All Chapters of Adik Ipar Malang: Chapter 91 - Chapter 100
120 Chapters
bab 62 Map Biru Hilang
Adik Ipar Malang Bab 62 (Map Biru Hilang)Tanpa diduga, Lilis langsung menerjang Siska dengan sebuah pelukan. "Terima kasih, Siska. Di saat yang lain memikirkan hadiah apa yang pantas untuk anaknya, kamu satu-satunya yang memikirkan kebutuhan ibunya."Siska tertegun sejenak, sebelum akhirnya tersadar. Dia menepuk punggung Lilis sambil berkata, "Sama-sama. Maaf kalau hadiah itu tidak seberapa dibandingkan dengan hadiah dari orang lain.""Tidak benar. Ini semua sangat bermanfaat. Aku sangat menyukainya. Terima kasih sekali lagi," ucap ibu dari Daffin sambil mengakhiri pelukannya. Perasaannya sangat terharu, karena ada yang memberikan hadiah untuknya, juga memecahkan solusi untuknya.Lilis sempat kepikiran saat nanti akan melakukan perjalanan jauh. Seperti pergi ke rumah orang tuanya untuk acara empat bulanan kakak kandungnya, Laras. Sekarang tidak perlu bingung lagi saat akan memberi asi Daffin. Semua ini berkat hadiah dari Siska.
Read more
bab 63 Sangkaan Siska
Adik Ipar Malang Bab 63 Sangkaan SiskaSemua pintu mobil milik Elan terbuka. Pintu depan, pintu belakang, bahkan pintu bagasi pun juga terbuka. Kebetulan mas Tejo lewat, dengan ramah dia menyapa Elan. Mungkin saja, dia membutuhkan sesuatu, seperti bantuan mungkin."Ada yang bisa saya bantu, Den." Elan yang sedang memutar tuas handle jok mobil sedikit terperanjat. Hampir saja dia melepaskan pegangannya pada jok mobil. Kalau pegangannya tidak kuat, sudah pasti kakinya akan jadi korban.Melihat mas Tejo yang menyapa, Elan langsung terpikirkan orang yang tepat untuk ditanyai. "Apa Mas Tejo melihat sebuah map berwarna biru?"Pengurus kebun Devan itu sedikit berpikir sebentar. Setelah berhasil menemukan sebuah ingatan, dia pun langsung menjawab. "Oh iya. Saya sepertinya melihat sebuah map yang Aden sebutkan."Mata Elan terlihat cerah. Dia segera keluar dari mobil menghampiri mas Tejo. "Di mana sekarang map itu?"
Read more
bab 64 Penjelasan Elan
Adik Ipar MalangBab 64 Penjelasan ElanKlang!Terdengar suara benda jatuh di luar kamar. Mereka berdua menengok ke arah sumber suara.Elan ingat, tadi langsung masuk mendorong Siska tanpa menutup pintu. Jadi pintu masih dalam keadaan setengah terbuka. Di depan pintu terlihat Devan dan Lilis berdiri dengan tubuh membeku.Lilis lebih dulu tersadar, kemudian berjongkok untuk memungut kunci mobil milik Elan yang tadi tak sengaja dijatuhkannya, karena mendengar perkataan Siska."A–aku minta maaf." Lilis berusaha memertahankan ekspresi wajahnya agar terlihat baik-baik saja. "Lilis," gumam Elan. "Ini kunci mobil Kak Elan. Tadi mas Tejo menitipkannya padaku." Lilis menyerahkan kunci mobil tanpa menatap wajah Elan. Pertanyaan Siska barusan masih menggema di dalam kepalanya. Bayangan Evan saat malam itu tiba-tiba kembali. Dia tak menyangka kalau Elan yang dipikirnya laki-laki baik, ternyata serupa dengan adik kandungnya.Tadinya Lilis mau ikut
Read more
bab 65 Mereka Tidak Sadar
Adik Ipar MalangBab 65 Mereka Tidak SadarElan menghela napas. "Beberapa hari ini aku mengabaikan pesan dan teleponnya. Dia pasti mengira kalau aku belum mengetahui rencananya yang ingin menyakiti Evan. Makanya dia masih berani menghubungiku."Siska yang mendengar ucapan Elan kalau dia akan mendekati Freya lagi menjadi sedikit gelisah. Namun, dia segera menepis perasaan itu. Dia sadar diri kalau dirinya bukan siapa-siapa Elan. Kenapa dirinya harus merasa gelisah seperti akan melepaskan seorang kekasih untuk perempuan lain? "Kamu yakin?" tanya Devan memastikan."Iya. Mau bagaimana lagi." Elan menaikkan kedua alisnya. "Apa kamu yang mau menggantikan aku mendekati Freya?"Devan langsung menggeleng dengan kencang. Dia masih sangat mencintai istrinya. Susah payah mendapatkan dari ayah mertua dan Evan, mana mau dia dilepas Lilis. "Tapi, Kak ..." Ucapan Lilis selanjutnya tertahan di tenggorokan melihat isyarat tangan Elan yang memintanya untuk diam.
Read more
bab 66 Kecemasan Lilis
Adik Ipar Malang Bab 66 Kecemasan LilisSejak makan siang itu, Siska tidak pernah membiarkan dirinya hanya berdua saja dengan Elan. Tidak mau membuat jantungnya selalu berdebar-debar seperti sedang lari maraton. Dia tahu apa arti dari ini, tetapi sebisa mungkin dia akan menghalaunya. "Kamu sendirian di sini. Sedang apa?" tanya Lilis pada Siska yang sedang duduk di samping rumah sambil memandang greenhouse milik mama mertuanya. Ini hari kedua Elan dan Siska berada di kediaman Devan. Hari ini juga mereka akan kembali ke Jakarta. Siska tersenyum menatap kehadiran Lilis. Apa lagi saat melihat Daffin dalam gendongannya, matanya langsung berbinar. "Aku sedang melihat bunga-bunga di dalam rumah tanaman itu," tunjuk Siska ke arah bunga-bunga yang ada di dalam greenhouse. "Boleh aku menggendong Daffin?"Lilis langsung saja menyerahkan Daffin dalam pelukan Siska. "Kamu mau masuk untuk lihat-lihat?" ta
Read more
bab 67 Ajakan Makan Siang Elan
Adik Ipar Malang Bab 67 Ajakan Makan Siang Elan Setelah menempuh perjalanan lebih dari empat jam, ditambah dengan kemacetan yang sudah menjadi teman sehari-hari, akhirnya mereka sudah sampai di rumahnya.Semenjak ibunya Siska meninggal, Elan memang sudah jarang kembali ke apartemennya. Hampir tiap hari tinggal di kediaman orang tuanya. Namun, dia masih mempertanyakan alasannya yang lebih tepat. Mungkin karena masakan mamanya, atau mungkin masakan seseorang?Begitu juga dengan Evan dan Laras. Mereka juga lebih sering tinggal di rumah Pak Rifan dan Bu Maya. Sekarang mereka berdua lebih menyukai suasana kekeluargaan yang ramai, dibandingkan hidup hanya berdua di rumahnya yang selalu sepi. Apa lagi, Laras sudah tidak diizinkan bekerja. "Elan, kenapa kamu sudah kembali?" tanya bu Maya pada anak sulungnya.Elan baru saja menyandarkan punggungnya di sofa. Badannya sedikit pegal setelah menyetir selama berjam-jam. Meski ini bukan perj
Read more
bab 68 Makan Siang Lagi Kapan-kapan
Adik Ipar Malang Bab 68 Makan Siang Lagi Kapan-kapan Lima belas menit sebelum jam makan siang, Elan sudah meninggalkan ruangannya. Sekarang dia sudah di dalam lift untuk turun menuju ke basemen di mana mobilnya diparkir. Setelah masuk mobil, dia tidak langsung menyalakan mesin, melainkan menunggu seseorang. Lebih tepatnya bawahan sekaligus asistennya. Elan membuka jendela mobilnya setengah, kemudian asistennya itu menyerahkan seikat bunga mawar putih yang sudah dibeli dengan cara sembunyi-sembunyi kepada bosnya."Tuan, ini bunga mawar seperti pesanan Anda," ucapnya dengan penuh hormat."Terima kasih." Elan menerima itu dengan datar. Kemudian meletakkannya di atas kursi penumpang sebelahnya. "Ingat untuk tutup mulut."Bawahan sekaligus asistennya itu merasa keheranan. Kenapa tidak boleh sampai orang lain tahu? Namun, sebagai bawahan dia hanya bisa patuh saja. "Baik, Tuan." Bukan tanpa alasan Elan t
Read more
bab 69 Lain Kali Langsung Pulang
Adik Ipar MalangBab 69 Lain Kali Langsung Pulang Kedekatan Elan dan Freya sudah berlangsung hampir dua bulanan. Namun, kedekatan Elan dengan Siska malah mulai melonggar. Siska juga tidak bisa marah-marah, karena dirinya dan Elan memang tidak memiliki hubungan spesial selain majikan dan bawahan. Hanya itu.Biasanya saat hari libur, Elan selalu ada di rumah. Dia akan mencari berbagai macam perintah aneh-aneh yang membuat Siska kesal sekaligus senang. Namun, sekarang sudah tidak lagi, semenjak Elan mendekati Freya."Kamu mau ke mana pagi-pagi begini, Elan?" tanya Bu Maya pada anak sulungnya. Tadinya dia hendak ke ruang baca suaminya untuk mengajak sarapan. Namun, dia malah melihat Elan sudah rapi dengan baju kasualnya. Di jari telunjuknya memainkan kunci mobil yang diputar-putar. Sepertinya anak sulungnya ini mau pergi. "Ke rumah teman."Bu Maya mengerjapkan matanya. "Sama siapa? Siska, ya?"Siska yan
Read more
Bab 70 Elan Sakit
Adik Ipar Malang Bab 70 Elan SakitSebagai petugas kebersihan, atau orang biasa menyebutnya office boy/girl, Siska dan teman-teman sedivisinya akan berangkat lebih pagi dibanding karyawan yang bekerja di balik meja dan komputer. Biasanya Siska hanya akan membersihkan tiga sampai empat lantai, tetapi hari ini dia hanya ditugaskan untuk membersihkan ruangan milik wakil direktur. Enggan sekali Siska harus pergi ke ruangan itu. Bolehkah Siska pulang saja? Siska menyipitkan matanya setelah meneliti lebih jeli setiap sisi, sudut, benda, tata letak, dan kondisi di ruangan ini. "Jelas-jelas ruangan ini sangat bersih dan wangi. Jangankan debu, lalat hinggap saja mungkin akan terpeleset," gumam Siska sambil terus meneliti. Siapa tahu ada yang memang perlu dibersihkan lagi.Akhirnya Siska memutuskan untuk membersihkan seperti yang biasa dia lakukan, meski tempat itu memang sudah bersih. Biar saja supaya makin glowing. Saat sed
Read more
bab 71 Merawat Elan
Adik Ipar Malang Bab 71 Merawat Elan "Aku akan segera memanggil dokter. Kamu jaga Pak Elan dulu di sini." Sekertaris yang bernama Lisa itu keluar dari ruangan untuk menghubungi dokter. Dia juga akan mengabarkan ini pada Evan.Siska menyentuh dahi Elan dengan panik. Suhu tubuhnya benar-benar panas. Pantas saja dia sangat pucat terakhir kali bertemu tadi setelah mengantar kopi. Kalau Elan terus dalam posisi ini pasti tubuhnya akan merasa sakit dan pegal. Dia kemudian memapah tubuh Elan yang setengah lebih besar darinya menuju kamar pribadi Elan yang ada di ruangannya. Tidak lama kemudian, Lisa datang bersama dengan seorang dokter pribadi keluarga Pak Rifan. Siska dan Lisa berada di luar kamar, menunggu sampai dokter selesai memeriksa Elan. "Di mana pak Elan?" tanya Evan begitu masuk ke dalam ruangan. Dia langsung menghampiri dua perempuan yang sedang menunggu di depan kamar pribadi Elan."Masih ditangani dokter, Pak," jawa
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status