyum di wajahnya. "Arini!" Meli yang baru saja menjemput Satya, terdiam melihat wajah sembab menantunya. "Kenapa, Sayang." "Unda, Atya kangen, Unda lama banget peginya." Arini meraih Satya menggendong bocah itu. Membuang wajah agar mertuanya itu tidak bisa menjadi detektor pikirannya. "Katakan, Nak. Ada apa?" "Bukankah Arini yang seharusnya bertanya, Ma. Ada apa?" tanyanya memutar balik. Meli terdiam, Meli seakan bisu di tempat. Gemetar. Ia sangat paham maksud pertanyaan Arini. "Kamu sudah tau?" "Apa yang harus Arini ketahui? Apa sesuatu yang dilarang?" tanya Arini lagi. Ia ingin menguji Meli. Sampai di mana Meli menyembunyikan hal sepenting itu padanya. "Tidak, Nak." Meli menunduk. Satya menatap bingung Nenek dan Bundanya. Mata Meli berkaca-kaca, tidak mampu melontar kata.
Read more
Aku Cemburu!
"Lupakan apa yang kukatakan. Kau terlihat cantik sekali malam ini!" bisik Burhan lagi. lagi-lagi wajah Arini tersipu malu. Membuat Burhan paham apa yang dimaui wanita itu. "Hei, apa kau sedang kemasukan?" tanya Arini heran melihat perubahan sikap Burhan. Sebenarnya Burhan tidak ingin jaim, atau diam-diaman. Selama Arini nyaman. Ia akan lakukan."Ya, kerasukan cinta Arini Ayunda. Wanita cantik yang pernah aku temui. Tapi sayang, dia bucin akut pada seseorang sampai tak sadar bisa tapal batas antara kesumat dan cinta." Burhan melirik Arini dari ekor matanya."Melihat gigihnya seorang Arini ingin seperti Mira. Menampilkan segala jenis usaha untuk menggoda. Berakhir sia-sia.Burhan memahami luka, trauma menikah, bisa jadi trauma untuk tidur bersama, sedang menjangkiti Arini tanpa disadari oleh pikirannya.Burhan sadar, jika ia melebur ke jiwa Arini, maka segala rayuan yang dikeluarkannya pasti diterima. "Burhan! kau sedang menyindirku?""Gak mungkin aku menyindir Kirana si cantik ponak
Read more
Hanya Untuk Orang yang Dia Sayang
Jantung Arini bertalu.Apa ini?Rasa bahagia. Rasa dihargai. Arini menangis tersedu-sedu. "Aku cemburu! Jangan pernah menghubungi mantan suamimu lagi. Percayalah! aku akan membuatmu bahagia." Arini membiarkan dirinya dipeluk Burhan erat. "Nyonya mau ngapain?" "Mengapa raut wajahmu berubah, apa kau cemburu aku chatingan dengan Ilham?" "Jika aku cemburu, apakah Nyonya Arini berani bertanggung jawab atas kecemburuanku," tantang Burhan. Menatap lekat manik mata Arini. Membalas tatapan tajam milik wanita itu. Arini menyeringai aneh. Sengaja memangkas jarak antara mereka. "Aku kira kau OB yang naif, lugu plus polos, ternyata punya napsu juga," ejek Arini menyunggingkan senyum. "Sekarang perkiraan tentang OB naif, lugu dan polos, apa sudah kau hapus? biar kutunjukkan sisi liar dari lelaki naif ini." "Dasar tidak konsisten, tadi kau panggil aku Nyonya, sekarang pakai sebutan 'kau' kenapa tidak sekalian kau panggil Beb atau sayang gitu." "Berhentilah menggoda Ilham, jika kau tidak meng
Read more
Satya Sakit
"Satya mana, Kak?" "Sebentar lagi datang, tadi dibawa Moris. Pegawai baru di butik, yatim-piatu yang tidak lagi sekolah. Kakak berencana mau nyekolahin dia, sekalian kuliah," jawab Arini menuju meja makan. "Ma sya Allah, Kak. Kakak baik banget." "Biasa aja. Berlian abis lulus nyambung ke mana?" tanyanya dengan nada biasa. "Pengennya kuliah, Kak. Tapi, belum izin ke abang." Berlian memperhatikan gerak-gerik Arini. Pagi ini terlihat normal. Walau sorot matanya terlihat jelas datar--luka dalam yang sukar terdeteksi. {Apakah hari ini ada jadwal Kak Arini kontrol, Bang} Berlian mengirim pesan pada Burhan. {Siang nanti kakak cek up, abang udah call sama Psikolog Morela. Dia tidak akan tau dibawa ke psikolog. Morela memberi keterangan asam lambung pada cek up lalu. Jangan sampai ketauan. Ingat, Ber!} {Siap, Bang} "Kamu chatingan sama siapa, sama pacar?" tanya Arini mendadak duduk tepat di samping Berlian. "Eh, eng ... enggak, Kak. Berlian belom punya pacar," jawab Berlian grogi mema
Read more
Cinta Sang Muhallil
Kakek Arini mantan birokrat yang ditipu oleh Kamandanu. Rusdi meninggal karena dibunuh, sampai hari ini, kasusnya dipeti es-kan. Jansen Kamandanu tidak mengetahui sama sekali kalau Arini adalah cucu Rusdi. Karena bagi Jansen Arini hanya sosok gadis miskin yatim-piatu, untuk itu, ia tidak mau tau latar belakangnya. Kamandanu berpikir bahwa cara berpikir Ilham dan Ronald sama saja dalam urusan jodoh--rendahan. *Di rumah Arini.Setalah Satya dinyatakan boleh pulang dan seharian rawat intensif di rumah. Berlian turut menemani Arini. "Kak, bukankah Satya harus dibawa lagi ke rumah sakit sebelum magrib?" tanya Berlian memulai strategi. "Ya, Alhamdulillah kamu ingat ya, Ber. Kamu ikut kakak, gak ada yang nemenin, Nih," pinta Arini sambil membereskan pakaian yang akan dibawa ke rumah sakit. "Gi mana kalau dokternya kita suruh kemari, saja," ujar Berlian memberi pendapat. Berdoa dalam hati semoga Arini mengaminkan. Karena ini jalan satu-satunya agar Morela datang setiap hari ke rumah Ari
Read more
Arini Menampar Rian
"Mama!" "Sehat kamu, Nak!" "Alhamdulillah. Mama sama siapa ke sini?" "Tu, sama anak mama paling ganteng sedunia." Arini terdiam di tempatnya berdiri. Burhan yang pagi ini tidak bekerja, sama-sama seperti orang bego. Diam ambigu. Seolah merasa tidak nyaman dengan kedatangan Ilham dan Meli. Arini yang masih memakai mukena, membuat Ilham menyipit mata. Ada Alquran kecil di tangannya. "Ini, eh ... Burhan ngajarin Arini ngaji, ternyata suara Burhan itu merdu. Tiap magrib dia ngaji. Arini pengen diajarin ngaji juga. Udah lama ngak pegang Al-qur'an rasanya gamang." Tanpa diminta, merasa ingin menjelaskan. Arini bercerita. Meli tersenyum mengelus pucuk kepala Arini. Tentu saja Meli tidak tahu betapa Burhan menikmati tingkah absurd hasil depresi Arini. Menikmati dalam artian begitu sulit menyelami. Berbagai cara ia coba. Tidak hanya psikolog, Burhan sengaja selalu menghidupkan suara-suara alunan Al-Qur'an setiap Subuh hingga menjelang berangkat kerja. Ayat-ayat rukiyah. Ternyata hasiln
Read more
Apa Kalian Saling Jatuh Cinta?
"Apa ini?" Arini membuang kertas ke wajah Rian. Surat penandatanganan pembelian bayi sebesar lima ratus juta. "Kau siapa ikut campur urusanku?" teriak Rian menuding Arini.  Burhan berlari tergopoh-gopoh, ia panik menelusuri seluruh cctv rumah sakit karena kehilangan Arini yang ternyata sudah sadar. Berlian membersihkan diri di kamar mandi. Setelah itu langsung pamit pulang. Perawat jaga ikut berlarian kawatir. Meli sampai terjatuh di tangga. Di depan lobi rumah sakit dengan begitu lantang, wanita yang baru siuman itu menampar keras wajah Rian. Mantan adik kandung mertuanya. Burhan bingung. Ada apa ini? Baru saja ia melihat sendiri bagaimana Arini menangis terisak, menyebut-nyebut nama Satya. Lalu, mendadak meminta gorengan. Meli datang menggantikan Burhan menjaga Arini. Burhan pergi untuk membeli gorengan. Sekembalinya dia, Arini sudah menghilang. Meli yang heran dan pertama kali melihat adegan Arini kumat,
Read more
Benang Biru
"Bu Meli, sudah pulang?" tanya Burhan celingukan ke arah kamar dan dapur tiada siapa-siapa."Iya, tadi malam pas kamu kerja, mama pulang, rencana mama, mau semingguan di sini. Katanya dua hari lagi, Ilham datang. Makanya, pulang lebih awal. Seingat aku, bukannya Mama Meli bilang enam bulan, ya.""Mungkin ada sesuatu yang tertinggal, atau urusan lain. Semua bisa saja terjadi, kan.""Iya, juga sih. Cuma--aneh aja.""Kamu gak senang Ilham datang?""Apa kamu pengen aku senang Ilham datang?" tanya Arini balik, tanpa melihat Burhan.Burhan diam. Selarik senyum tipis mengembang, raut berlesung yang baru saja menerobos jalan menuju dapur, membuat irama jantungnya bertalu bagai bedug magrib saat Ramadhan tiba."Masak apa? tumben! biasanya nunggu dimasakin." "Menik katanya mau bawa Bu Dena kemari, aku mau sekalian bawa Bu Dena jalan-jalan. Kami mau makan-makan di taman.""Kok, Menik gak ngasih tau, aku juga gak diajak.""Eh, kan, diundang spesial sama Nyonya Arini, kok kamu yang protes," jawab
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status