All Chapters of PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN: Chapter 21 - Chapter 30
126 Chapters
Bab 21
Aku terhuyung masuk ruang kerja Akbar karena terlalu fokus mencari informasi sehingga tidak menyadari kalau pintu akan terbuka. Untungnya dia dengan sigap menangkapku.Mata kami beradu pandang untuk beberapa saat, tetapi tidak menemukan bau-bau perselingkuhan. Ataukah dia yang sudah lihai menutupinya?"Telepon sama siapa, By?" tanyaku sengaja setelah memperbaiki posisi."Teman." Akbar memaksakan senyum. "Kamu nguping, ya?""Enggak. Siapa yang nguping! Tadi juga mau bicara sesuatu, tapi yaudah, kayaknya ada yang lebih asik!" tandasku meninggalkannya.Padahal beberapa hari lalu dia yang memintaku memanggil 'By' yang berarti Baby, sementara aku dipanggilnya 'Ay' yang berarti Ayang.Sekarang? Dia bahkan kaku dan aku tidak merasa tangan ini dicekal untuk memberi penjelasan. Pernikahan yang semakin tidak kuimpikan ini menambah sesak di dada saja.Kalau tahu Akbar punya kekasih, aku tidak akan menerima perjodohan ini atau mungkin memilih kabur dari rumah. Tidak peduli apa kata tetangga, dari
Read more
Bab 22
POV Gio___Setelah kepergian Ayu, aku merasa semakin bimbang. Pertahanan yang sudah dibangun kuat selama ini goyah dalam satu detik. Aku merasa cinta untuk Ayu semakin menggelora.Sejak dulu hingga kini, aku merasa tidak rela kalau sampai perempuan tadi terluka oleh lelaki lain yang juga mengaku mencintainya. Akbar. Aku akan membuat perhitungan dengannya.Namun, kali ini aku harus berangkat ke toko bunga. Tepat saat Ayu sah menjadi istri Akbar, aku berjanji akan bekerja di toko bunga Tante Dina. Dia adalah saudara ibu yang selalu membantuku sejak kecil."Ayu, kamu masih di sini?" tanyaku tidak percaya begitu melihat Ayu di depan gerbang."Gio?" Matanya merah, sementara kristal bening tidak pernah berhenti mengalir dari sana.Mata indah yang selalu aku rindukan kini basah oleh air mata, begitu pun senyum manis paling tulus milik Ayu sangat aku rindukan. Hati nuraniku berbisik kalau dia sudah menjadi istri orang lain dan haram bagiku untuk memilikinya.Jika bukan karena iman, sudah lam
Read more
Bab 23
"Dian, kamu jangan salah paham. Aku membuka blokir Ayu itu karena kasian sama dia. Emang kamu gak kasian apa kalau Ayu nanti sakit hati gara-gara Akbar ternyata punya kekasih? Kemudian aku panggil dia dengan sebutan 'Ay' itu karena kecoplosan aja. Gak usah prasangka buruk, sebagian prasangka itu dosa!" kilahku panjang lebar. Dian tertawa kecil di balik telepon. "Prasangka buruk?" "Iya, kamu sudah prasangka buruk sama aku, kan? Aku juga inget dosa, Dian. Gak mungkin aku menikahi Ayu yang jelas-jelas sudah sah jadi istri Akbar walau hanya status." "Gio, semua orang yang selingkuh, mendua, mengkhianati suami atau istrinya itu rata-rata ingat dosa bahkan lebih dari tahu kalau hal itu dosa. Jangan mentang kita udah salat lima waktu, maka gak mungkin bisa lakukan dosa lagi. Bisa dan sangat bisa, Gio!" Aku menggaruk kepala yang tidak gatal. Rupanya Dian sama saja dengan Dani, tidak terlalu setuju kalau aku menunggu Ayu kembali. Mereka berkata demikian karena tidak sedang menempati posisi
Read more
Bab 24
"Tidak, Tante. Dia cuma beli bunga. Ayu juga cerita tentang pernikahannya yang bahagia serta sudah melupakan aku. Aku pun sama sudah melupakannya dan menganggap Ayu sebagai teman saja, tidak lebih."Mata Bu Nur memicing. Dia seperti tidak percaya pada apa yang aku jelaskan. Heran saja, kenapa ibu dan anak itu bisa sampai ke sini? Apakah kebetulan atau memang sengaja?Beberapa menit hening, akhirnya Bu Nur mengangguk. Dia mengikuti salah satu pelanggan tetap toko buka ini untuk memilih yang paling indah dan memikat di matanya."Aku mau yang ini, Gio!" Tunjuk Bu Devi pada salah satu bunga yang sangat indah."Pure White Classique de Rose hanya berkisar satu juta." Aku menjawab dengan senyum manis.Seperti biasa, Bu Devi akan menautkan ibu jari dan telunjuknya sebagai pertanda setuju. Aku dengan cekatan memasukkannya ke dalam kemasan khusus packing, kemudian menyerahkan dengan sangat hati-hati pada Bu Devi.Sebelum pergi, dia sempat berkata, "besok pagi sediakan lima bunga mawar Princess
Read more
Bab 25
PoV Ayu____Deru mobil terdengar memasuki halaman rumah. Aku langsung keluar meminta si Mbok membuka pintu. Sejak tadi aku membantunya mengemas barang sekaligus bercerita banyak hal.Rupanya Mbok Marni sudah lama bekerja di rumah Akbar dan sekarang harus pisah gara-gara aku yang ingin hidup bebas di rumah ini.Akbar masuk dengan senyum semringah. Dia membawa buket mawar besar sekali serta paper bag menggantung di kedua tangan si Mbok."Buat kamu!" Akbar mengulurkan buket itu.Aku menerima dengan hati bahagia dan menganggap itu hadiah dari teman, mengingat Akbar pasti sudah membeli hadiah untuk kekasihnya yang ditelepon tadi malam.Buket ini besar sekali, bahkan sangat besar sampai aku tidak melihat wajah Akbar. Berbeda dengan setangkai mawar yang diberikan Gio pagi tadi.Walau begitu, setangkai mawar itu lah tanda cinta paling serius walau harganya tidak seberapa sementara buket ini ... kisaran satu juta lebih."Paper bag ini mau ditaruh di mana, Pak?""Yang biru buat Mbok, yang puti
Read more
Bab 26
Aku segera berlari menghampiri Gio setelah menyambar jilbab bergo. Napas sedikit tersengal, tetapi mau bagaimana lagi. Aku bahkan rela mendaki gunung detik ini juga asal bisa bertemu sang penawar rindu.Begitu pagar rumah terbuka, aku langsung merentangkan tangan menyambut dengan senyum semringah. "Selamat pagi, Gio!""Ayu?!" pekik Gio dengan suara tertahan. "Kamu ngapain di sini?""Nyapa kamu. Kenapa memangnya?"Gio melirik ke kanan dan kiri. "Ya gak apa-apa. Sebagai tetangga yang baik memang harus saling sapa. Tapi, apa suami kamu tahu kalau kamu mau mampir ke sini?""Enggak," balasku enteng.Lelaki di hadapanku menepuk jidat. Dia kemudian melangkah cepat pada kuda besi yang sedang dipanaskan. Aku mengekor dari belakang berharap Gio menyampaikan sesuatu yang bisa membuat hati meleleh.Namun, sepertinya tidak akan ada kalimat istimewa yang aku dapat pagi ini karena dia telah memasang helm di kepalanya. Gio melirikku sekilas, kemudian berkata, "jangan pernah melakukan hal ini lagi, Ay
Read more
Bab 27
"Kamu gak bisa? Kenapa?"Aku membuang napas kasar. Tidak mungkin jujur pada Akbar kalau sebenarnya aku tidak akan menjalani tugas sebagai istri karena hati ini hanya untuk Gio seorang.Mungkin kata orang aku akan dikutuk malaikat karena menolak ajakan suami. Entahlah, Dian memang sangat aku butuhkan untuk saat ini."Kenapa gak bisa, Ayu?" Kali ini Akbar bertanya penuh penekanan."Ya gak bisa, By."Akbar berdecih, aku tahu dia sangat kecewa perihal penolakan ini. Andai saja tidak ada kisah dengan Gio, aku akan dengan mudah menerimanya sebagai suami.Cintai tidak bisa dipaksa, hati pun tak bisa dikelabui."Gak bisanya karena apa? Apa kamu masih belum bisa nerima aku sebagai suamimu atau karena ada orang di masa lalu yang masih terus mengusikmu? Katakan, Ayu!".Aku menggigit bibir menahan tangis agar tidak tumpah tepat ketika Akbar menggoyang-goyangkan bahuku. Namun, semua sia-sia karena sekarang tangis telah meledak.Sepertinya aku memang harus bersandiwara juga malam ini agar bisa lolo
Read more
Bab 28
Setelah memasak nasi goreng kesukaan Gio, aku lekas menaruhnya ke dalam rantang serta lauk ayam dan juga sosis. Keperluan dapur sudah lengkap karena Akbar katanya bisa makan yang so food jadi tinggal goreng saja.Sebenarnya tadi niat masak dulu baru mandi, tetapi karena merasa gerah, jadi mandi dulu baru memasak. Untung rumah ini dilengkapi AC jadi tidak akan berkeringat. Masalah rumah mah tinggal disapu juga bersih, tidak harus mengepel.Aku membuang napas kasar, saat melirik ke jam dinding, rupanya sudah menunjuk angka sepuluh. Berarti sebentar lagi perut Gio akan keroncongan, kemudian setelah melihat apa yang aku bawa, dia tidak akan menolak."Assalamualaikum!""Itu pasti Dian!" gumamku berlari kecil ke depan. Ketika daun pintu sudah terbuka, aku melihat sosok perempuan yang selalu memakai jilbab ke mana pun. "Wa'alaikumussalam. Masuk gih!""Abis ngapain?"Yup, itu merupakan pertanyaan basa-basi karena aku bukan sedang memakai daster seperti istri pada umumnya melainkan pakaian unt
Read more
Bab 29
"Allahumma inni as'aluka bihaibati wabisathwati jalaalika an taj'ala mahabbaty Gio Syaputra bin Setiawan wa an tulqil mawaddata wal mahabbata fi qalbihi wa 'athfihi 'alayya bifadhlika yaa kariim."Tangan masih menengadah ke langit, aku menghela napas panjang, lalu melanjutkan rapalan doa."Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu, berkah wibawa keagungan-Mu dan amukan keluhuran-Mu, agar engkau jadikan kecintaan di dalam hati Gio Syaputra bin Setiawan. Dan resapkanlah kecintaan dan kasih sayang terhadapku di dalam hatinya. Dan cenderungkan ia padaku lewat anugrah-Mu. Wahai dzat Yang Maha Mulia."Setelah mengusap wajah, aku langsung melipat mukenah. Baru kali ini aku telat melaksanakan salat asar gara-gara tidur kelamaan. Habis bagaimana lagi, mimpi tadi siang terlalu indah.Sebuah mimpi di mana aku dan Gio berdiri di atas pelaminan yang sangat indah. Kursinya terbuat dari emas sementara para tetamu nampak bahagia dengan hidangan yang kami suguhkan.Rasanya bait-bait doa tidak lengk
Read more
Bab 30
"Dengan Dian. Besok aku mau berkunjung ke rumahnya. Apa boleh?"Akbar sedikit berpikir, tetapi aku tetap menunggu keputusannya. Walau tidak diizinkan, kaki harus melangkah pergi entah ke mana. Aku merasa hidup tidak berguna lagi begitu takdir memisahkan sepasang kekasih yang berangan hidup bersama.Rasa sedih begitu membelenggu jiwa padahal jujur dalam salat aku selalu berdoa kepada Allah agar hati ini lapang serta sabar menerima kehadiran Akbar. Aku juga meminta agar bisa melupakan Gio, tetapi sepertinya semua butuh waktu.Aku tidak boleh menagih Tuhan untuk menyegerakan keinginanku karena Dia tidak pernah salah dalam menentukan takdir. Akan tetapi, apakah salah kalau Gio tidak pernah luput dari ingatan?"Bisa. Cuman jangan lama-lama di rumah orang. Gak enak, siapa tahu dia juga ada keperluan di luar sana," jawab Akbar akhirnya."Iya.""Kok mukanya sedih begitu? Apa ada masalah? Kalau memang ada, cerita dong!"Aku hanya melirik Akbar sekilas yang sedang memakai kaos rumahan. Hati res
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status