All Chapters of Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami: Chapter 51 - Chapter 60
143 Chapters
Lima Puluh Satu
POV DAVID Seperti biasa aku akan ke kantor, kali ini rumah sangat sepi tak ada yang melayani. Suara Adel yang manja kepadaku telah sirna. Istri yang penurut ternyata membohongiku selama ini.Bertahun-tahun hidup dengannya aku bahagia. Tapi, hatiku sakit telah dibodohi oleh kepolosan istriku.Wanita itu tak pernah memberontak atau melawanku. Sikapnya lembut dan selalu patuh ternyata hanya kedok.Kalau bukan Rita yang memberitahukan hal itu. Aku tak akan pernah tahu. Ternyata, Adel bukan anakku.Hati ini kecewa namun juga merindukan kebersamaan mereka. Memilih menikahi gadis tersegel agar rasa dendam ini terbalas.Suara notifikasi masuk melalui aplikasi hijau. Segera kubuka tiga video yang terkirim dari salah satu rekan kerjaku.Aku membulatkan mata tak percaya. Semua kebusukanku di perusahaan, rumah tangga dan pernikahanku yang gagal terekam begitu rapi.Apa-apaan ini mengapa mereka melakukan ini. Siapa yang telah mengedit videoku. Di salah satu
Read more
lima Puluh Dua
POV DAVID Hari ini sial sekali, aku harus menghadapi mereka semua. Mentang-mentang memiliki kekuasaan seenaknya menginjak harga diri. Kalau saja aku tak seperti ini sudah aku habisi mereka hingga sampai titik terendah.Apa yang harus aku lakukan agar tuduhan itu bisa berbalik arah. Aku tak memiliki korban sebagai kambing hitam. Argh! Sungguh sial kepala rasanya pening.Ponselku terus berdering membuat kepala semakin pening. Lebih baik mematikannya saja agar tak menganggu.Menyadarkan punggung di kursi kebanggaanku. Kursi yang membuat orang tunduk akan kekuasaan seseorang. Jabatan tinggi, harta berlimpah, perusaahan ternama semua orang pasti tak berani berkutik. Itu dulu, kini mereka balik menyerangku dengan kelemahan dan kesalahan yang telah aku perbuat. Mereka menyerangku dari segala arah agar aku hancur dan bangkrut. Mungkin Vivi atau Rita bisa membantuku. Mereka yang memberi ide agar aku menikah lagi. Segera melajukan mobilku menuju rumah mereka.
Read more
Lima Puluh Tiga
Suara ketukan pintu terdengar di luar. Aku sedang berada di depan televisi menikmati film action kesukaanku.Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Siapa tamu datang menganggu istirahat orang.Melangkahkan kaki menuju pintu. Bel rumah memang sedang rusak. Belum sempat memperbaikinya."Mas Ilham!"Wajah suamiku tepatnya calon mantan suamiku kusut dan memelas. Kulitnya lebih hitam dan tak terawat. Pakaiannya kusut seperti tak pernah diseterika. Malang sekali nasibmu Mas.Wajahnya menunduk ragu mengatakan sesuatu. Kupersilahkan duduk di teras rumah."Ada apa, Mas? Bayu sudah tertidur sejak tadi. Aku gak mungkin membangunkannya."Mas Ilham mendongakkan kepala dan tatapannya berkaca-kaca."A-aku ke sini bukan mau bertemu Bayu melainkan kamu.""Ada apa? Jangan bilang kamu rindu dan ingin rujuk padamu. Itu tak mungkin. Hubungan kita sudah berakhir.""Aku tahu aku tak layak menjadi suamimu. Aku sadar kalau kesalahanku padamu membuat dirimu sakit
Read more
Lima Puluh Empat
Bayi perempuan dalam dekapan tertidur dalam timanganku. Wajahnya begitu sejuk dan mendamaikan jiwa. Hidungnya mancung kulitnya putih bersih. Cantik sekali bayi ini. Aku memang membenci Rita yang telah menghancurkan rumah tanggaku tapi bukan berarti bayi tanpa dosa menjadi pelampiasan kebencian dalam hati. Aku tak seburuk itu."Hasil DNA itu sudah keluar," cetus mas Ilham beberapa saat kemudian. Aku meletakkan bayi mungil yang bernama Nisa di box bayi perawatan setelah memastikan terlelap. Mengecup pipi gembulnya dua kali, gemas sekali. "Hasilnya sudah keluar. Cepat sekali." Aku menoleh kepadanya. Mengulangi perkataan calon mantan suami. Tangannya mengenggam sebuah amplop apa itu hasil DNA. "Iya dan hasilnya kalau bayi ini ...." Mas Ilham menarik napas dalam dan menghembuskannya. Terasa berat seperti ada batu yang menimpa. "Nisa adalah anakku," ungkapnya dengan lirih. "Maafkan aku Intan." Suaranya bergetar tersirat penyesalan menatap penuh gundah. "Untuk
Read more
Lima Puluh Lima
Mataku terbelalak ternyata itu Om David. Mendengarkan mereka berbicara. Aku tak menyangka kejadian ini. Ternyata, mereka tidak di rampok. Melainkan, om David memukuli mereka. Tapi kenapa melakukan hal senekad itu. Penampilan, lelaki itu juga berbeda. Seperti maling terlihat dari mata penuh ketakutan."Itu kesalahan masa lalu. Seharusnya, aku tak tergoda dengan wanita ular sepertimu." Meludah kearah wajah Vivi. "Dulu kamu memujaku, merayuku. Sekarang kamu menghinaku. Dasar laki-laki bajingan!" Memukul dada om David.."Kalau kamu gak memasang tubuhmu kehadapanku. Aku tak tergoda. Elsy lebih cantik dari kamu." "Hei! Kamu bilang Elsy lebih cantik dari aku. Tapi, kamu menghamiliku. Dasar buaya! Baik dan romantis di depan Elsy. Nyatanya, dia sudah hamil sebelum kalian malam pertama. Bodoh!" Suara gelak tawa tante Vivi meledek."Kamu!" Mengangkat tangan ke udara hendak memukulnya."Kamu ingin memukul? Pukul saja! Ayo pukul! Biar kamu masuk penjara. Ha ..
Read more
Lima Puluh Enam
POV DavidAku melihat Yudi keluar dari salah satu restauran. Sengaja mengikuti dia untuk membalas perbuatan masa lalu kepadaku. Kalau saja dia tak menghamili Elsy tak akan seperti ini. Lelaki itu telah memberikan sisa kepadaku. Mengingat hal itu rasanya darah mendidih. Lelaki berjas coklat awal mula dari semua ini. Aku mencintai Elsy, tapi kenapa tak bisa setia. Berusaha mencoba beberapa waktu, nyatanya tak bisa. Sulit sekali melakukan hal itu. Sejak aku berada di luar kota entah sudah berapa wanita yang aku tiduri. Mereka semua milik orang lain bukan, single atau gadis. Elsy tak mengetahui hal tersebut. Mereka yang mengejar-ngejarku begitu juga Vivi. Dia yang lebih dulu mengodaku, kucing mana yang tidak menolak diberi ikan gratis. Kepada wanita lain aku mengunakan pengaman kecuali Vivi. Ia berkata rasanya tak nikmat maka dari itu tak memakai pengaman.Pernah aku bujuk untuk mengunakan alat KB atau Implan, seperti biasa akan menolaknya.“Aku tak mau KB nanti tubuhku melar. Menguna
Read more
Lima Puluh Tujuh
Pov DavidYudi dan beberapa anak buahnya memasuki sebuah klub mewah. Klub yang dulu sering aku kunjungi dengannya. Yudi adalah sahabat dekatku sewaktu kuliah. Entah ada dendam apa hingga melakukan hal tersebut. Tak pernah memperlihatkan rasa suka di hadapanku. Lihat saja Yudi. Aku akan membuat perhitungan kepadamu tak akan memberi ampun. Tak peduli berapa banyak anak buah yang berada di sampingmu.Melangkahkan kaki masuk ke klub mencari bajingan itu dan akan kuhajar sampai sisa nyawa. Aku tahu posisi pintu klub bagian belakang. Tak ada penjaga di sana, biasanya para karyawan masuk melalui pintu tersebut. Memastikan keadaan sepi, bergegas masuk ke dalam. Lampu berkelap-kelip mengikuti irama musik Dj. Banyak para wanita berpakaian sexy dan terbuka. Memperlihatkan lekuk tubuhnya tanpa merasa risih. Hal ini sudah biasa aku lihat, aku tak akan tergoda mereka. Lebih menyukai wanita milik orang lain daripada penjaja cinta.“Hai Om, booking kita dong,” rayu salah satu dari mereka. Tak pedu
Read more
Lima Puluh Delapan
Menarik tubuh Yudi yang lemas akibat bogeman di wajah dan perut. Entah sudah berapa pukulan melayang. Melayangkan belati hendak menusuk perutnya. Tangan Yudi menahan dan memukul tubuhku. Belati terlepas dari genggaman dan terpental ke lantai. "Elu gak bisa bunuh gua." Yudi menatap tajam. Apa yang aku lakukan tak membuat dirinya jengah. "Elu, tak pantas hidup." Aku tak peduli lagi hukuman apa yang akan aku dapati. Dendam dan rasa benci menyiksa hati. Dia penyebab semuanya. Kebahagiaanku terenggut paksa. Yudi hendak meraih belati tersebut, tanganku segera menarik tubuhnya dan menendang perut kekar tanpa tertutup sehelai benang pun. Yudi berteriak meminta tolong. Suaranya mengema di kamar."Tolong! tolong!" “Bodoh! Mau teriak atau menjerit gua gak peduli. Elu harus mati!” Melayangkan belati yang berhasil aku raih sebelum lelaki itu merebut kembali. Suara pisau menusuk daging berkali-kali tak peduli noda merah membasahi. kulayangkan belati itu hingga tak ada suara lagi dari bibir pr
Read more
Lima Puluh Sembilan
“Pak David sedang apa malam-malam di sini?” tanya pengendara motor hitam yang hendak aku tikam. “Kamu?” Memasukkan kembali belati ke dalam celana.“Saya Ridwan. Karyawan Bapak bagian cleaning servis. Bapak mau ke mana?”“Saya mau ke rumah sakit.” Aku mengatakan daerah tujuanku. Lokasi rumah sakit masih satu kota dari sini. “Wah, lumayan jauh Pak. Bagaimana kalau saya antar?” “Boleh.”Segera mengamankan belati agar Ridwan tak curiga. Aku kira mantan karyawan yang sering aku marahi telah melupakan dan dendam kapadaku. Ternyata, mereka masih baik dan hormat kepada mantan bos. Mobil polisi melewati kami, tubuhku menegang. Menyembunyikan wajah dari mereka di balik tubuh Ridwan.Tak berapa lama kemudian, suara ambulan melewati kami. Aku tak menoleh sedikitpun, ingatanku kembali berputar. Mengingat kejahatan yang telah aku lakukan. Setidaknya, perasaan tak ada beban telah membuat Yudi mati di tanganku. Ridwan mengunci mulutnya, ketika beberapa kali menanyakan sesuatu kepadaku dan aku tak
Read more
Enam Puluh
“Berita terkini di temukan tiga mayat dalam kamar di sebuah klub Jakarta Selatan. Korban mendapatkan luka tusukan berkali-kali hingga meninggal dunia. Diantaranya Yudi Damar 45 tahun, Bagas 28 tahun dan mayat belum diketahui identitasnya bergenre waria tanpa sehelai pakaian di tubuh korban.”Mataku terbelalak salah satu nama dan foto sesuai dengan om Yudi, bapak biologis Adel. Belum aku mempertemukan mereka, lelaki itu sudah meninggal dunia. Malang sekali nasibnya. Segera mengambil ipad dan mencari tentang berita tersebut.Mencari di kolam pencarian dengan kode pembunuhan klub hari ini. Tak lama kemudian, muncul beberapa berita berkaitan dengan berita tersebut. Membaca berita online berbentuk artikel kriminal. Sadis, satu kata untuk kejadian itu.Foto Om Yudi terpasang di artikel tersebut. Siapa yang membunuh lelaki itu. Tanganku merogoh ponsel di tas bernuansa coklat disesaki dua huruf, menghubungi nomor om Arga melalui ponsel pintarku
Read more
PREV
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status