Lahat ng Kabanata ng Mengejar Cinta Tuan Barra: Kabanata 31 - Kabanata 40
96 Kabanata
Chapter 31
"Sarah! saya di luar unit kamu, cepat buka pintunya." titah Gabriel di telepon.Sarah yang masih mengantuk keluar dari unit dengan penampilannya yang amat berantakan, Barra benar-benar gila kemarin karena terus mencumbunya dari sore hari hingga tengah malam."Ada apa Gabriel?" tanya Sarah setelah membukakan pintu untuknya."Ganti pakaianmu, kita akan pergi sekarang.""Pergi? pergi kemana? tapi aku belum mandi Gabriel!""Tidak perlu mandi! waktu kita hanya sedikit Sarah, setidaknya ganti dulu pakaianmu dengan yang lebih baik!" ucap Gabriel tidak sabaran.Sarah kembali ke dalam dan mengganti pakaiannya dengan cardigan panjang selutut, setidaknya pakaian ini bisa menutupi bagian tubuhnya dengan baik meskipun tidak rapih."Ayo kita pergi," ajak Sarah setelah berganti pakaian.Gabriel langsung menyeret Sarah ke parkiran mobil, dan mengajaknya pergi ke sebuah tempat yang Sarah yakini arahnya menuju ke bandara. Sesampainya di bandara Gabriel langsung membawa Sarah masuk ke dalam sebuah jet p
Magbasa pa
Chapter 32
"Selamat pagi sayang," Barra mengecup bibir Sarah yang masih tertidur nyenyak di sebelahnya. Sarah melenguh ketika Barra mulai memainkan tangannya di gundukan kenyal milik Sarah, lalu melumat bibirnya yang masih terasa bengkak bekas percintaan kemarin. Seharian penuh yang mereka lakukan kemarin hanya bercinta dan bersantai di kamar, hari ini Sarah ingin jalan-jalan dan menikmati pemandangan Cappadocia secara langsung tidak hanya lewat jendela kamar hotel."One more time, baby? please." pinta Barra. "Baiklah, hanya satu kali dan setelah itu kita jalan-jalan. Aku ingin menaiki balon udara bersamamu," "Tentu saja, anything for you honey."Yang terjadi setelahnya adalah Barra ingkar pada janjinya, tiga jam berharga Sarah di hari ini akhirnya terpotong hanya untuk melayani Barra. Sarah yang kesal langsung mandi dengan tergesa-gesa, ia bahkan mengunci pintu kamar mandi agar Barra tidak bisa masuk ke dalam menyusulnya. Barra hanya bisa tertawa melihat wanitanya itu merajuk, bukan salahnya
Magbasa pa
Chapter 33
"Bagaimana tante Arista?" tanya Luna dengan nada angkuhnya. Arista tertunduk dengan perasaan bingung yang bercampur aduk, ia tidak mungkin menyerahkan semua saham miliknya kepada Luna. Jika Arista memberikan semua saham miliknya kepada Luna, itu sama saja dengan membiarkan keluarga Lionel menginjak-injaknya di perusahaan miliknya sendiri mengingat Barra hanya memiliki dua puluh persen saham. Seandainya saja mereka kembali, mungkin Arista bisa meminta pertolongan kepadanya karena mereka pemilik saham tertinggi kedua di Amethyst. Tapi hingga kini Arista tidak tau dimana keberadaan mereka, bahkan keluarganya saja tidak tau atau lebih tepatnya tidak mau tau."Saya minta waktu untuk menunggu Barra dulu, Gabriel bilang mereka akan pulang besok." jawab Arista."Jadi tante tau dimana Barra sekarang?" Arista menggeleng lemah, "Tidak, Gabriel hanya memberitahukan kepada tante kalau Barra akan kembali besok.""Tante tidak sedang berbohong kan?" tanya Luna ragu. "Tidak, untuk apa tante berboho
Magbasa pa
Chapter 34
"Let me go! son of a bitch!" pekik Enzo saat tubuhnya di seret paksa oleh orang bayaran Barra. "Shut your nagging mouth, Enzo! Or do you want me to give you a few more punches." Enrique menendang pinggang Enzo hingga pria itu mengerang kesakitan. Enrique melempar Enzo ke dalam sebuah rumah yang tidak Enzo ketahui siapa pemilik rumah tersebut, aura dari rumah ini begitu elegan namun terbalut dengan kesan yang dingin hingga membuat Enzo merinding. Setelah di seret cukup jauh, akhirnya Enzo di lemparkan ke hadapan seorang pria muda yang memiliki wajah ras campuran. Enzo menatapnya lekat, sampai akhirnya ia terdiam dengan mulut menganga karena saking terkejutnya."Kau, apakah kau putranya Arista?" tunjuk Enzo, berada di Indonesia cukup lama membuat Enzo fasih berbahasa Indonesia. "Apa kau mengenaliku, pria brengsek?" Barra bangkit menghampiri Enzo yang terkulai lemah di lantai. Semakin Barra mendekat, semakin Enzo yakin kalau yang ada di hadapannya saat ini adalah putranya. Barra Ars
Magbasa pa
Chapter 35
Sarah melangkah gontai ke dalam kondominium, hari ini pekerjaan di kantor begitu banyak dan melelahkan untuknya. Saat membuka pintu kamar netra Sarah melihat sosok yang sudah dua hari ini sangat ia rindukan, pria itu kini tengah duduk di bibir ranjang dengan handuk melilit tubuh bagian bawahnya dan segelas wine di tangannya. Sarah langsung berlari ke arahnya dan memeluknya erat, mereka baru tidak bertemu selama dua hari tapi rasanya seperti sudah dua abad. "Sebegitu rindunya kah kamu kepadaku, Sarah?" tanya Barra."Tentu, apa kamu tidak merindukan aku?" tanya Sarah ketus."Aku tidak bilang begitu," "Lantas kenapa malah bertanya seperti itu?""Aku hanya menggodamu sayang, kenapa kamu sensitif sekali. Apa kamu sedang datang bulan?" Sarah tersenyum lebar dengan bola mata berbinar, "Aku tidak sedang datang bulan, tapi aku sedang hamil." "Oh, kamu sedang hamil." angguk Barra santai, "Apa Sarah?! kamu hamil? aku tidak salah dengar kan?" "Tidak, aku memang sedang hamil." Barra langsung
Magbasa pa
Chapter 36
Sarah tiba di kota J pada sore hari dengan di temani oleh Barra dan Gabriel, saat mereka tiba di rumah sakit jenazah Helena rupanya baru saja selesai di autopsi dan hendak dimandikan oleh pihak rumah sakit. Dokter mengatakan jika Helena mengalami tindak kekerasan dengan bukti pukulan benda tumpul di tengkorak kepalanya, juga pendarahan di area intimnya yang diyakini karena percobaan pengguguran kandungan. "Kami menemukan jejak seseorang yang terakhir keluar dari unit apartemen itu lewat rekaman kamera pengawas," "Saya ingin melihatnya, boleh?" pinta Sarah, karena sepertinya ia memiliki firasat jika yang melenyapkan Helena adalah Tyo. "Silahkan ikut saya," Ternyata tebakan Sarah benar, yang melenyapkan Helena adalah Tyo bahkan lelaki itu masih sempat-sempatnya menyetubuhi Helena di titik terakhir nafas Helena. Bola mata Sarah memerah menampakkan kebencian yang begitu mendalam, tangannya mengepal erat hingga kukunya tertancap di telapak tangan. "Pria itu adalah Tyo Hartanto, seoran
Magbasa pa
Chapter 37
Sarah duduk di depan cermin besar dan memperhatikan penampilannya lekat, ini memang bukan pernikahan pertamanya namun entah mengapa Sarah merasa gugup sekali melebihi saat menikah dengan Mario dulu. Sarah mengambil secarik foto usang yang selama ini selalu ia bawa kemanapun, hanya ini satu-satunya kenangan yang bisa mengobati rasa rindu Sarah kepada mereka. Lewat batin, Sarah memohon restu kepada kedua orangtuanya dan memanjatkan harapan kalau Barra adalah pelabuhan terakhirnya hingga menutup usia nanti. "Anda sudah sangat cantik nyonya, tidak perlu cemas seperti itu." ucap si penata rias saat melihat Sarah yang nampak gelisah, Sarah hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan penata rias tersebut.Penata rias itu keluar dari kamar Sarah setelah tugasnya selesai, namun beberapa saat kemudian seorang wanita paruh baya masuk ke kamarnya dan menatapnya dengan penuh kebencian. "Ibu Arista?" "Kamu benar-benar wanita yang tidak tau diri Sarah!" Arista melayangkan tangannya hendak menampar Sar
Magbasa pa
Chapter 38
"Sudah lama saya mencari keberadaan Indah dan Petra, ternyata saya malah menemukan putrinya." ujar Arista seraya memandangi foto ibunya Sarah. "Apa ibu mengenal kedua orang tuaku?" tanya Sarah. "Tentu, ibumu adalah sahabat terbaik saya Sarah. Tapi dimana dia sekarang?" "Ibu dan ayah sudah meninggal dunia, karena kecelakaan." jawab Sarah lirih. Arista terkejut bukan main, "Ya Tuhan, kapan itu terjadi Sarah? tapi kenapa keluarga ibumu malah mengatakan kalau mereka tidak tau dimana keberadaan Indah?" "Saat aku kuliah semester dua, karena ibu tidak lagi di akui sebagai anak mereka sejak ibu nekat menikah dengan ayah." Arista mengambil dokumen yang ada di dalam tasnya, sebuah surat kepemilikan saham yang selama ini Arista simpan rapat-rapat atas nama Indah. Seharusnya saham ini jatuh ke tangan Indah, tapi karena Indah sudah tiada maka saham ini akan jatuh ke tangan Sarah. "Apa ini bu?" tanya Sarah. "Surat kepemilikan saham milik ibumu di Amethyst, ibumu memiliki saham di perusahaan
Magbasa pa
Chapter 39
Barra terbangun dari tidurnya saat merasakan ada tangan kecil yang mengelus pelan wajahnya, lembut dan hangat bahkan sesekali mencubit ujung hidungnya. Dhafin beringsut mundur ketika mata Barra terbuka sempurna, "Maaf, aku pasti mengganggu." "Tidak apa-apa, sekarang sepertinya sudah pagi ya?" tanya Barra sembari meregangkan tubuhnya, Dhafin mengangguk. "Dimana ibumu?" "Mama sedang di dapur menyiapkan makan untuk kita semua," Barra bangkit dan menggandeng Dhafin keluar dari kamar, harum aroma masakan Sheila merebak ketika mereka tiba di meja makan. Sheila memang pintar memasak jenis makanan apapun, karena dulu ia sempat mengikuti kursus memasak agar bisa memasak semua makanan kesukaan Barra."Kalian sudah bangun? ayo silahkan dinikmati, mumpung masih hangat." Sheila menuangkan sepiring nasi dan lauk pauk untuk Barra dan juga Dhafin. Dhafin yang tidak tebiasa memakan nasi, agak tidak bersemangat saat melihat sarapannya. Dhafin mendorong makanan tersebut bahkan sebelum mencicipinya
Magbasa pa
Chapter 40
Sarah tiba di rumah bertepatan dengan kembalinya Barra setelah mengajak Dhafin jalan-jalan ke pusat perbelanjaan, terlihat dari bagasi mobil Barra yang nampak penuh juga paper bag yang Gabriel bawakan dengan merek pakaian anak-anak terkenal. Sarah agak terkejut saat melihat Dhafin, namun Arista segera menyadarkannya agar bersikap tenang. Sarah maju mendekati Barra dan memeluknya dengan penuh cinta, meskipun saat ini ia sangat marah karena Barra meninggalkannya di malam pernikahan mereka hanya demi menemui Sheila. Barra pun sempat tercengang saat melihat Sarah datang bersama ibunya, padahal yang ia tau Arista sangat tidak menyukai Sarah bahkan sempat menentangnya. Tapi hari ini mereka muncul di hadapan Barra seperti seorang ibu dan anak, bahkan Arista sangat perhatian pada Sarah melebihi ke Luna dulu. "Kalian darimana?" tanya Barra dengan wajah heran. "Dari dokter kandungan, ibu kan mau lihat calon cucu ibu." ujar Arista seraya mengelus perut Sarah. "Oh ya? kenapa kamu tidak menung
Magbasa pa
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status