All Chapters of Salah Kirim Paket: Chapter 91 - Chapter 100
140 Chapters
Membuka Lembaran Kelam
Pov Syasya"Syasya...," panggil Mbak Alia, matanya melotot melihatku. Raut tak percaya tergambar jelas di sana.Aku tahu Mbak Alia terkejut melihat aku berdiri di depan kompor sambil membawa spatula. Seumur-umur baru kali ini aku berada di dapur untuk memasak. Dulu ibu yang selalu menyiapkan makanan untuk kami. Aku selalu dimanja, meski hidup kekurangan, hingga akhirnya Mas Alvan menikah dengan Mbak Alia. Limpahan harta yang Mbak Alia berikan membuatku lupa daratan. Aku semakin menjadi wanita angkuh dan egois. Rasa bersyukur yang harusnya tertanam justru hilang. Bahkan timbul rasa iri pada wanita berhati malaikat seperti Mbak Alia. Nasi sudah menjadi bubur, aku tak mampu mengulang waktu. Hanya tinggal penyesalan yang selalu menghantui hidupku. "Kamu masak, Sya?" pertanyaannya menyentakku dari lamunan. "Iya, Mbak. Maaf hanya nasi goreng, aku tidak bisa memasak. Ini saja pakai bumbu siap saji.""Harusnya kamu istirahat, kamu tamu di sini bukan pembantu yang harus mengerjakan ini dan
Read more
Mengunjungi Mas Alvan
Pov Syasya"Apa benar Bapak melakukan itu, Sya?" tanya Mbak Alia karena sedari tadi aku hanya membisu. Dadaku menjadi sesak, seakan pasokan oksigen tak mampu mengalir ke seluruh tubuh. Pertanyaan Mbak Alia tak ubahnya membuka luka yang baru saja kututup. "Kamu siapa? Bapak, tolong!" teriakku kala seorang lelaki masuk kemudian mengunci pintu kamar rapat-rapat. Aku terus berteriak tapi ibu dan bapak seolah tak mendengar, padahal mereka ada. Jelas-jelas aku melihat bapak berdiri di belakang lelaki itu. Namun kenapa mereka tak menolongku. "Diamlah, Sayang, Bapakmu sudah menjual kamu padaku. Malam ini kamu harus memuaskan aku!""Tidak, pergi kataku!" Aku mundur hingga tubuh ini menempel pada dinding kamar. Lelaki itu mendekat, dengan cepat ia melucuti semua pakaiannya hingga meninggalkan celana kolor. Aku berteriak meminta tolong tapi nihil, ibu dan bapak seolah tak mendengar lebih tepatnya pura-pura tak mendengar.Dengan nafsu lelaki itu melampiaskan hasratnya. Dia tak perduli aku me
Read more
Tuduhan Alvan
Pov Syasya"Aira baik-baik saja, kan, Sya?"Aku diam tak tahu harus menjawab apa. Aira dibawa ke panti asuhan oleh Bapak tepat sebelum perisitiwa mengerikan terjadi padaku. Bapak merasa kehadiran Aira adalah malapetaka baginya. "Kenapa bengong, Sya? Kamu dengar Mas ngomong, kan?"Aku mengangkat kepala, Mas Alvan menatapku dengan penuh tanda tanya. Namun mulut ini kembali bungkam. Kalimat yang sempat tersusun rapi berjatuhan satu persatu hingga habis tak tersisa. “Syasya, ada yang kamu sembunyikan dari Mas?”Mas Alvan seolah tahu apa yang ada di kepalaku. Dia tahu aku tengah menyembunyikan masalah besar. Aku atur napas yang kian terasa sesak. Mungkin ini saat yang tepat untuk mengatakan kebenarannya. Namun apa Mas Alvan kuat mendengar kenyataan ini? Ada perdebatan dalam hati hingga membuatku merasa ragu.“Aira ... Aira dibawa pergi Bapak,Mas.”“Ke mana,Sya? Aira baik-baik saja,kan? Bapak tidak berbuat gila,kan?” cecar Mas Alvan membuatku sesak napas. Wajah kakakku kian tegang. Ini y
Read more
Syasya Pergi
Pov Syasya"Assalamualaikum ...." Mataku membola melihat tamu itu. "Masuk, Sya. Sini duduk!" Mbak Alia melambaikan tangan. Aku membatu, kakiku enggan melangkah mendekati mereka. Kalau bisa menghilang, saat ini juga aku akan pergi dari sini. Sayang, aku tak memiliki ajian itu. Mau tidak mau aku harus ke sana. "Perkenalkan ini Syasya, adik aku," ucap Mbak Alia datar. Wajah tidak suka tergambar jelas di sana. "Bisma," ucapnya seraya mengulurkan tangan. Aku masih diam, enggan menyentuh tangan lelaki itu. Tangan yang telah menghancurkan masa depanku. Tuhan, kenapa aku harus dipertemukan kembali dengan dia? Lelaki yang telah merebut kesucian ini. "Sya," panggilan Mbak Alia menyentakku dari lamunan kelam. "Syasya," ucapku menerima uluran tangan tapi secepat kilat tangan ini kutarik, enggan berlama-lama menyentuhnya. "Syasya ke kamar dulu, Mbak." Aku beranjak berdiri. Tak sudi duduk berhadapan dengan lelaki bej*ngan itu. "Tidak temani Mbak dulu, Sya?" ucap Mbak Alia dengan sorot mat
Read more
Kedatangan Mantan Martua
Pov Alia"Bapak...," panggil Syasya dan aku bersamaan. Lelaki dengan penampilan wah itu menatap tajam ke arah Syasya lalu beralih ke arahku. Raut amarah tergambar jelas di sana. Bapak melangkah mendekat, lengan kemeja ia tarik ke atas. Kini penampilannya jauh lebih muda, berbeda dari terakhir kali kami bertemu. Jelas, aku bertemu ia di dekat lampu merah. Bapak tengah mengemis kala itu. Sebuah tanda tanya terlintas dalam benak, dadi mana ia mendapatkan uang untuk membeli barang-barang mewah itu? Melihat Bapak mendekat, dengan cepat Syasya memutar tubuh hingga berada di belakangku. Dia bahkan memeluk erat tubuh ini. Layaknya seorang anak kecil yang ketakutan. "Tolong aku, Mbak!" ucapnya lirih seraya mempererat pelukan. "Di sini kamu, ya! Ayo pulang!" teriak Bapak seraya menarik tangan Syasya dengan kuat. "Syasya tidak mau ... Lepas!" Syasya menepis kasar tangan Bapak, kemudian mempererat pelukannya di tubuhku. "Jangan jadi anal durhaka kamu, Sya!" pekik Bapak dengan sorot mata
Read more
Honeymoon
Pov AliaRutinitas yang kulakukan terasa membosankan, hanya berkutat dengan lingkungan rumah, kantor dan begitu seterusnya. Hidupku hampa, terasa kurang lengkap meski dipenuhi dengan limpahan kebahagiaan. Mungkin orang lain menilai aku adalah wanita yang paling bahagia sedunia karena memiliki harta, suami dan orang tua yang tulus menyayangiku. Namun mereka tidak tahu, ada bagian hati yang terasa kosong. Ya, aku mendambakan hadirnya buah hati di antara kami. Bang Rizal memang tak pernah bertanya atau mungkin menuntut lahirnya buah hati. Namun aku tahu di dalam hatinya tersimpan keinginan itu. Siapa yang tak menginginkan anak? Semua pasangan suami istri pasti menginginkan itu, termasuk kami. Tapi apa mau di kata hingga tiga bulan usia pernikahan kami, Allah belum menitipkan janin dalam rahimku. "Kenapa melamun, Sayang?" ucap Bang Rizal seraya mencubit pelan pipiku. Aku menoleh ke samping, seulas senyum kaku kuberikan untuknya. "Gak apa-apa kok, Bang," dustaku. "Sejak kapan istri A
Read more
Gagal Romantis
Pov Alia"Ha ha ha ... BH kamu ketinggalan, Al?" Bang Rizal bangun dari tempat tidur sambil terpingkal-pingkal. Dia mentertawakan nasib sial yang menimpaku, istrinya. Sungguh menyebalkan. "Ketawa aja terus sampai kencing di celana baru tahu rasa!"Aku menyilangkan kedua tangan di dada, kutatap tajam Bang Rizal. Perlahan dia berjalan mendekatiku. Tangan kirinya segera menarik tubuhku hingga kepalaku menempel di dada bidang miliknya. "Abang lebih suka kamu tak memakai dalaman, lebih leluasa," ucapnya kemudian mengedipkan mata ke arahku. "Abang mesum terus pikirannya!" Kudorong tubuhnya hingga menjauh dariku. Lagi suamiku tertawa lalu mengedipkan mata menggoda ke arahku. Baru juga sampai tapi pikiranku sudah travelling ke mana-mana. "Mandi dulu sana, nanti kita beli setelah shalat. Waktunya tidak cukup kalau kita beli dalaman dulu.""Masa pakai daleman yang udah kotor, Bang," ucapku merajuk. "Gak usah pakai dulu, pakai baju longgar dan hijab besar."Aku mengangguk pasrah, kuambil
Read more
Salah Orang
Pov AliaPonsel Bang Rizal berbunyi, segera ku ambil benda pipih yang ada di atas meja. Seketika dada ini bergemuruh melihat nama Kartika tertera di layar ponsel. Mau apa lagi wanita itu? Aku melirik ke kamar mandi. Memastikan Bang Rizal masih di sana sebelum kuberikan pelajaran pada wanita yang tidak memiliki urat malu itu. Kartika memang sahabat Bang Rizal, tapi bagiku dia parasit yang harus dibasmi. Bukan, bukan aku tak menghargai sahabat suamiku. Namun aku tak ingin ada wanita lain yang merebut apa yang menjadi milikku saat ini. Setelah memastikan semua aman, segera kugeser gambar telepon berwarna hijau ke atas. "Sudah kubilang jangan pernah dekati suamiku, apa kamu tidak mengerti? Kamu itu hanya sahabat dan selamanya akan tetap seperti itu.""Ta ....""Tidak usah mencari pembenaran atas sebuah kesalahan. Kamu tau, apa sebutan yang pantas bagi wanita seperti kamu. Kamu wanita yang tidak memiliki ....""Telepon dari siapa, Al?" Aku tersentak, suara Bang Rizal bagai halilintar.
Read more
Menghadiri Pesta
Sinar mentari menerobos masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Hangat sinarnya menyilaukan mata ini. Perlahan kugerakkan mata ini. "Astagfirullah ... bangun, Bang. Sudah jam sembilan!" Aku menggoncang tubuh Bang Rizal sedikit keras. Suamiku menggeliat lalu kembali memejamkan mata. Astaga, Bang Rizal benar-benar menguji kesabaran. "Bang sudah jam sembilan, kita ketinggalan shalat subuh, Bang!" Rasa sesal semakin besar memenuhi rongga dada. Meninggalkan shalat adalah suatu dosa besar. Meski Allah tahu aku tak sengaja melakukannya. Namun aku tak sanggup membayangkan murka Tuhan kepadaku. Berkali-kali kuguncangkan tubuh Bang Rizal, tepati lelaki itu justru menarik selimut kembali. Suara dengkuran terdengar. "Bang, bangun! Sholat subuh dulu!" Kugoncangkan lagi tubuhnya. Tapi tetap saja ia tak bergerak. Sungguh menyebalkan! Tanpa menunggu Bang Rizal bangun, aku segera beranjak dari ranjang. Sedikit berlari kuambil pakaian lalu menuju kamar mandi. Dalam hati terus berdoa se
Read more
Muntah
Pov AliaAku mengatur napas. Pertanyaan wanita itu tak ubahnya sindiran karena aku menikah dengan kakak angkatku sendiri. Mengepalkan tangan di samping, kutahan emosi yang tiba-tiba memenuhi rongga dada. "Seperti tak ada orang lain saja. Memang stok lelaki di dunia ini sudah habis?" sindirnya. Dadaku kian bergemuruh. Rasanya mulut wanita itu harus diberi pelajaran agar tahu mana yang baik dan tidak. "Sayang, kamu di sini?" Aku bernapas lega Bang Rizal datang tepat waktu. Setidaknya aku bisa menghindari wanita itu. Tak kenal, tapi kelakuannya membuat emosiku naik. Apa seperti ini gambaran netizen? "Kami permisi, Mbak tukang ghibah!" ucapku lalu menggandeng tangan Bang Rizal pergi dari hadapannya. Sempat kulihat wajah wanita itu memerah menahan amarah yang sebentar lagi meledak. Baru juga dikatain tukang ghibah sudah kepanasan saja. "Kenapa senyum?" tanyaku saat melihat Bang Rizal tersenyum seraya menggelengkan kepala. "Dasar anak kecil."Anak kecil? Ini istri kamu, lho, bukan a
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status