All Chapters of Adik Ipar Malang: Chapter 101 - Chapter 110
120 Chapters
bab 72 Tragedi Kopi Tumpah
Adik Ipar MalangBab 72 Tragedi Kopi Tumpah Dua hari kemudian, Elan sudah kembali sehat. Selama sakit, dia tak pernah bertemu dengan Siska. Untungnya hari ini sudah sembuh, sehingga dia bisa ikut makan malam bersama dengan yang lain lagi. "Elan, kamu sudah baikan?" tanya Pak Rifan pada putra sulungnya. Meski nada bicaranya sangat datar, tetapi semua anggota keluarganya tahu, kalau dia adalah orang yang sangat mencintai keluarganya. "Sudah, Pa."Pak Rifan memandang Elan dengan dalam. "Hm. Ingat untuk selalu jaga kesehatan kamu!"Elan menganggukkan kepalanya. Kali ini Bu Maya yang akan mulai berbicara. Dia minum terlebih dulu untuk melancarkan tenggorokannya. Kemudian berdehem. "Hari Minggu depan, akan diadakan acara empat bulanan untuk Laras. Sudah diputuskan akan dilaksanakan di rumah ini. Jadi untuk kalian yang ada acara pada hari itu, harap dijadwal ulang kembali." Laras tersenyum bahagia sambil mengusap
Read more
bab 73 Salep Luka
Adik Ipar Malang Bab 73 Salep LukaSore harinya, di saat semua karyawan pulang bekerja, Elan juga ikut pulang. Biasanya dia akan pulang sedikit telat, dan tidak membiarkan mejanya masih berisi berkas-berkas kontrak senilai ratusan juta hingga milyaran. Namun, dia memiliki toleransi hanya untuk hari ini. Dia mengkhawatirkan Siska yang sudah meminta izin pulang lebih awal. "Ma, Siska sudah sampai rumah?" tanya Elan pada Bu Maya yang sedang berjalan ke arahnya dengan heran.Tumben sekali Elan bisa pulang tepat waktu. Biasanya anak sulungnya ini akan pulang mendekati waktu makan malam.Dulu malah tidak pernah pulang. Anaknya itu akan pergi ke apartemennya sepulang kerja. Sekarang, malah pulang-pulang menanyakan Siska. "Iya, dia sudah pulang. Wajahnya terlihat lemas. Ada apa?""Sepertinya dia sakit. Makanya Elan mau nengok.""Apa? Siska sakit?" teriak Bu Maya dengan nada melengking. "Sakit apa Siska? Apa terjadi s
Read more
bab 74 Pertemuan di Kafe
Adik Ipar Malang Bab 74 Pertemuan di KafeHarusnya hari ini Freya sedang nonton dengan Elan, kalau Elan tak menolak ajakannya. Freya sangat penasaran, sebenarnya ada acara apa di tempat Elan. Sampai-sampai tidak memberitahu dan mengundang dirinya hadir di sana. Alhasil, weekend ini Freya habiskan di rumah dengan membaca majalah dan membuka aplikasi jejaring sosial demi melepas kegabutan. Menggunakan akun palsunya, Freya iseng membuka akun milik Laras. Dia biasa memantau Laras dari akun media sosialnya. "Apa ini?" Freya langsung menegakkan punggungnya setelah melihat postingan baru milik Laras juga menandai banyak saudaranya. "Jadi mereka sedang mengadakan acara empat bulanan untuk Laras?"Freya mengepalkan satu tangannya yang tidak memegang ponsel. Kenapa Elan tidak mau memberitahunya? Kemudian tangan putihnya mengusap perutnya yang datar. Dia seorang perempuan yang belum menikah, tetapi sudah ta
Read more
bab 75 Freya di Belakang Elan
Adik Ipar MalangBab 75 Freya di Belakang Elan Freya sudah duduk di kursi belakang Elan, sehingga membuat Freya dan Elan saling memunggungi. Elan tidak bisa melihat Freya, kecuali dia menolehkan kepalanya ke belakang. Sedang Devan dan Lilis, dia bisa melihat Freya, tetapi hanya mampu melihat bagian punggungnya saja. Begitu pelayan memberikan buku menu, dia segera memesan minuman dan makanan yang ringan saja. Tidak lupa saat berbicara dia mengubah suaranya supaya Elan tidak bisa mengenalinya. Sambil menunggu pesanan datang, Freya mengambil sebuah novel dari dalam tas kemudian membacanya. Dia datang sendiri, jadi kalau dia hanya duduk diam bengong saja malah akan membuat curiga dan pengunjung lainnya akan menatap dirinya aneh."Bagaimana hubungan kamu dengan Siska?" tanya Devan dengan nada menggoda. "Kakak!" Lilis menyenggol lengan Devan yang ada di atas meja.Elan menggelengkan kepalanya. "Sudah kubilang, ka
Read more
bab 76 Freya Kembali
Adik Ipar Malang Bab 76 Freya Kembali Keesokan paginya, lima belas menit sebelum jam makan siang Freya kembali datang ke kantor Elan. Lisa yang tahu kalau Freya adalah teman dekat bosnya pun mempersilahkan dia langsung masuk saja. Elan tentu saja menyambutnya dengan senyum sampai matanya menyipit. Meski di dalam hatinya terasa enggan. Dalam hati Elan, setelah ini dia akan meminta Lisa untuk mengabarinya kalau Freya datang lagi ke kantor. "Sepertinya kamu sangat senggang?" "Enggak juga. Aku hanya ..." Freya mengubah nada suaranya menjadi terdengar sedih. "Aku sedikit merindukan kakakku. Aku tidak punya banyak teman dekat di sini, jadi maaf kalau kedatanganku akan selalu mengganggumu.""Oh." Elan melihat ke jam tangannya. "Masih ada lima belas menit. Tunggu sebentar lagi bisa?" "Bisa." Freya kemudian memandang Elan dengan ragu-ragu. Elan yang tahu itu pun berbicara, "Ada apa? Bicara saja."
Read more
bab 77 Surat Untuk Elan
Adik Ipar MalangBab 77 Surat untuk Elan Beberapa hari tanpa harus bersama dengan Freya, membuat Elan sedikit santai. Namun, keadaan itu tetap tidak membuat hubungan Elan dan Siska menjadi lebih baik. Siska masih menjaga jarak dengannya.Untuk mengurangi pikiran Elan terhadap Siska, dia lebih suka menenggelamkan dirinya pada pekerjaan kantor yang bisa dibilang menggunung. Kadang dia juga akan sedikit mengambil alih pekerjaan adiknya. Saat tengah mengoreksi dokumen-dokumen di atas mejanya, Elan pergi ke toilet. Sekembalinya dari toilet, dia kembali duduk di kursinya. Wajahnya mengernyit mendapati secangkir kopi dan sebuah kertas yang terlipat di atas mejanya. Dia mengambilnya dengan hati-hati dan dibacanya. Setelah membaca sekilas, dia lebih bingung lagi dengan isi surat itu. "Kenapa harus menulis surat? Kenapa tidak berbicara langsung dengannya saja?"Kemudian Elan memegang cangkir kopi itu. Masih panas, meski asap s
Read more
bab 78 Mencari Elan
Adik Ipar Malang Bab 78 Mencari Elan Siska menggelengkan kepalanya. "Saya sendirian. Tidak dengan Tuan Elan."Dapat dilihat semua wajah yang ada di ruang tamu menegang. Hanya Daffin yang tidur dengan nyenyak dalam gendongan Lilis. Sedang Siska masih diam mencerna apa yang sedang terjadi. "Maaf, Tuan Elan belum pulang kah?""Belum. Makanya kami tanya padamu," jawab Laras. "Kami pikir kamu sama dia. Karena hanya kalian berdua yang belum pulang.""Sudah lah, kalian jangan terlalu khawatir. Mungkin Elan pulang ke apartemennya. Dulu juga begitu, kan? Dia jarang pulang ke sini, lebih suka tinggal di apartemennya." Pak Rifan mencoba menenangkan semua orang. "Maaf semuanya, ini sudah hampir larut. Saya dan Lilis harus segera pulang, Om, Tante. Ayah dan ibu juga sudah menelfon terus." Devan ingin membuyarkan suasana tegang ini dengan berpamitan."Kalian yakin enggak mau menginap?""Lain kali saja,
Read more
bab 79 Interogasi Siska
Adik Ipar Malang Bab 79 Interogasi SiskaSiska sudah berada di dalam ruang baca milik Pak Rifan. Dia bisa merasakan suhu dingin di ruangan ini. Bukan dingin dari sebuah pendingin ruangan, melainkan sebuah situasi yang tegang."Apa Bapak memanggil saya?" tanya Siska dengan sopan.Tubuh Siska sedikit menggigil. Dia merasakan tatapan tajam dari arah kanannya. Itu adalah pandangan tajam dari Evan. Dalam hati Siska bertanya-tanya apa kesalahannya sampai membuat Evan memandangnya seperti itu?"Bagaimana kerja kamu di kantor? Apa ada yang menyulitkanmu selama bekerja?" tanya Pak Rifan dengan aura wibawa memancar dari tubuhnya. Sehingga banyak orang yang segan pada dirinya meski sudah berusia di atas lima puluh tahun. Siska tertegun sejenak. Kenapa Pak Rifan tiba-tiba menanyakan tentang pekerjaannya? Namun, Siska mengenyahkan keanehan itu. "Lancar-lancar saja, Pak. Hanya masalah kecil yang masih bisa saya hadapi." S
Read more
bab 80 Telefon dari Freya
Adik Ipar Malang Bab 80 Telefon dari FreyaDevan melambaikan tangannya. "Lilis, kamu ajak Siska ke kamarnya. Tenangin dia lebih dulu, ya?" Devan berbicara dengan nada membujuk pada Lilis.Lilis sebenarnya tidak ingin pergi. Dia ingin tahu masalah apa yang sedang mereka bahas. Namun, dari nada Devan sudah seperti itu. Mau tak mau dia harus menurut. Nanti setelah keadaan membaik, pasti Devan akan segera memberitahukan kepadanya. "Ayo Siska!" Lilis segera merangkul lengan Siska. Memapahnya untuk keluar dari ruangan ini.Siska sangat enggan untuk pergi. Dia harus menjelaskan semuanya pada keluarga ini, kalau dirinya sama sekali tak terlibat dengan perginya Elan. Mata Siska menatap pada Pak Rifan dengan penuh permohonan, kemudian beralih pada Bu Maya. "Bu Maya ..."Lilis sedikit memaksa Siska supaya bergerak. Suhu di ruangan ini harus segera dinormalkan, kalau ingin mencari sebuah solusi dari masalah. Setelah Lil
Read more
bab 81 Lilis atau Laras
Adik Ipar Malang Bab 81 Lilis Atau LarasDi tempat yang lembap dan gelap, Elan sedang duduk dengan kondisi kedua tangan diikat ke belakang sandaran kursi, begitu pula dengan kedua kakinya. Pencahayaan di ruangan ini hanya remang-remang saja, itu pun karena dibantu oleh cahaya bulan yang masuk melalui celah-celah ventilasi. Perlahan Elan membuka kedua matanya. Selagi matanya membiasakan diri dengan cahaya sekitar—yang sangat minim—dia coba menggerakkan tubuhnya. "Uh ... Di mana aku?" lirihnya dengan suara serak.Badannya bergerak ke kanan dan ke kiri, mencoba mengambil tangan ke depan, tetapi percuma. Dia merasakan tangan dan kakinya diikat. Setelah mencoba beberapa saat, akhirnya Elan menyerah juga. Tali ini mengikatnya dengan sangat kuat. Bahkan dia tidak tahu, jenis simpul apa yang mengikat tangannya. "Huh! Di mana ini?" tanyanya lagi yang lebih ditujukan pada diri sendiri. Elan coba mengingat-
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status