All Chapters of Saat Doa Si Miskin Diijabah: Chapter 41 - Chapter 50
96 Chapters
BAB 41
Setelah mobil ambulance berhenti tepat di depan rumah Mika, para warga pun membantu petugas membawa jenazah Mika untuk di baringkan di dalam rumahnya.Karena biasanya di rumah sakit sudah di mandikan, jadilah para warga hanya tinggal mensholati jenazahnya saja.Setelah selesai di sholati jenazah Mika pun di gotong para warga menggunakan keranda untuk segera di makamkan, kesedihan mendalam sangat nampak dari wajah keluarga Pak Darto, terlebih lagi Pak Darto, dirinya tak menyangka nasib anak bungsunya akan seperti ini, tiada henti Pak Darto menyesali apa yang sudah terjadi, karena menurutnya ini semua adalah kesalahannya, kesalahan yang tidak bisa mendidik anaknya hingga menjadi seperti ini.Saat sampak di tpu, para warga yang menolong membantu proses pemakaman cukup di buat terkejut lantaran tanah yang akan di gunakan untuk menguburkan Mika di penuhi dengan air."Astaghfirullahaladzim, gimana ini Pak ustadz," tanya seseorang pada ustadz Soleh, salah satu orang yang disegani di kampung
Read more
BAB 42
"Sudah Bu, sabar ya, kita ikuti saja aturannya, insyaallah laki-laki itu akan mendapatkan hukumannya," ucap Rita sembari mengelus bahu Bu Sri, berusaha meredakan tangisnya."Iya, Aliyah tau, makanya kita serahkan kasus ini pada polisi yang bertugas, Aliyah yakin dia akan mendapatkan hukuman yang setimpal dari perbuatannya."Akhirnya emosi Pak Darto mereda, sementara Bu Sri hanya bisa menangis, baginya melihat Ardi seperti melihat Mika yang tengah di azab oleh Allah, termata pedih jika mengingat itu semua, Bu Sri yang melahirkan ketiga anaknya, jadi bisa di bayangkan bagaimana sakitnya seorang Ibu kala melihat putri yang susah payah di lahirkannya harus menerima nasib setragis itu."Sudah Bu, sabar ya, kita ikuti saja aturannya, insyaallah laki-laki itu akan mendapatkan hukumannya," ucap Rita sembari mengelus bahu Bu Sri, berusaha meredakan tangisnya.Akhirnya hakim memutuskan untuk memberikan hukuman 12 tahun penjara dari tuntutan yang di layangkan jpu selama 15 tahun penjara, memangl
Read more
BAB 43
"Tidak usah Kak, karena memang itu Aliyah dan Mas Amar sengaja berikan pada Kak Rita dan Kak Raka.""Ya Allah Aliyah, sampe segininya kamu mikirin Kakak, apa karena kamu gak mau nampung Kakak lagi ya di rumah kamu?""Bukan gitu Kak, aku hanya gak bisa melihat ada penindasan di sekitarku, apalagi yang mengalami itu Kakak ku sendiri, kalau soal rumahku, mau sampai kapanpun Kakak mau tinggal disana juga aku gak masalah, justru aku seneng karena rumah ada yang jaga.""Terimakasih Aliyah, Kakak merasa tak enak denganmu juga dengan Amar.""O iya satu lagi, jadi rencana kami, satu cabang mi ayam yang baru kami buka ini rencananya kami mau minta tolong Kak Raka untuk mengelolanya, sedangkan kami juga berencana membukakan kedai mi ayam di halaman rumah Kak Rita, dan nanti Kak Rita yang menjaganya, karena di kampung kita kan belum ada kedai mi ayam seperti punyaku itu, nanti Kakak boleh ambil satu pegawaiku untuk membantu Kakak berjualan di rumah, gimana?""Terimakasih Aliyah, terimakasih Amar
Read more
BAB 44
"Alhamdulillah ya Allah, akhirnya aku bertemu dengan anakku juga, Amar ini aku Papa kamu dan ini Kartika adik kamu, tolong buka pintu gerbangnya, Papa kangen banget sama kamu," ucap pria yang bernama Bowo itu. "Papa? Maaf maksud anda apa ya? Saya ini yatim piatu sejak kecil," ucap Amar sembari menatap Bowo dan Kartika."Aku tidak bohong, Amar, aku benar Papa kamu," ucap Bowo meyakinkan Amar."Apa buktinya kalau benar kau adalah Papaku?" "Ini lihatlah, aku punya fotokopi akta kelahiranmu dan ini kartu keluarga kecil kita dulu," ucap Bowo sembari menyodorkan dua lembar kertas.Yakni, fotokopi akta kelahiran Amar dan juga kartu keluarga yang jelas terselip nama Amar di sana. Memang dulu saat Amar di tinggal di depan panti, dalam kain yang menyelimutinya terdapat beberapa berkas seperti akta kelahiran, hingga nama Amar dengan akta kelahiran itu pun sama."Untuk apa Papa datang ke sini menemuiku?" desis Amar pada Bowo. Terlihat jelas jika Amar sangat terpukul atas kejadian ini. Setelah
Read more
BAB 45
Akhirnya saat itu juga aku keluar dari panti. Awal niatku keluar dari panti adalah untuk menemui orang tua kandungku. Entah dari mana ibu panti mendapatkan alamat orang tua kandungku yang pasti saat itu aku sudah mendapatkan alamat tinggal mereka. Tapi sayang, saat aku sampai di alamat yang ibu panti berikan padaku ternyata rumah itu hanyalah rumah kontrakan dan sudah berganti pengontrak. Aku pun pergi dengan lesu karena uang yang aku bawa ternyata sudah habis untuk naik angkutan saat menuju alamat orang tua kandungku. Hingga saat aku tengah beristirahat di pos ronda yang ada di desa dekat dengan alamat kontrakan orang tuaku. Aku dikejutkan oleh suara teriakan maling. Aku menoleh ke arah sumber suara tersebut dan benar saja ternyata ada seorang yang diteriaki maling oleh warga yang tengah berlari ke arahku. Entah angin darimana aku yang pendiam dan sedikit penakut tiba-tiba saja mempunyai nyali lebih. Seketika ide terlintas dalam benakku untuk menghentikan pelarian maling tersebut.
Read more
BAB 46
"Cih, memalukan, kalau hanya sekedar bikin anak pun orang gila juga bisa bikin anak, asalkan punya hasrat," ucapku tiba-tiba menimpali Kartika. Sontak saja Aliyah membulatkan matanya sembari menatapku tak percaya. Tentu saja siapa pun yang mengenalku dengan Amar yang alim dan bijak juga pendiam pasti akan terkejut saat mendengar ucapanku barusan yang terbilang frontal."Bicara apa kamu, Mar? Kurang ajar sekali kau menyamai orang tuamu dengan orang gila?" sentak papa. Sangat kentara sekali kalau dia tidak terima dengan apa yang aku katakan barusan. Bukankah apa yang aku katakan adalah benar? Mungkin dulu aku akan menasehati mati-matian jika istriku Aliyah bertindak barbar dan berbicara frontal pada kakak, almarhum adiknya juga pada Bapak mertuaku. Tapi, kini aku merasakan sendiri bagaimana rasa sakit itu muncul dari dasar hati. Sungguh kali ini aku menyesal kenapa dulu berbuat terlalu baik sama orang-orang yang sudah menyakiti istriku. "Huft ... " Kuhembuskan napasku demi menghilang
Read more
BAB 47
Bahkan, kini Aliyah sudah merebahkan kepalanya di atas dadaku dan tanganku pun kini sudah mengelus-elus surai hitam indah milik Aliyah."Entahlah, Bun, aku rindu sangat rindu. Bertahun-tahun aku mencari keberadaan orang tuaku. Hingga aku seolah mati rasa dan tidak lagi membutuhkan mereka. Kenapa dia datang di saat aku sudah mati-matian dan benar-benar melupakannya?""Berdoa saja semoga apa yang menjadi kekhawatiran bagimu tidak akan pernah terjadi. Bukankah sesuatu akan terjadi sesuai dengan prasangka kita?" Ucapan Aliyah tentu saja membuatku mati kutu karena apa yang diucapkannya adalah benar. Tuhan akan memberikan sesuatu sesuai dengan prasangka hambanya. Itulah sebabnya kita sebagai hamba Sang pencipta diwajibkan untuk berprasangka yang baik-baik saja."Astaghfirullahaladzim, maafkan Ayah ya, Bun, sudah suudzon sejauh ini. Apa yang Bunda ucapkan benar. Semoga apa yang menjadi pikiran buruk Ayah tadi sore dan barusan tidak akan pernah terjadi di kemudian hari.""Amiin, ya udah yuk
Read more
BAB 48
Kini di rumah tinggallah hanya ada aku, papa juga Kartika. Kubereskan semua piring kotor bekas suami dan anakku maka tadi menuju wastafel. Baru saja aku selesai mencuci piring tiba-tiba Kartika datang dan meletakkan dua buah piring yang kuyakini itu adalah miliknya juga milik papa ke dalam wastafel yang sudah kubersihkan tadi. Setelahnya, Kartika pun kembali berbalik badan. Dengan cepat aku menarik tangan Kartika dan mencegah kepergiannya. "Mau kemana kamu?" tanyaku sembari memegang tangan Kartika. "Ya mau ke kamar lah, Mbak, memangnya mau kemana lagi?" ucapnya dengan santai. Apakah dia tak tahu kenapa aku sampai mencekal tangannya?"Peraturan di rumahku, habis makan langsung dicuci piringnya, kenapa kamu geletakin begitu saja di wastafel?" "Ck, tadi Mas Amar dan ketiga anak Mbak habis makan langsung pergi, terus kenapa aku mau pergi gak boleh?"Dasar tidak tahu malu, sudah menumpang seolah sok menjadi ratu. Jangan dikira aku menyetujui mereka untuk tinggal di sini lantas mereka bi
Read more
BAB 49
"Ngapain disambut? Emangnya kamu siapa? Yang berhak sambut aku ya Aliyah istri aku. Emangnya kamu istriku?" "Skakmat! Memangnya enak diketusin mas Amar?" ucapku dalam hati."Hehehe, ya bukan begitu, Mas. Kamu 'kan kakak aku meskipun tiri tapi, aku sudah mengnggap Mas Amar itu Kakak aku. Jadi aku merasa kalau wajib menyambut Mas Amar ketika pulang kerja," ucap Kartika gugup."Gak perlu. Menyambutku adalah tugas Aliyah bukan kamu. Minggir aku mau lewat!" ketus mas Amar pada Kartika. Tampak sekali kalau Kartika terlihat seperti kambing congek bagi mas Amar. "Rasain kamu!" geramku dalam hati sembari menaikkan sedikit kedua sudut bibirku."Oh iya satu hal lagi, jangan kamu kira meski kamu adik tiriku kita ini layaknya adik kakak. Kamu bukan mahramku. Jadi, aku harap perbaiki sikapmu!" ucap tegas mas Amar. Ah, suamiku i love you forever. Aku tidak salah memilihku sebagai imamku. Pria yang selalu menundukkan pandangannya pada wanita yang tidak halal bagimu. Sungguh, aku sangat beruntung m
Read more
BAB 50
"Iya, Bun. Mau dibantuin gak?" jawab mas Amar setelah melepas peci yang ia kenakan."Gak usah, Yah, cuma sarapan doang. Ayah langsung mandi ya, Bunda ke dapur dulu." Aku pun bergegas keluar kamar dan menuju dapur untuk memasak sarapan untuk keluargaku. Sedangkan untuk Kartika dan papa? Biarkan saja mereka masak sendiri toh Kartika sudah dewasa sudah menjadi tugas dia untuk melayani papanya. Ini sengaja memang kulakukan agar mereka tidak menginjakku di rumahku sendiri. Pagi ini aku akan memasak yang simple dan tentunya porsi pas untuk kami berlima. Menu nasi goreng seafood dengan toping telur mata sapi di atasnya tidak lupa taburan bawang goreng dan potongan mentimun membuat hidangan kali ini tampak menggugah selera. Setelah selesai aku segera membawa piring-piring berisikan nasi goreng seafood itu ke meja makan. Setelah kurasa sempurna aku pun bergegas menuju kamar dan ingin segera mandi karena tubuhku sedikit berkeringat saat memasak tadi. Baru saja tubuhku sampai di depan pintu k
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status