Lahat ng Kabanata ng PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN: Kabanata 41 - Kabanata 50
126 Kabanata
Bab 41
Aku tidak tahu sekarang sudah pukul berapa karena mata masih terpejam. Namun, sekarang aku merasakan Akbar ikut naik ke tempat tidur. Tidak lama setelah itu terdengar suara saklar lampu.Entahlah. Aku tidak peduli sekarang Akbar mau apa."Ayu, aku tahu kamu belum tidur. Kamu pasti kepikiran Naima, kan? Sama, aku juga.""Kepikiran Naima? Aku? Sejak kapan?" cecarku kemudian memunggunginya tanpa membuka mata."Maksudku, memikirkan keputusan ayah tentang Naima. Kamu jangan salah paham." Tangan kekarnya kini menyentuh pucuk kepalaku. "Kamu sendiri tahu perasaanku ke kamu, hati ini untuk siapa juga kamu tahu.""Aku gak tahu.""Aku mencintaimu, Ay. Masa iya kamu gak ngerasain?"Biarlah Akbar bicara sendiri, aku tidak mau menjawab. Memang dari sikap sudah terbukti kalau dia ada rasa, tetapi aku berusaha menolak kebenaran.Lagian kalau memang ayah setuju Naima menjadi istri Akbar, kenapa harus menjodohkannya denganku? Pernikahan kami belum genap sebulan, apa kata orang nanti?Seandainya malam
Magbasa pa
Bab 42
"Membawa Ayu kembali?" Nada bicara ibu terdengar tidak bersahabat. "Kemudian membiarkannya tinggal dengan Naima?""Ibu, aku mencintai Ayu dan gak bakal nikah sama Naima. Walau kata ibu di rumah kalau seorang anak lelaki harus nurut dengan perkataan orangtua, tetap saja aku memikirkan perasaan Ayu sebagai istri yang baru beberapa hari aku nikahi."Tiba-tiba saja Akbar berlutut di depanku dan ibu, kepalanya menunduk dalam dengan sedikit isakan. Aku yang mengharapkan perpisahan jadi merasa malu dan iba padanya."Berdiri, By. Jangan seperti itu!" kataku mendekat dan menuntunnya berdiri.Aku tersentak begitu Akbar membawaku dalam pelukannya bahkan di depan ibu. Jantung berdegup kencang, aku tidak kuasa untuk menolak padahal sebenarnya malu.Setelah Akbar mengurai pelukan, dia menatap mataku dalam. "Apa kamu gak bisa melihat cinta di mataku, Ay?""Cinta?""Iya, cinta. Kamu bisa melihatnya, kan?"Kutatap mata Akbar lekat. Di sana terpancar binar cinta. Entah kenapa aku merasa senang sampai b
Magbasa pa
Bab 43
"Suka dengan cinta adalah dua hal yang berbeda. Aku tidak mau berprasangka, kemudian berharap padahal bukan itu maksudnya."Aku menghela napas panjang. Sebenarnya ada sesuatu di dasar hati yang membuatku semakin bingung untuk menjawab. Aku tidak bisa mengatakan ini salah karena Akbar sudah ditakdirkan menjadi suamiku."Tentu saja aku menyukaimu. Memang prasangka apa?""Jangan menjawab ambigu seperti itu, Ay. Aku cuma mau kepastian. Kamu tahu sendiri kan bedanya suka dengan cinta? Jujur!" desak Akbar. Aku melihat ada ketidaksabaran untuk menanti lebih lama di matanya.Tentang suka dan cinta memang dua hal yang berbeda sekalipun sebagian orang menganggapnya sama. Suka, semua orang bisa menyukai, tetapi belum tentu mencintai. Sementara cinta, setiap mereka yang mencintai, tentu menyukai.Bukan hanya menyukai orangnya, tetapi segala hal yang ada padanya termasuk keburukan orang tersebut akan nampak seperti sebuah keindahan atau kelebihan yang tidak dimiliki orang lain.Seindah itu cinta.
Magbasa pa
Bab 44
Siang tadi Akbar keluar rumah karena ditelepon oleh ayah mertua. Aku sempat khawatir dia dipaksa menikah detik ini juga dengan Naima, tetapi dia berusaha meyakinkanku kalau hal itu tidak akan terjadi.Lihatlah sekarang, jam sudah menunjuk angka lima sore, tetapi dia belum juga kembali. Aku akhirnya melangkah panjang ke luar rumah menunggu dengan perasaan gamang."Itu Gio, kan?" gumamku ketika melihat seorang lelaki yang sedang berdiri di depan rumah.Entah kenapa aku malah meneruskan langkah, membuka pagar dan menatapnya penuh tanda tanya. Dia bersama perempuan yang sangat aku kenal dan tidak sukai."Gio, kamu ngapain di sini?"Gio memutar tubuh, menatapku sedikit terkejut, sementara perempuan di sampingnya tersenyum miring seperti sedang mengejek. Mona lah perempuan itu dan memang dia selalu menganggap remeh orang lain.Aku tidak habis pikir kenapa dia bisa menjadi sepupu Gio padahal mereka tidak ada kemiripan sama sekali. Mona juga tidak memakai jilbab dan suka memamerkan kecantikan
Magbasa pa
Bab 45
"Siapa, Ay?"Aku tersenyum manis, kemudian membisikkan sesuatu di telinga Akbar. Dia menaikkan salah satu alisnya pertanda bingung. Tentu saja dia tidak mengenal lelaki itu karena mereka belum pernah bertemu.Meskipun aku belum tahu lelaki itu mau atau tidak, kita harus menanamkan rasa yakin dalam diri. Kalau memang Naima itu gadis yang buruk, tidak mungkin mertua memaksa Akbar menikah dengannya."Dia siapa? Kamu kenal di mana? Ada nomor teleponnya? Ketemu di mana nanti? Seberapa dekat?" cecar Akbar memasang air muka cemberut.Aku menggaruk hidung untuk menutupi senyum di bibir agar tidak ketahuan dengan Akbar atau dia akan marah. Setelah itu aku melangkah menuju dapur sengaja menggoda Akbar agar semakin penasaran."Sayang kok nggak jawab?" tanya Akbar lagi yang ternyata mengekor di belakang."Kalau nanya bisa satu-satu nggak? Ini aku bingung mau jawab apa."Akbar semakin cemberut, aku jadi tidak tega melihatnya. Akhirnya, pertanyaan itu aku jawab satu per satu dengan sangat hati-hati
Magbasa pa
Bab 46
Dalam perjalanan pulang, aku terus dilanda rasa gelisah. Bagaimana tidak, selain Rafael aku tidak punya kenalan lain yang belum menikah. Tentu saja Gio termasuk pengecualian karena sekali lagi hanya aku yang pantas untuknya.Bagaimana dengan Dani? Apakah dia mau menerima keadaan Naima yang merupakan perempuan korban pelecehan seksu4l?"Entahlah, mungkin sebaiknya aku tanyakan sama Dian saja," gumamku tidak sadar."Kenapa?" Rupanya Akbar mendengarnya. Aku hanya menggeleng, kemudian mengambil ponsel yang terletak di dashboard mobil mencari nomor seseorang.Sebenarnya hati sedikit ragu, tetapi mau bagaimana lagi? Aku tidak ingin dimadu sekalipun pernikahan ini bukan inginku. Perempuan mana pun akan merasa tersisihkan ketika ada yang kedua hadir dalam rumah tangga mereka.Apalagi kondisi Naima yang sedang hamil, menikah pasca melahirkan nanti. Tentu membuat Akbar lebih mengarahkan fokus padanya atau sebut saja pada anak yang dilahirkan.Aku sudah bisa menebak sejak awal, sekalipun anak ya
Magbasa pa
Bab 47
Setelah semalaman berpikir, aku akhirnya menemukan ide terbaik. Sepertinya memang pantas kalau sekarang itu aku menemui Gio setelah Akbar berangkat kerja. Bukan bagaimana, aku tidak habis pikir kalau seandainya Dani menolak tawaran itu dan meminta Gio sebagai gantinya. Kekasihku adalah orang yang paling tidak tega melihat perempuan sendirian sampai menangis pilu, dia akan bantu sebisa mungkin. Bahkan pernah di awal kedekatan kami, aku sampai cemburu lima hari gara-gara melihat Gio membonceng seorang perempuan di tengah derasnya hujan. Ternyata perempuan itu tidak dia kenal dan ditemukan menangis di jalan. "Dia tersesat, aku harus membantunya pulang karena dia tidak punya uang. Dia dicopet waktu beli obat buat ibunya. Waktu aku sampai, memang ibunya sedang sakit. Dia bukan asli sini dan tidak ada yang mau menolong mereka," jelas Gio. "Tapi kan gak harus ngebonceng dia. Aku aja jarang kamu bonceng, cuma sekali waktu kepepet. Sekarang masa dia kamu bonceng padahal bilang gak kenal?"
Magbasa pa
Bab 48
"Gimana? Jangan beri jawaban samar kayak gitu, Gio. Aku butuh kepastian biar bisa menentukan pilihan!" desakku."Pilihan apa? Aku memilih menerima tawaran dari Dani atau tidak itu bukan urusan kamu lagi. Kalau aku menerima, kenapa memangnya?"Pertahananku runtuh. Gio benar-benar sudah berubah bahkan tidak lagi segan untuk melukai hati ini. Biasanya dia akan berlemah lembut demi menjaga perasaanku sekalipun harus mengorbankan perasaannya sendiri.Gio yang aku kenal sudah hilang. Entah karena dia menunjukkan sifat aslinya atau hanya karena merasa tertekan oleh keadaan. Tidak ada yang tahu bagaimana hati dan pikirannya selama ini apalagi ketika berada di rumah.Melihat sang ibu yang keluar masuk rumah dengan lelaki hidung belang secara bergantian tentu membuatnya merasa frustrasi. Apalagi sekarang kami bertetangga, jadi dekat tapi terasa jauh."Jelas ini urusan aku, Gio. Hubungan kita belum selesai dan kamu nanya kenapa?""Hubungan apa?" Gio tersenyum tipis. "Sejak kamu menikah dengan Ak
Magbasa pa
Bab 49
Jam dua siang Akbar sudah tiba di depan rumah, aku bisa mendengar deru mobil itu. Aku langsung meneguk air yang memang sudah ada di meja makan tempatku duduk untuk meminimalisir rasa gugup.Bukan hanya gugup, aku bahkan gemetaran ingin menyampaikan hal ini. Sebenarnya aku merasa harus memilih Gio, tetapi nasihat Dian ...."Ay?""Iya?" Aku tersentak. Entah kenapa aku bisa seterkejut ini padahal sejak tadi sudah tahu dia tiba.Akbar menggeser kursi, kami duduk saling berhadapan. Aku melipat bibir berharap waktu berputar ke masa lalu.Tiba-tiba aku merasa bingung hendak menyampaikan apa. Tadi sudah nekat memaksa Akbar pulang lebih cepat dari kantor dan sekarang aku harus bagaimana?"Naima ... apa dia sudah punya calon suami?""Belum. Gimana temanmu?""Kalau misal temanku gak ada yang mau, apa kamu bakal nikah sama Naima?"Akbar mengedikkan bahu. "Mungkin saja kalau ayah sangat memaksa kehendak.""Jangan menikah sama Naima, aku gak mau kamu nikah sama dia.""Kenapa?""Karena aku mencintai
Magbasa pa
Bab 50
Begitu aku saling pandang dengan Akbar, segera jari telunjuk menempel pada bibir memberinya isyarat untuk tetap diam. Sekalipun terbakar api cemburu, aku selalu penasaran dengan pembicaraan mereka lebih lanjut.Kalau Akbar langsung melerai mereka, tentu aku tidak bisa tahu pasti hubungan keduanya itu sedekat apa. Beruntung hanya sedikit pelanggan atau Gio akan malu kalau saja ada rahasia yang terkuak."Gio, kamu jangan berani sentak-sentak aku, ya!" tekan perempuan itu terdengar seperti sebuah ancaman."Memangnya kamu siapa berani mengatur aku?" Gio tertawa pelan. "Kamu itu cuma seorang Steva yang ... harusnya kamu sadar dan kembali pada Tuhan, barulah lelaki beriman mau jadi suami kamu."Aku tersentak mendengar suara tamparan yang sangat keras. Apa itu artinya perempuan yang bernama Steva itu menampar pipi Gio? Berani sekali dia menyentuh kulit kekasihku.Gio tidak melawan, dia memilih diam dan kembali menikmati makannya seolah tidak terjadi apa-apa. Diamnya Gio adalah marah paling b
Magbasa pa
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status