Semua Bab Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami: Bab 31 - Bab 40
143 Bab
Tiga Puluh Satu
"Kamu jangan sedih. Aku yakin kita pasti bisa menemukan ayah kandungmu. Kita ke basecamp aja." Adel tak menjawab memilih melihat pemandangan dari luar jendela."Bagaimana apa kalian sudah menemukannya?" tanya Cheri setelah kami memasuki ruangan."Kamu bener gak cek lokasinya?" tanyaku."Benarlah. Lokasinya kuat banget. Aku sampai tiga kali mengecek keberadaannya.""Tapi, tak ada bunda di sana," tungkasku."Lah, kalian masuk dari mana?""Dari pintulah." Adel mulai menjawab."Oh, jadi kalian langsung tanya sama pemilik rumahnya?" Cheri melipat tangan di dada.Aku dan Adel saling berpandangan." Maksudmu. Kita harus menyusup?""Iya, kalau itu harus diperlukan.""Intan, lebih baik kirim orang yang ahli dalam hal ini.""Ide yang bagus Del." Aku segera menghubungi anak buahku untuk mengecek vila om Arga."Sudah. Sekarang kit
Baca selengkapnya
Tiga Puluh Dua
"Aku ke sini sama pacarku bukannya ngikutin Om.""Sudah jangan banyak alasan. Pacar kamu aja gak ada.""Ada Om. Itu." Tunjukku ke arah seorang lelaki yang sedang memilih kemeja."Hei Sayang! Aku di sini." Ucapanku membuat lelaki itu terkejutRehan menoleh kanan dan kiri." Sayang, kamu lama sekali!" ucapku manja."Ini Om pacarku," sapaku kepadanya. Mengandeng mesra."Rehan pacarmu?" tanya om Arga. Aku menganggukkan kepala dan merangkul lengan Rehan mesra."Rehan apa kamu tak salah memilih pasangan?" tanyanya dengan nada meledek"Eh itu ....." Kucubit pinggang belakangnya agar mengikuti permainanku.Adel dan Cheri mencoba mendekati. Aku memberi kode kepadanya agar menjauh. Melihat keberadaan kedua sahabatku. Rehan paham dengan perannya."Iya, Om. Intan adalah pacarku. Kami baru saja jadian." Rehan meletakkan tangan di bahuku. Ia mengelus rambutku lembut dan mencium rambutku.Sungguh terlalu lelaki ini. Asal cium rambut orang. Mengambil kesempatan dalam kesempitan."Rehan, Rehan kamu pun
Baca selengkapnya
Tiga Puluh Tiga
Beberapa menit kemudian keluar seorang lelaki dengan kemeja biru tua. Penampilannya tak seperti dulu. Rambut tak tersisir rapi. Wajah kusam dan berminyak. Dia adalah suamiku mas Ilham. Mengapa ada dia, berarti pikiranku salah tentang Rita.Lelaki yang dipanggil papa oleh anakku ikut masuk ke mobil mereka. Memilih duduk di kursi depan sebagai supir. Sedangkan Rita dan om David berada di belakang.Merasa heran dengan situasi ini. Apa yang aku pikirkan salah. Tak mungkin suamiku bekerja sebagai supir pribadi mereka."Kita ikuti saja mereka!" perintahku. Rasa penasaran yang mengebu. Ingin mengetahui apa yang terjadi."Ide yang bagus. Kali aja kita dapar petunjuk menemukan bunda. Mungkin mereka tahu."Cheri menyalakan mobil setelah mobil om David sudah melintasi mobil kami. Perlahan tapi pasti mengikuti pergerakkan mereka.Cheri menjaga jarak dengan mobil mereka.Aku memantau mobil tersebut agar tak tertinggal jejak. "Kira-kira mereka mau ke mana?" tanya Adel. Matanya terlihat bengkak aki
Baca selengkapnya
Tiga Puluh Empat
Aku menunggu kabar mereka, rasanya ingin sekali masuk ke dalam. Apakah mereka tertangkap basah. Aku akan menunggu beberapa menit lagi menunggu kabar mereka. Mungkin saja Mereka bersiap-siap melakukan aksi. Suara ponselku bergetar, panggilan video masuk terlihat di layar pipihku. Segera memasang headset agar terdengar jelas percakapan mereka.Cheri dan Adel duduk di belakang om David. Meletakkan ponsel menghadap mereka. Dan perekam suara di letakkan di belakang bangku om David. Sesuai yang dikatakan Cheri. Cheri selalu membawa peralatan pengintainya agar terdengar jelas percakapan para tersangka dalam misi kami. Gadis itu selalu mendapatkan ide yang cemerlang. "Papa, bagaimana kalau mas Ilham bekerja denganmu?" Rita memanggil om David dengan sebutan papa."Bagaimana, ya? Perusahaan papa belum butuh karyawan. Semua devisi sudah terisi. Lagian Ilham masih pemilik perusahaan Intan.""Perusahaan t
Baca selengkapnya
Tiga Puluh Lima
Mataku tak sengaja menatap seseorang di pinggir jalan. Bajunya lusuh, penampilan acak-acakkan. Ia terduduk dengan wajah menunduk. Tapi, aku sempat melihat bentuk mukanya."Cheri, berhenti! Itu!" teriakku mendadak. Mereka yang berada di mobil menoleh ke arah yang sama Cheri ikut menoleh ke arah jariku, ia baru menyadari sesuatu. Kakinya menginjak rem tiba-tiba, hingga tubuh kami maju kedepan. Untung saja tak ada orang lain selain mobil kami.Tangan kami bertiga membuka pintu serempak, Kami bergegas turun dan menghampiri wanita di pinggir jalan. penampilannya begitu menusuk hati. Setiap orang yang melihat hal ini pasti berpikir ia orang gila. Suara isakan terdengar memilukan hati."Bunda ... Bunda ...," panggil Adel lirih. langkahnya perlahan mendekati wanita yang telah melahirkannya. Wanita yang paling berharga dalam hidupnya. Adel segera memeluk bundanya. Walaupun wanita di hadapan Adel tak meresp
Baca selengkapnya
Tiga Puluh Enam
"Astaga, ternyata ada orang. Aku pikir hantu di siang hari," ocehku.Mengapa bertemu dengannya disaat tak tepat. Ngapain juga pemuda ini di sini."Hantu, aku takut!" ledek Rico."Ada apa kamu sapa aku?""Apa tak boleh aku menyapa. Setidaknya, kita pernah tinggal satu atap.""Tak malu menyapaku setelah adikmu menghancurkan rumah tanggaku," sindirku. Pemuda yang tak tahu malu."Itu masalah adikku bukan aku. Anggap saja kita berteman.""Jangan mimpi!" Aku melanjutkan kembali langkahku. Lengan tanganku ditarik olehnya. Dalam hitungan detik memutar tangannya ke arah belakang tubuhnya.Ia meringis kesakitan. Pemuda itu belum kapok juga ternyata. Setelah kuhajar mukanya."Mau ku hajar atau pergi!" ancamku."Au! Sakit Intan!""Kamu gak jera juga ternyata. Mau dihantam!""Tidak! Tidak! Lepaskan aku!""Jika, berte
Baca selengkapnya
Tiga Puluh Tujuh
Kami menuju lift basement satu ke lantai lima. Om Arga langsung masuk ke dalam ruangan VIP tempat rawat inap bundanya Adel."Mba ...." Om Arga terdiam melihat keadaan kakaknya yang kacau. Perban di kening dan lengan. Ia hendak mendekati kakaknya. "Jangan mendekat! Pergi!" Wajahnya ketakutan seolah-olah akan menyakitinya."Mba, aku Arga.""Pergi! Lelaki jahanam! Pergi!" Melempar apa saja yang ada disekitarnya. Berteriak dan memaki hingga para perawat datang menghampiri. Memberi suntikan penenang.Melihat kejadian itu, Wajah om Arga memerah dan tangannya mengepal. "Berengsek! Berani sekali dia menyakiti kakakku. Akan aku balas!" ucapnya tertahan. Menahan emosi yang meluap-luap. Siapa dia yang dimaksud om Arga. Apakah om David atau orang lain. Pasti lelaki itu menyimpan rahasia tersembunyi.Om Arga pergi begitu saja, aku menatap Cheri memberi kode akan mengejarnya."Om tunggu!"Dia terus berjalan memasuki lift tanpa mendengar panggilanku. Langkahnya sangat panjang dan cepat sehingga
Baca selengkapnya
Tiga Puluh Delapan
"Apa kamu bisa dipercaya?" Menatap bola matanya. Lelaki itu tak berbohong."Tentu saja, tanyakan saja pada mereka."Kedua penjaga yang berdiri tak jauh darinya menganggukkan kepala."Jangan percaya dia pembohong!" bantah om Arga."Terserah kalian mau percaya atau tidak. Aku tak menyakiti wanita," ungkapnya. "Dulu kamu menyakiti mba Elsi. Kamu culik dia di saat David keluar kota. Kamu sekap dia dan memperkosanya berkali-kali. Kamu bej*t! Kamu memaksa dia untuk melayaninya hingga ia hamil di saat malam pertamanya. Untung saja David tak tahu. Tapi, seseorang telah memberitahu hal ini. Aku yakin ini ulahmu!""Kalau saja dia tak mempermalukanku, aku tidak akan melakukannya. Aku mendekatinya baik-baik. Melakukan hal romantis yang tak pernah diberikan David.""Kamu bodoh! Dia sudah bertunangan dan kamu malah mengejarnya. Mba Elsi bukan wanita murahan!""Bagiku semua wanita sama saja," ucapnya merendahkan."Ternyata kamu bajingan kampung. Sudah bodoh masih saja sombong," ejekku geram."Hei,
Baca selengkapnya
Tiga Puluh Sembilan
Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua SuamiBab 30Kaki om Arga membengkak, aku akan membawanya ke rumah sakit. Ada luka yang cukup parah di bagian kaki."Hei, kamu mau membawa kabur saya ke mana?" teriaknya dalam mobil. Mungkin tak menyadari noda merah yang menetes di kakinya."Mau saya bawa ke kuburan Jeruk Purut," ucapku ketus. Apa ia tak menyadari noda merah yang mengalir di celananya tak berhenti menetes.Aku pikir dia terkilir, ternyata kakinya juga terluka cukup parah."Kamu ini mau ngubur saya hidup-hidup, ah!" makinya. Kupingku rasanya sakit mendengar teriakkannya."Iya, kalau perlu tak usah diberi kafan. Om menyusahkan orang," sunggutku kesal.Mobil memasuki ke gerbang makam Jeruk Purut. Aku melewati agar perjalanan lebih cepat. Bisa-bisa om Arga akan kehilangan banyak darah.Jalanan pasti macet dari arah benda atas. Memotong jalan agar lebih sampai. Entah sudah berapa lama luka itu ada.
Baca selengkapnya
Empat Puluh
"Harta harus dibagi dua.""Kamu lucu banget! Harta siapa yang kamu bagi dua?" Aku tertawa sinis. Mungkin ia buta harta. Tak berapa lama lagi, nama om Arga di panggil oleh penjaga apotik. Segera bergegas pergi meninggalkan Ilham tanpa ucapan perpisahan.Aku berjalan menuju UGD rumah sakit. Rita dan tante Vivi duduk tak jauh dari UGD. Malas sekali berpapasan dengan benalu.Tante Vivi melangkah dan menghalangi jalanku. Aku mengangkat dagu dan dadaku."Ternyata kau masih hidup," ucapnya seakan-akan menginginkanku mati.Tante Vivi belum tahu kalau Rico tertangkap dan saat ini berada di penjara bawah tanah. Sengaja, tak memberitahukannya agar semua rencanaku berjalan lancar."Alhamdulillah, aku masih melihat dunia dengan para benalu yang masih terus menempel di sekitarku berdiri." Aku bersiap-siap menguatkan hati dan telinga."Bagus kalau kamu masih hidup. Setidaknya bisa melihat kami menjadi miliader.""Syukurla
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status