Semua Bab Saat Doa Si Miskin Diijabah: Bab 51 - Bab 60
96 Bab
BAB 51
"Kamu yang sabar ya, Dek. Aku yakin Allah menguji kita seperti ini karena kita adalah hamba pilihan. Allah tahu kalau kita ini bisa menhadapi ujiam demi ujian yang Allah berikan. Yakin sama Mas ketika kita berhasil melewati ujian ini maka Allah akan menaikkan derajat kita," ucap mas Amar sembari membeai lembut pipiku dengan tangannya. Seketika hatiku pun terasa tenang. Benar kata mas Amar. Tuhan tidak akan menguji hambanya di luar kemampuan. Jika keluargaku mendapatkan ujian seperti ini artinya Tuhan percaya pada kita kalau kita semua mampu melewati semua ini. Saat tangan mas Amar masih membelai pipiku tiba-tiba saja aku teringat kalau tangan itu habis dipegang oleh Kartika. Seketika itu juga aku menepis sedikit kasar tangan mas Amar dari wajahku. "Aww, kamu kenapa? Kok tanganku di kibas?" tanya mas Amar sembari meringis. "Jangan pegang-pegang. Itu tangan bekas dipegang-pegang sama si jalang. Najis ah, sana mandi!" sungutku pada mas Amar. "Aku udah mandi, Dek, masa disuruh mandi l
Baca selengkapnya
BAB 52
"Kakak dukung pokoknya, Al. Kalau butuh bantuan kamu hubungi Kakak saja. Kakak siap membantu kalian terlebih lagi ada bibit pelakor di antara kalian," ucap kak Rita dengan menggebu-gebu yang membuatku tidak bisa untuk menahan tawa saat melihat wajah kak Rita yang lucu."Kalian lagi apa sih? Kok kayaknya seru banget?" Tiba-tiba saja ibu datang menghampiriku dan kak Rita yang lagi asik berbincang masalah papa mertua dan Kartika."Eh Ibu, ini lho di rumah Aliyah ada bibit pelakor," ucap kak Rita tanpa tedeng aling-aling. Sontak saja mulut ibu menganga."Apa! Pelor? Siapa yang mau ditembak?" Jawabn ibu tentu saja membuat aku dan kak Rita tergelak. Bagaimana tidak? Jika pelakor dikata pelor sama ibu."Lho kok pada ketawa? Apa ada yang lucu?" ujar ibu lagi."Ya Ibu lah yang lucu, wong pelakor kok disamakan dengan pelor, tapi memang fungsinya sama sih. Sama-sama membunuh. Bedanya yang satu membunuh orang yang satu lagi membunuh rumah tangga orang," ucap kak Rita sarkas."Ini maksudnya apa si
Baca selengkapnya
BAB 53
"Iya, Mas, gak enak saja tadi kalau cerita. Takut Bapak jadi kepikiran. Mas 'kan tahu sendiri kondisi Bapak sekarang ini gimana.""Iya juga sih, yaudah nanti sampai di rumah aku tegur mereka.""O iya tadi sih aku udah kasih ultimatum sama Putri kalau Kartika atau Papa datang lagi boleh minta makan maksimal dua porsi kalau lebih harus bayar dan lagi jangan sampai membiarkan mereka mendekati laci keuangan kedai. Maaf ya, Mas, kamu gak tersinggung 'kan?" tanyaku berhati-hati pada mas Amar takut tersinggung dengan ucapanku barusan."Tersinggung kenapa? Gak papa lah, Dek. Aku tahu kamu melakukan yang terbaik untuk keluarga kita.""Ya siapa tahu kamu tersinggung karena mereka orang tua dan adik kam
Baca selengkapnya
BAB 54
Wajah Kartika mendadak pias. Aku pun tidak peduli yang aku mau saat ini juga ruang tamuku kembali bersih seperti sedia kala saat aku belum pergi tadi pagi. "Oh iya aku peringatkan kau jangan lagi semena-mena berlaku di kedaiku, sebab para karyawanku bukan pesuruhmu," ucapku pada Kartika. Kartika pun menoleh sesaat dan menatapku sembari tersenyum sinis."Jangan pelit jadi orang, hanya mie ayam dan bakso saja lagaknya seperti ngasih makan steak atau pizza.""Meski hanya Mie ayam dan bakso tapi kamu dan Papamu sudah bisa makan enak dengan gratis 'kan?" ujarku membalas ucapan Kartika. Tentu saja aku tidak terima Kartika seolah menjelekkan warung makanku itu. "Alah makanan murahan aja
Baca selengkapnya
BAB 55
"Kak Aliyah?" ucapnya lagi."Kenapa? Kok pucat? Kaget lihat aku yang datang tiba-tiba?" "Enggak ah, biasa aja tuh," ujar Kartika yang sudah merubah mimik wajahnya menjadi biasa saja."Kenapa masih main ponsel di sini?" "Kenapa? Toh belum ada pembeli 'kan?" Mataku membulat mendengar ucapan Kartika barusan. Astaga Tuhan, berhadapan dengan manusia yang satu ini memang benar-benar menguras emosi jiwa dan raga. "Kenapa gak bantu yang lain? Membersihkan kedai, mencuci piring dan yang lainnya? Kamu kira aku membayarmu untuk bersantai ria?""Ah elah, Kak, begini aja diributin sih, 'kan udah ada karyawan Kakak yang lain!" ujar Kartika ketus. Baru saja aku akan menyeret Kartika tiba-tiba saja aku dikejutkan dengan kedatangan kakakku Rita. "Kamu jangan kurang ajar sama Aliyah ya! Dia itu bosmu di sini! Kamu kira kamu siapa ha!" hardik kak Rita sembari mendorong tubuh Kartika hingga terjengkang ke belakang. "Aw, kamu siapa? Datang-datang langsung main dorong aja!" "Aku Kakaknya Aliyah! Ke
Baca selengkapnya
BAB 56
"Ini sebuah pengecualian untukmu Kartika. Kami semua tahu bagaimana dirimu, perempuan murahan yang dengan gampangnya memeluk suami orang. Mungkin ada benarnya yang tidak dibungkus belum tentu buruk tapi, sekali lagi. Ini sebuah pengecualian! Lagian memakai hijab dan baju tertutup adalah kewajiban bagi kita yang muslim. Kalau kamu bilang kamu bisa menjadi seorang istri yang membuat suami senang bagaimana pria itu bisa percaya jika kamu dengan Tuhanmu saja tidak peduli," tandasku tegas pada Kartika hingga membuatnya bungkam seribu bahasa. "Sudah, Al, gak usah diteruskan. Percuma ngomong sama jalang ini karena gak akan masuk di otak. Kecuali kamu ngomongin masalah laki orang yang tampan nah, baru dah tu masuk ke otaknya," cibir kak Rita yang membuatku tersenyum mengejek dan menatap ke arah Kartika yang wajahnya tampak memerah menahan malu sebab di kedaiku sudah ada beberapa pembeli yang berdatangan. "Awas ya kalian, kalau nanti suaminya nemplok ke aku kalian nangis bombay lagi," ucap K
Baca selengkapnya
BAB 57
Tidak berselang lama treatment yang kami lakukan pun selesai sudah. Aku dan kak Rita pun menuju kasir untuk membayar tagihan perawatan dan kebetulan mas Amar juga sudah sampai. Dia lagi asyik berbincang dengan mas Raka. Setelah selesai membayar aku dan kak Rita pun menghampiri suami kami masing-masing dan bergegas meninggalkan salon untuk pergi makan siang menggunakan mobil yang kami bawa masing-masing.***"Kita pulang dulu ya, Al. Lain kali kita kesini lagi kita me time bareng lagi ya," pamit kak Rita padaku juga mas Amar. Saat ini kami berempat sudah selesai makan siang dan sedikit berbelanja. Tidak lupa juga aku membelikan oleh-oleh untuk dua keponakanku juga kedua orang tuaku. Setelah aku dan kak Rita bercipika-cipiki akhirnya kami pun berpisah. Setelah kepergian kak Rita dan mas Raka, aku dan mas Amar juga memasuki mobil kami dan meninggalkan halaman parkir mall dan bergegas pulang karena sekarang juga sudah waktunya Rani, Yuli dan Vivi pulang sekolah. "Mas setelah aku pikir-p
Baca selengkapnya
BAB 58
"Aku menertawakan kebodohan dan kekonyolan Papa.""Kurang ajar! Apa maksud kamu! Berani kamu mengejekku seperti itu ha! Dasar menantu tak tahu diuntung! Beginikah didikanmu pada istrimu Amar!" maki papa berang padaku dan mas Amar." Stop! Yang tak tahu diuntung itu Papa bukannya aku! Apa Papa lupa atau hilang ingatan sih? Papa sudah membuang suamiku ke panti asuhan lalu sekarang Papa minta bakri Mas Amar sebagai anak pada orang tuanya? Bakti yang mana yang Papa minta ha! Apa selama ini Papa mencari keberadaan Mas Amar dan merasa bersalah akan hal itu? Tidak kan? Lagian kami tidak butuh restu dari Papa tuh. Hidup kita selama ini baik-baik saja tanpa kehadiran Papa." "Kamu tidak pernah tahu isi dalam hatiku Aliyah!""Itu bukan urusan kami, Pa! Yang kami tahu Papa pun tidak menjalankan kewajiban sebagai orang tua pada Mas Amar. Jadi, jangan pernah meminta bakti pada suamiku dan meminta hak Papa yang Mas Amar sendiri juga tidak pernah mendapatkan haknya dari Papa!" sentakku dengan suara
Baca selengkapnya
BAB 59
"Aku sudah menyerahkan semua hakku di sini seluruhnya untuk Aliyah karena memang sekarang semuanya sudah atas nama Aliyah. Jadi, Aliyah berhak seratus persen mengusir siapa pun yang ia tidak suka." Aku tersenyum penuh kemenangan mendengar ucapan mas Amar barusan. Aku tahu, mas Amar sebenarnya hanya bersandiwara sebab rumah, kedai serta seisinya atas nama kami berdua bukan hanya atas namaku saja."Kok bisa? Kenapa mas Amar main ganti saja jadi atas nama wanita barbar ini? Harusnya mas Amar izin sama aku dan Papa juga dong, gimana sih," sungut Kartika yang tentu saja membuat keningku berlipat.Apa katanya tadi? Harus izin dia dan papanya? Memang nya mereka siapa? Sok merasa memiliki apa yang kami punya. Dasar memang urat malunya sudah tidak ada lagi."Apa hak kalian? Kenapa aku harus minta izin sama kalian?" tanya mas Amar yang juga sama bingungnya dengan perkataan yang Kartika lontarkan. "Ya karena aku dan Papa itu 'kan keluarga mas Amar satu-satunya. Tentu aku dan Papa berhak tahu so
Baca selengkapnya
BAB 60
"Terus gimana sama kedaimu kalau di viralin begitu 'kan imbasnya sama usaha kalian.""Alhamdulillah sih, Kak. Meski gak sebanyak biasanya tapi, masih ada pelanggan yang datang. Aku rasa trik murahan kayak gitu udah biasa. Biar nanti aku pikirkan caranya untuk kembalikan apa yang Kartika lakukan padaku.""Astaga, Al. Kok kamu bisa-bisanya masih tenang sih. Kalau Kakak sudah pasti bakalan labrak tuh si jalang murahan. Dasar memang! Dia yang salah dia juga yang playing victim seakan korban.""Yah aku juga salah sih, Kak, sudah main kekerasan sama Kartika.""Siapa pun orangnya kalau jadi kamu juga bakal ngelakuin hal yang sama, Al.""Iya mau gimana lagi aku sudah kehabisan akal buat hadapin si Kartika yang super duper nyebelin abis.""Kamu yang sabar ya, kalau ada apa-apa kamu hubungi Kakak. Insyaallah nanti Kakak bantu.""Iya, Kak. Pasti itu, betewe terima kasih ya, Kak.""Iya, Sama-sama. Yaudah ya, Kakak mau lanjut jualan lagi. Kamu yang semangat ya. Insyaallah kalau rejeki mah gak akan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status