All Chapters of Jerat Cinta Sang Juragan : Chapter 21 - Chapter 30
526 Chapters
bab 21
Begitu sampai di rumah penjahit langganan sang ibu, Arya disambut oleh seorang wanita paruh baya dengan ramah. "Eh, Den Arya ... apa kabar?" tanya wanita yang telah diberitahukan Arya pada Seruni bernama Euis. "Alhamdulillah, sehat, Bu.""Ibu Sukma sehat?""Alhamdulillah." Euis menoleh pada Seruni yang duduk di samping Arya dengan tersenyum malu-malu, "Ini ... keponakan?" Sepasang calon pengantin itu saling pandang, lalu tersenyum malu. Apalagi Seruni, wajahnya sudah merona."Ini ... calon istri Arya, Bu," jawab Arya tanpa ragu. Mendengar penuturan Arya, Euis terkesiap kaget. Bagaimana mungkin calon istri Arya masih sangat belia. "Eh ... calon istri?!" "Iya, Bu. Calon istri," tandas Arya menegaskan perkataannya. "Oh, iya, saya turut senang mendengarnya." Euis tersenyum penuh pengertian."Terima kasih, Bu. Dan maksud kedatangan kami." Arya menyimpan baju yang sedari tadi dalam genggamannya ke meja. "Tolong diperiksa, apakah baju ini masih bisa diperbaiki?" Euis memeriksa ba
Read more
bab 22
Sukma--ibu Arya-- berdiri menunggu Arya dan Seruni yang baru turun dari mobil. Senyum lebar sang ibu, membuat Arya semakin ingin cepat mendekat, dan menyampaikan rasa bahagianya. Bahagia karena keinginan hati yang pernah disampaikan pada Sukma, sebentar lagi akan menjadi nyata. Walau mungkin sebagian orang tidak mengerti dengan jalan pikirannya, namun Sukma mendukung penuh keinginan anak tercinta. Seruni berjalan perlahan di sebelah Arya. Meskipun sudah menyemangati dirinya bahwa semua akan baik-baik saja, tetap gadis belia itu merasa khawatir. "Jalannya dipercepat, Sayang. Ibu sudah tidak sabar untuk memeluk calon menantu kesayangannya," ujar Arya meyakinkan. Benarkah? Seruni menoleh, tersenyum kikuk dengan jemari yang tak henti mengepal. Dia semakin gugup saat jarak semakin dekat dengan Sukma, yang kini terlihat tak sabar. "Selamat datang, Neng Geulis. Ayo, sini cepat! Ibu tak sabar ingin memeluk," panggil Sukma seraya melambaikan tangan. Seruni sedikit lega melihat sambutan
Read more
bab 23
"Runi?! Kok, melamun? Kenapa?" Sukma menarik kesadaran Seruni yang mengembara, menyadarkan dia dengan situasi saat ini. Seruni menundukan wajahnya dalam, menyembunyikan sesuatu yang sebenarnya sudah tertebak oleh Arya. 'Aku tidak akan memberikan kamu waktu untuk memikirkan dia, Runi. Karena kamu akan menjadi milikku.' Menarik napas dalam, Seruni mencoba bersikap biasa kembali, menutupi gelisah hati dengan kenyataan yang baru saja terkuak. "Em ... Runi tidak apa-apa, Bu. Maaf, Runi tidak memperhatikan apa yang Ibu bicarakan tadi. Bisa diulang, Bu?" Seruni tersenyum canggung, merasa sudah bersikap tidak sopan pada Sukma yang sudah menerimanya dengan baik. "Kamu tidak fokus, ya?! Pasti memikirkan tidak ke kampus sekarang. Benar?" Seruni mengangguk memilih mengiyakan semua perkataan Sukma agar tidak curiga. Apa lagi di depannya, Arya terus menatapnya penuh selidik, "I-iya, Bu. Runi jadi bolos. Karena ... karena tadi, membuat baju yang akan dipakai buat akad sobek kena paku." Seruni
Read more
Bab 24
Sukma kembali ke ruang tamu bersama salah satu pekerjanya, membawa nampan berisi minuman dan beberapa macam cemilan, saat tak menemukan Seruni di ruang tamu, Sukma menoleh pada kamar Aji yang terbuka. 'Mungkin masih di kamar mandi.' Pikir Sukma dengan wajah yang terus tersenyum bahagia, harapan putra tertuanya membangun rumah tangga akan segera terlaksana. Besok malam, dia akan mengantarkan putranya itu mengikat janji suci atas nama Illahi, meminang gadis pilihannya sendiri, menikahi gadis yang baru lulus sekolah untuk dijadikan istri. Kalau jalan jodohnya seperti itu, tidak ada yang salah kan? Tentu saja. Dulu saja dia juga menikah dengan Tirta Subrata saat usianya sama dengan Seruni. Dan dia berhasil mempertahankan rumah tangga sampai tiga puluh enam tahun lamanya. "Simpan di sini, Bi. Kopi buat Arya antarkan ke tempat kerjanya saja," perintah Sukma pada Bi Asih yang mengangguk patuh. "Ini ada tamu siapa ya, Bu?" tanya Bi Asih yang memang sengaja tidak diberitahu oleh Sukma me
Read more
bab 25
"Runi ... mau pulang, A," ujar Seruni begitu dia selesai mengambil tisu yang disodorkan Arya.Arya diam. Hanya matanya yang menatap Seruni dengan perasaan berkecamuk. Kebahagiaan kemarin dan tadi pagi yang mereka lalui, berganti duka yang jelas terlihat di mata gadis itu."A!" panggil Seruni saat tak mendapatkan tanggapan dari Arya tentang perkataannya."Lap dulu wajahmu. Bilang sama ibu," kata Arya sambil duduk."Den--maksudku ... ibunya di mana?""Duduklah dulu, cicipi apa yang sudah ibu siapkan untukmu." Arya menunjuk pada suguhan yang tersaji di atas meja."Tap--""Duduk, Sayang!" titah Arya tak ingin dibantah.Seruni hanya bisa mengalah akhirnya. Duduk di sofa sebelah Arya. Lagi, dengan photo keluarga yang ada tepat di depan mata."Kenapa lama di kamar mandi, Runi?" Sukma datang dari ruang tengah, di tangannya sepiring bolu dia bawa, lalu menyimpannya di meja. "Yuk, dicobain.""Runi mau pulang saja, Bu." Seruni berdiri, dia sudah ingin segera pergi, dari rumah yang mengantarnya p
Read more
Bab 26
Aku menatap pak Soleh yang pergi meninggalkan rumah. Aku mengenal salah satu pekerja ayah itu. Dia termasuk yang terlama menjadi petani di sawah juga kebun ayah. Orangnya baik, ramah. Ya, hanya sebatas itu yang aku tahu.Kuhampiri ayah yang masih mengawasi kepergian pak Soleh. Asap rokok mengepul dari mulutnya, kebiasaan ayah belum berubah. Padahal dokter sudah melarang karena sakit jantung yang diderita ayah beberapa tahun ini. Tak bisa melarang juga, karena aku juga pecandu nikotin itu. Setidaknya, sejak kisah tragis yang terjadi pada sepuluh tahun lalu.Iya, sejak aku gagal menikah dengan gadis yang dijodohkan oleh ibu. Malang memang kisah cintaku, sudah dijodohkan, ditinggalkan kabur pula saat hari pernikahan. Lengkap kan?Padahal apa yang kurang dariku? Aku tampan, anak orang kaya, gagah, saat kuliah termasuk most wanted. Walau tetap saja, tidak ada seorang pun yang berhasil membuat seorang Arya Sena Subrata bertekuk lutut.Dengan patuh aku menerima ide perjodohan yang dicetuskan
Read more
bab 27
"Iya, Bu, Aji usahakan datang." Aji Seta Subrata--adik Arya-- tersenyum membayangkan wajah ibunya yang sedang menelepon sekarang. Dari semalam, Sukma terus menanyakan tentang bisa tidaknya Aji datang pada acara pernikahan kakaknya. "Usahakan ya, Ji?!" "Iya, Bu. Tapi andaikan Aji tidak bisa datang pun, doa Aji terkirim buat aa, mudah-mudahan acaranya lancar.""Aamiin. Ya, sudah. Ibu tunggu, Nak. Atau kamu nanti telepon si aa. Tadi sih calon istrinya dibawa ke rumah.""Iya, Bu. Nanti Aji hubungi aa."Sambungan pun terputus. Aji menghembuskan napas lega, dia senang kalau kakaknya yang sangat dia banggakan, akhirnya bisa melupakan traumanya. Dia kembali memeriksa jadwal kuliahnya, apa bisa dia pulang besok untuk menghadiri acara akad nikah Arya atau tidak, dia kembali tersenyum saat ternyata dia bisa pulang. Sudah dua tahun Aji tidak pulang, kendati begitu tetap keluarganya yang datang mengunjungi. Sama saja.Hanya saja, ada rasa rindu pada sosok yang telah menjadi pusat harapannya
Read more
Bab 28
Seruni menatap sendu pada surat Aji. Masih segar dalam ingatan, saat lelaki muda itu memberikan sepucuk surat yang berisikan kata hatinya. Juga bagaimana bahagianya dia saat membaca setiap goresan tinta di sana, walau tidak banyak kata yang Aji tuliskan, juga bukan kata romantis yang membuatnya melayang, hanya permintaan Aji untuk memintanya menunggu. Sebatas itu, tapi tanpa ikrar mereka menyatakan akan saling menunggu, hingga saatnya tiba. Hanya satu yang dia sesalkan, kenapa dia tidak tahu kalau Aji atau Seta adalah anak dari majikan bapaknya? Kenapa hanya Arya yang dia tahu sebagai majikan juga penerus keluarga Tirta Subrata? Atau memang dia yang terlalu acuh pada keadaan sekitar?Lantas sekarang, apa yang akan dia lakukan saat bertemu Aji, setelah dia berganti status sebagai istri dari kakak lelakinya itu?Sungguh permainan takdir tak bisa Seruni tebak. Kemarin dia menangis sedih, saat keputusan menikah dengan Arya didengar. Lalu hatinya mulai bisa menerima kenyataan, bahkan perl
Read more
Bab 29
POV Seruni. Tak bisa aku berkata lagi, apalagi Raden Arya langsung menutup telepon begitu saja tanpa menunggu penjelasan dariku.Duh, bagaimana kalau Raden Arya marah? Lalu, bapak atau ibu yang menjadi sasaran kemarahannya?Kuusap cepat lelehan air mata yang kembali luruh, bergegas menyimpan surat dari kak Seta di tempat semula, jangan sampai ibu menemukan surat itu. Ah, aku harus membuang surat itu. Kuambil lagi surat itu, dan menyimpannya di atas meja. Iya, harus! Aku akan membakar surat itu. Tapi sepertinya nanti saja, kalau sekarang ada ibu di dapur, kalau sampai ibu melihat pasti akan bertanya lagi.Sekarang ini, apa yang harus aku lakukan untuk meredakan kemarahan Raden Arya? Terus terang aku merasa sangat tidak nyaman. Terlalu takut.Saat tadi melihat perubahan sikapnya saja aku sudah sangat ketakutan, apalagi menghadapi kemarahannya, setelah dia tahu kalau aku ada hubungan dengan kak Seta? Adiknya? Kenapa juga aku sampai tidak tahu tentang siapa sebenarnya kak Seta?Ya All
Read more
Bab 30
Panjang umur dia, baru saja aku berpikir tentangnya, dia sudah datang ke rumah.Tapi, mau apa dia datang? Apa Maya juga bolos kuliah? Rasanya tak mungkin. "Maya? Sama siapa, Bu?" tanyaku tanpa menjawab pertanyaan ibu mengenai kondisiku karena memang aku menangis bukan karena apa yang ibu tanyakan tadi."Sama temannya, laki-laki." ibu menjawab dengan kembali berbalik, meninggalkanku yang masih diam terpaku.Pasti dengan Didi, karena dialah yang sekarang ini sedang dekat dengan Maya.Aku melangkah keluar kamar untuk menemui Maya dan Didi, untung saja kerudung belum aku buka tadi, jadi aku bisa langsung menemui sahabatku itu.Terdengar suara obrolan Maya begitu aku sampai di depan rumah. Benar saja, Maya dan Didi terdiam menunggu."Hai, kapan datang?" sapaku begitu mencapai teras, mendekat keduanya yang kini malah menatap heran, bahkan mereka bertukar pandangan.Tak merasa keanehan dalam diri, aku duduk di samping Maya di kursi panjang dari kayu, yang sengaja bapak sediakan di teras. Un
Read more
PREV
123456
...
53
DMCA.com Protection Status