Aku lepaskan rambut itu dengan sekali hentakan. Hingga beberapa helainya jatuh ke lantai. Wanita itu ingin melawan, tapi terdengar teriakan seorang lelaki yang memanggil namanya."Non Renita, ayo, Non. Nyonya Friska sudah memanggil," ajak Pak Asad yang rupanya datang atas perintah Ibu. Tanpa melawan lagi, ia pun segera pergi ke luar. Menyusul Ibu di mobil untuk segera pergi ke rumah sakit.Aku tersenyum sinis, memandang kepergian wanita yang kesakitan karena rambutnya kutarik. Sebenarnya, aku ingin sekali melakukan yang lebih menyakitkan dari itu. Tapi, aku tidak ingin terlihat seperti monster di hadapan Tabitha, anakku. Masih ada waktu yang tersisa untuk melampiaskan sesak di dada ini.Sekarang, rumah terasa sepi. Karena hanya kami bertiga yang tersisa di rumah ini. Aku, Tabitha, dan Marwah yang masih betah di kamar. Sepertinya ia tidak tahu menahu tentang yang terjadi barusan.Dengan langkah gontai, aku naik ke lantai atas kamar ini dan mencoba mengetuk pintu kamar yang terletak di
Baca selengkapnya