Semua Bab IKRAR TALAK UNTUKKU ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU: Bab 11 - Bab 20
158 Bab
11. UCAPAN MAURA (BAGIAN B)
11. UCAPAN MAURADia bangkit dan berjalan keluar gerbang, menuju ke tempat mobilnya yang terparkir manis di ujung sana. Aku mengikutinya dari belakang, sambil menatap kembali rumahku selama beberapa saat.Saat di dalam mobil pun, kami tidak banyak mengobrol. Aku dan Maura lebih banyak diam, suasana di dalam mobil terasa hening dan juga dingin. Kami sibuk dengan pemikiran kami masing-masing.“Ra, menurut kamu … Mas Farhan benar-benar selingkuh atau tidak?” tanyaku tiba-tiba.Maura menatapku sebentar sebelum mengalihkan kembali matanya ke arah depan. Dia fokus melihat ke jalan, dan terlihat menghela nafas panjang.“Ya bisa saja, tapi kan kita harus lihat dulu kebenarannya gimana,” kata Maura pelan. “Kalau Mas Farhan selingkuh, emang kamu masih mau sama dia?” tanya Maura padaku.Aku terdiam dan tidak menjawab, bingung juga mau menjawab apa.Tapi sepertinya Maura terlihat menunggu jawabanku, dia mengetuk-ngetukkan jarinya tidak sabar.“Entahlah, tapi aku mencintai Mas Farhan, Ra,” kataku s
Baca selengkapnya
12. PULANG (BAGIAN A)
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU12. PULANGSiang ini aku bersiap kembali ke rumah, tadi pagi Papa sudah dikebumikan. Mas Farhan meleponku dengan suara yang amat serak, dia pasti sangat sedih saat ini. Dia menanyakan kepulanganku dan aku menjawab kalau aku sudah di perjalanan dan akan sampai siang menjelang sore nanti.Tasya juga mengirimkan pesan untuk menanyakan kepulanganku, dia terlihat sangat terpukul dengan meninggalnya papa. Sedangkan aku dan Maura, semenjak semalam kami tidak banyak mengobrol. Entah kenapa pembicaraan yang semalam membuat hubungan kami merenggang, dia bersikeras agar aku menceraikan Mas Farhan.“Ra, aku mau pulang sebentar lagi,” kataku mengetuk pintu kamarnya.Dan tidak harus menunggu lama dia sudah membuka pintunya dan memunculkan kepalanya, matanya memindai penampilanku dari atas ke bawah.“Sekarang?” tanyanya sambil melihat jam dinding. “Masih jam satu juga,” katanya lagi.“Nggak apa-apa, aku mau singgah ke suatu tempat dulu n
Baca selengkapnya
13. PULANG (BAGIAN B)
13. PULANGMaura melambaikan tangannya ketika mobil yang dikendarai Pak Kirman bergerak menjauh dari kediamannya, aku kembali menoleh ke belakang dan bisa melihat Maura tengah memegang ponselnya dengan raut bahagia.Ah, sahabatku itu pasti tengah jatuh cinta. Rona wajahnya tidak bisa di bohongi! Aku kembali membalikkan badan ke depan, dan langsung menghembuskan nafas dengaan kasar.“Pak, gimana? Suami saya di rumah?” tanyaku pada Pak Kirman.“Di rumah, Bu. Tuan tadi sedang berbincang dengan keluarga dari Nyonya besar,” kata Pak Kirman sopan.Wajah tuanya terlihat teduh, aku bisa melihat sosok ayah dalam diri Pak Kirman. Dia benar-benar sosok yang sangat aku kagumi, di usia yang tak lagi muda masih mencari nafkah untuk pendidikan anak-anaknya.“Tante Mira datang, Pak?” tanyaku penasaran.Tante Mira adalah adik Mama yang paling cerewet dan juga ketus, mungkin dia begitu hanya padaku. Karena dengan orang lain, tante Mira sangat baik dan juga ramah. Setiap datang ke rumah kami, dia selal
Baca selengkapnya
14. CERAI (BAGIAN A)
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU14. CERAI (BAGIAN A)"Assalamualaikum!" Aku memasuki rumah dengan wajah lemas dan juga lesu, selain karena memang fisikku yang kelelahan, batinku juga tengah resah dan gundah.Ucapan Pak Kirman tadi membuat pikiranku melayang kemana-mana, bahkan tempat yang tadi sempat aku kunjungi pun tidak mampu membuat mood ku kembali membaik.Sisa kesedihan masih terlihat jelas di rumah ini, tenda dan kursi-kursi masih terpasang di halaman depan. Beberapa pot bunga milikku di pindahkan ke teras samping, dan aku bisa melihat ada dua pohon mangga yang dipotong dahan-dahannya, mungkin untuk memudahkan pemasang tenda kemarin.Semalam aku sama sekali tidak memperhatikan bagaimana keadaan di sini, tapi saat ini aku bisa melihat dengan sangat jelas semua yang terjadi di rumah ini.Saat memasuki ruang tamu mataku langsung bisa menemukan keberadaan Tante Mira dan juga Om Rama, mereka kelihatannya sedang bermain dengan ponsel milik mereka masing
Baca selengkapnya
15. CERAI (BAGIAN B)
15. CERAI (BAGIAN B)“Eh, anak kecil! Nggak usah ikut campur kamu!” tukasnya sewot.Tasya mendecih dan menatap Tante Tari dengan pandangan yang tak kalah tajam, dan dengan sigap dia menarik tanganku menjauhi ruang tamu.“Jangan buat keributan, Tan. Ini masih suasana duka,” ujar Tasya sambil berlalu.Aku hanya mengikuti langkahnya dengan pemikiran bingung, sebenarnya apa yang terjadi di rumah ini saat aku tidak ada? Semuanya kelihatan berbeda.Tante Mira dan yang lainnya, biasanya sangat memanjakan Tasya dan selalu bersikap lembut dengan adik iparku ini. Karena selain bungsu di keluarga ini, Tasya juga disanjung karena statusnya yang terkenal dan kata mereka Tasya bisa membawa nama baik keluarga. Bahkan Tante Mira terlihat lebih menyayangi Tasya, daripada anak kandungnya sendiri yang bernama Dara dan juga Loly. Dan mendengar ucapan ketus yang dikeluarkan Tante Mira tadi, jelas ada yang tidak beres di sini.“Dek, Mas mu mana?” tanyaku pada akhirnya.Kami berjalan beriringan untuk naik
Baca selengkapnya
16. MAKIAN MAMA (BAGIAN A)
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU16. MAKIAN MAMA (BAGIAN A)~Aksara Ocean~“Aya!” Mas Farhan dan juga Mama terlihat amat sangat terkejut dengan kehadiranku, apalagi dengan tindakanku barusan yang menggebrak kuat pintu kamarku. Perbuatan yang tidak pernah aku lakukan sebelumnya.Mereka terlonjak dari duduk mereka, kasur yang mereka duduki berguncang pelan saat mereka reflek berdiri dengan terburu-buru. Aku bisa menangkap ada dua pandangan di sana, pandangan ketakutan dari Mas Farhan dan juga pandangan mencemooh dari Mama.Pandangan yang lima tahun ini sama sekali tidak pernah aku lihat dari wanita yang melahirkan suamiku itu, pandangan yang bahkan tidak pernah aku bayangkan bisa diperlihatkan olehnya. “Sayang! Kamu udah pulang?” tanya Mas Farhan gugup dan mendekatiku dengan cepat.Dia langsung menggenggam tanganku dan menarikku ke pelukannya, dan di dalam pelukannya lah aku bisa merasakan kenyamanan yang sudah beberapa hari ini tidak aku dapatkan.Tapi,
Baca selengkapnya
17. MAKIAN MAMA (BAGIAN B)
17. MAKIAN MAMA (BAGIAN B)“DEK! Kamu ngomong apa, sih?” sentak Mas Farhan.“Wah! Bagus! Bagus kalau kamu sudah tahu!” kata Mama dengan pongah.“CUKUP, MA! KELUAR DARI KAMARKU SEKARANG!” raung Mas Farhan tiba-tiba. “Tasya, bawa Mama keluar!” perintah Mas Farhan.Tasya langsung menuruti perintah Masnya, dia menarik tangan Mama yang meronta-ronta karena tidak mau keluar. Dia mengucapkan berbagai sumpah serapah padaku, namun sayang, usia tidak bisa di bohongi. Tenaga Mama kalah dengan tenaga Tasya, adik iparku itu berhasil menyeret Mama keluar dari kamarku.Lalu dengan sigap Mas Farhan langsung menutup pintu dengan sedikit bantingan, dan menguncinya dengan terburu-buru. “D-dek ….” Mas Farhan tergagap, dia bahkan tidak berani menatap wajahku dan hanya menunduk dalam, seolah memang dia tengah melakukan kesalahan yang amat besar.Sedangkan aku sendiri hanya bergumam cuek, dan malah membongkar isi koperku. Tidak akan ku biarkan, Mas Farhan melihat air mataku yang mulai menggenang di matak
Baca selengkapnya
18. KEANEHAN DEMI KEANEHAN (BAGIAN A)
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU18. KEANEHAN DEMI KEANEHAN (BAGIAN A)~Aksara Ocean~Aku berusaha menulikan telingaku dan tidak menggubris gedoran kencang di luar sana, namun suara Tante Mira kembali terdengar memanggilku. Kali ini lebih keras dan lebih kaya akan caci maki dan sumpah serapah di dalamnya.“Keluar kamu, dasar mandul sialan!”“Heh yatim piatu, kamu budek ya?"Astaghfirullahaladzim, aku mendesah malas di dalam hati. Tante Mira semakin menjadi-jadi, makin bar-bar dari biasanya.Aku beranjak menuruni ranjang, dan berjalan cepat ke arah pintu. Begitu pintu kubuka, maka makian Tante Mira berhenti dan berubah menjadi dengusan kuat." Kamu budek ya? Sampai gedoran segitu kuatnya kamu itu nggak denger!" Pekik Tante Mira dengan kuat. Aku menahan dengusan di dalam hati saat melihat wajahnya yang cantik, seolah tengah menghakimi aku yang tidak segera membuka pintu. Dan dengan seenaknya dia mengatakan bahwa aku tuli. Jika aku tidak mengingat kalau tan
Baca selengkapnya
19. KEANEHAN DEMI KEANEHAN (BAGIAN B)
19. KEANEHAN DEMI KEANEHAN (BAGIAN B)“Emmm, bilang sama Wak wedok, Aya baik-baik saja,” tulisku dengan cepat.Namun setelahnya, panggilan dari nomor Wak Lukman masuk. Dan dengan cepat aku langsung menggeser tombol hijau, setelahnya kekehan kecil keluar dari kedua belah bibirku karena mendengar suara Wak Ifah yang lembut.[Assalamualaikum, Nduk. Kamu baik-baik saja?] Sapanya di ujung sana.“Waalaikumsalam, Wak. Aya baik-baik saja, Alhamdulillah ….” kataku lembut.[Kalau ada apa-apa langsung ngomong ya, Nduk. Firasat Wawak tidak enak.] Katanya lagi, nada cemas langsung memasuki indera pendengaranku.“Pasti, dong! Memangnya Aya bisa mengadu ke siapa lagi? Cuma kalian yang Aya punya sekarang,” ujarku dengan sendu.[Hush, Kalau Bibimu mendengar kata-katamu dia pasti tersinggung.] Ucap Wak Ifah dengan cepat. [Nduk, kalau ada apa-apa hubungi Mas-Masmu. Kemarin Masyitah ngomong kalau Bobby dan Putra saat ini bekerja di salah satu perusahaan di kotamu. Kalau tidak salah namanya apa ya? Apa na
Baca selengkapnya
20. SERIGALA BERBULU DOMBA (BAGIAN A)
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU20. SERIGALA BERBULU DOMBA (BAGIAN A)~Aksara Ocean~“Beberapa hari ini, aku mendapatkan kabar yang tidak mengenakkan! Dan aku harap itu semua adalah omong kosong belaka, Mas," desisku dengan nada mengancam."Maksud kamu apa, Dek?" tanya Mas Farhan dengan nada takut-takut."Mas pasti tahu maksudku apa," kataku lagi dengan santai. "Jangan macam-macam denganku, Mas!" lanjutku sambil menatapnya dengan dalam."D—dek, maksud kamu apa, sih?" katanya tergagap."Maksudku, kalau kamu punya pikiran buat mengkhianati aku … lebih baik buang jauh-jauh pikiran kamu itu,"ujarku dengan masih menatap wajahnya. "Karena aku tidak akan memaafkan hal itu!" kataku lagi dengan tegas."Ya Allah, Dek. Mana mungkin aku mengkhianati kamu," katanya dengan nada lembut. "Kamu tau kan? Aku itu cinta banget sama kamu," katanya lagi."Ya ya, aku cuma berharap kalau Abang itu jujur. Karena kalau tidak …." Ujarku dengan nada mengancam.Mas Farhan duduk diam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
16
DMCA.com Protection Status