All Chapters of Perkara Mahar Satu Miliar: Chapter 41 - Chapter 50
76 Chapters
Bab 25. A
Bu Nendah telah tidur akibat reaksi obat, Naura menatap wajah bersih nan pucat yang sedang terlelap itu dengan hati yang pilu.Bu, kapankah kita bisa mengobrol berdua dan tertawa lepas bahagia?Aku sangat rindu, cepatlah sembuh, Bu.Tanpa sadar setitik air jatuh dari matanya."Sabar ya, Bu Naura, Bu Nendah sedang dalam tahap penyembuhan, sejauh ini perubahannya sangat jauh meningkat, terus dekati dia, ajak Bu Nendah untuk dekat pada Allah, misal dengarkan murotal atau dengarkan ceramah yang menyentuh hatinya."Saran dari Dokter Tika masih terngiang saat ia pulang, kali ini Naura membiarkan Feri mengantarkan Bi Nani sendiri setelah barusan membeli banyak oleh-oleh untuknya."Maaf ya, Bi, aku ga ikut nganterin, kapan-kapan main ke sini, langsung telpon aja nanti suamiku jemput," ujar Naura mengantar sampai teras rumahnya."Ga apa-apa, Neng, istirahat aja. Rumahnya bagus nanti Bibi ajak pamanmu tapi harus naik motor.""Gampang nanti aku bawa pasukan Genk motor buat jemput Bibi." Naura te
Read more
Bab 25.B
"Ya kalau udah jelas sering lihat mereka bersama berarti mereka emang bener ada hubungan, masa Ibu salah kalau ngelaporin ke Bapak, waktu itu Ibu kasihan bukan ngebet mau balikan!"Bu Rita masuk ke dalam rumah demi tak ingin terlihat cemas oleh suaminya, bagaimana pun ia takut Pak Endang akan kembali pada mantan istrinya.Gegas ia masuk ke kamar Dara dengan tergesa, putri bungsunya itu sedang fokus membuat surat lamaran kerja meski fisiknya belum pulih sempurna."Dara, coba kamu cari tahu tentang ibu kandungnya si Naura, Ibu penasaran banget dia sekarang kaya gimana."Dara gadis pemalas itu berdecak merasa terganggu dengan kehadiran sang ibu."Mau ngapain sih ah, ga penting banget," jawab Dara tanpa menoleh"Ini penting buat Ibu, bapakmu udah ketemuan sama ibunya si Naura itu, kamu mau bapakmu selingkuh sama ibunya si Naura."Dara merenung sejenak, lalu menoleh"Iya juga sih, tapi gimana cara cari tahunya, Bu?" Dara kembali fokus pada lembaran kertas di hadapannya."Ya kamu mikir lah,
Read more
Bab 26.A
"Duh capeknya," lirih Feri sambil membaringkan tubuh di sofa putih tulang itu, satu Minggu yang lalu mereka baru membelinya.Naura tersenyum hangat sambil memijat kening sang suami, pijatan itu membuat mata Feri terpejam merasakan kenikmatan yang istrinya ciptakan."Duh, Sayang, kamu cocok deh jadi tukang pijat," gumam Feri masih dengan mata terpejam."Selain jago masak istri Mas ini ternyata jago mijat sebentar lagi pasti jago goyang." Feri terkekeh.Naura langsung sebel jika Feri ngomong menjurus hal ke sana, ia mengeraskan pijatannya dengan sengaja."Aw! Ga gitu juga kali, Yang." Refleks Feri terbangun dan menatap wajah istrinya sambil merenggut."Abisnya Mas ngomong mesum terus sih, bikin sebel!""Siapa juga yang ngomong mesum, maksud Mas itu goyang gergaji, goyang inul atau goyang itik. Kamu nih yang mesum." Telunjuk Feri menuju ke Naura tanda mengejek.Mata Naura membeliak. "Tahu ah, aku mau beli kulkas beliin ya." Naura merengek manja."Siap, hari ini juga on the way, tapi kasi
Read more
Bab 26.B
"Saya udah ga mau pakai jasa Bapak lagi, tapi kalau Papa saya masih mau pakai jasa Bapak ya terserah."Pak Anwar manggut-manggut, ia terima hal menyakitkan ini karena memang sudah konsekuensi atas kecerobohannya yang selalu meminjam mobil Feri pada Alvin."Terima kasih, Nak Feri. Dipecat pun saya terima asal Nak Feri memaafkan kesalahan saya, dan Pak Bagus juga sepertinya sudah terlanjur kecewa, saya terima jika keluarga Nak Feri memutuskan memecat saya."Ada rasa perih menyelusup ke dalam hati Pak Anwar, saat ini ia butuh banyak biaya untuk anaknya, tapi yang terjadi malah kehilangan pekerjaan."Baguslah kalau Pak Anwar ngerti, saya juga minta maaf belum bisa jenguk anak Pak Anwar," ujar Feri, padahal sebenarnya ia masih kesal dengan kelakuan Alvin."Ga apa-apa, Nak, Bapak ngerti kalau gitu Bapak permisi."Feri hanya mengangguk tanpa berniat mengantarkan ke teras. Mereka berdua sempat melamun sejenak, apalagi rasa bersalah tiba-tiba hadir di hati Feri."Yang, kira-kira aku salah ga y
Read more
Bab 27
Sorakan dan suara tertawa pasien lain mengundang perhatian petugas jaga, mereka menghampiri ke taman belakang."Ya ampun ada apa itu? Ayo cepet." Salah satu penjaga menyeru temannya yang lain untuk melerai.Mereka sekuat tenaga melumpuhkan Bu Nendah yang sedang bringas seperti kerasukan, amarah yang terpendam berpuluh-puluh tahun lamanya kini terlampiaskan, wanita yang kini hampir sembuh dari gangguan jiwanya itu nampak belum puas, ia masih meronta ketika petugas jaga memegangi tubuhnya."Lepasin! Aku mau bunuh dia! Dia udah bawa anakku kabur!"Petugas yang lain serta dokter akhirnya berhamburan datang, mereka membantu membawa Bu Nendah ke dalam hendak diberikan suntikan penenang."Awas kamu ya nanti akan kubunuh!" teriak Bu Nendah, petugas bekerja secar gotong royong membawa Bu Nendah masuk ke dalam."Bangun, Bu, sakit banget ya." Dara terlihat khawatir dengan keadaan ibunya yang masih tergeletak di rerumputan hijau Petugas jaga menghampiri."Ibunya kenapa, Mbak? Atau mau dibawa ke
Read more
Bab 28.A
"Aku tahu Dara tuh tadi ga pingsan beneran, masa aku klitikan kakinya langsung bangun."Naura menggerutu di belakang, Feri yang sedang mengendarai motor pun berpikiran begitu, ada yang aneh dalam diri adik iparnya, masa tiba-tiba pingsan?"Mas, kayaknya Dara suka sama kamu deh." Sudah sampai di rumah pun Naura masih kepikiran tingkah adiknya itu, Feri menyenderkan punggung di sofa."Dia juga ngelamar di pabrik, Yang, kemarin pas istirahat dia nemuin aku loh."Naura sedikit terkejut, ia tahu betul seperti apa Dara, anak pemalas jangankan mencari kerja, celana dalamnya saja ibu yang mencuci, bahkan kamar berantakan pun ia cuek saja."Tuh 'kan pasti dia ada maunya, setahu aku Dara itu orangnya paling males kalau disuruh kerja."Feri nampak bingung."Menurut kamu Mas harus terima atau ga ya lamaran Dara di pabrik?" tanya Feri."Dia bilang ibunya yang menyuruh dia bekerja gantiin kamu, karena setelah kita menikah ibu ga punya pemasukan lagi," lanjut Feri.Ingin sekali Naura mengatakan tid
Read more
Bab 28.B
"Turunin dong, Mas," bisik Naura, ia pun tak kalah maulu dari suaminya."Ah engga, kata siapa." Feri menurunkan sang istri dari gendongan.Bu Nisya hendak berbalik pulang tapi ingat di jalanan sedang macet, terpaksa ia duduk di sofa."Lanjut aja, biar Mama di sini istirahat dulu." Bu Nisya senyum-senyum."Lanjut ngapain, orang kita lagi becandaan iya ga, Yang?" Feri melirik istrinya.Duh malu banget "Iya beneran, Ma. Aku buatin minum dulu ya." Naura segera ke dapur.""Loh kok ke situ, Yang, dapur 'kan di sana," sahut Feri saat melihat istrinya salah jalan.Naura menepuk jidat, gara-gara kepergok mertua ia mendadak pikun."Oh iya iya." Ia hanya bisa terkekeh sedangkan Bu Nisya mesem-mesem sambil geleng-geleng kepala.Bahagia sekali melihat anak mantunya bahagia, tak lama Jeni masuk."Eh ada Kak Jeni juga, ayo duduk, Kak." Ajak Naura dengan ramah.Perempuan yang belum memiliki anak di usia pernikahan ke enam tahun itu pun sibuk melihat-lihat isi rumah Dara.Perabotannya belum lengkap,
Read more
Bab 29.A
Dara dan ibunya begitu bahagia, sepanjang jalan mereka cekikikan selepas pulang dari rumah Ki Joko--seorag dukun kampung--"Aku ga sabar, Bu, lihat Naura mewek karena suaminya berubah dan kepincut cewek lain," ujar Dara sambil mengendari motor yang dahulu milik Naura.Motor itu tak jadi dijual lantaran Bu Rita selalu membutuhkannya untuk bepergian, apalagi kini ia merintis usaha online, sangat membutuhkan untuk mengantar pesanan."Kita lihat aja nanti lama-lama si Feri bakal bosan sama istrinya," jawab Bu Rita yang berada dibelakang putrinya.Motor telah sampai di halaman rumah, begitu melihat ponsel Bu Rita teramat senang karena berbagai chat masuk dari beberapa pelanggan yang memesan dasternya.Sudah beberapa hari ini Bu Rita memulai bisnis daster, uang hasil menggadaikan rumah ia putar untuk usaha tersebut sehingga tak terlalu pusing untuk membayar cicilan ke rentenir."Lihat ini Dara, penglaris dari Ki Joko mulai bekerja, banyak chat masuk yang mau beli daster Ibu." Mata wanita me
Read more
Bab 29.B
Tiga hari kemudian telpon Dara berdering ia berjingkrak senang saat mengetahui nomor telpon perusahaan yang masuk."Ini pasti dari pabrik Kak Feri," gumamnya sambil menggeser gambar gagang telpon warna hijau."Halo iya pagi."...."Apa? Interview? Iya bisa, Bu, besok ya saya datang ke sana."...."Baik, Bu, wa'alaikumussalam."Dara menjerit dalam kamarnya, merasa senang akhirnya tujuan untuk mendekati bos pabrik itu berjalan lancar."Ibuuu!"Gadis itu berlari ke luar."Apaan sih?" Bu Rita sedang sibuk menggoreng ayam di dapur."Aku dapat panggilan dari pabrik besok suruh interview, duh ga sabar pengen cepet-cepet deketin Kak Feri."Mata Bu Rita membulat."Waah, ya ampun Ibu ikut seneng, pokoknya nanti kamu pakai baju bagus dan dandan cantik biar Feri kepincut sama kamu." "Pasti dong, hari ini aku mau belanja baju buat kerja ah, minta duit ya, Bu.""Tenang, pokoknya kamu belanja baju yang bagus yang pas di tubuhmu, supaya terlihat makin cantik di mata Feri." "Oh ya, Bu, sore ini juga
Read more
Bab 30.B
"Selamat ya besok bisa langsung kerja."Senyum di wajah Dara mengembang, tentu ia sangat gembira. Namun, sejak tadi ia risih melihat Pak Bagus mondar-mandir di ruang tempatnya wawancara."Terima kasih, Bu.""Sama-sama, kamu ditempatkan di bagian staff accounting, nanti bisa temui saya dulu ya sebelum kerja untuk mengikutinya arahan kerja kamu."Dara mengangguk."Baik, Bu"Wawancara telah usai Dara segera pulang tapi saat di parkiran Pak Bagus menghampiri, gadis itu berdecak kesal harusnya yang ngejar-ngejar itu Feri, kenapa harus aki-aki?Menyebalkan!"Kok buru-buru banget sih pulangnya?" "Ya terus emang mau ngapain lagi di sini? Wawancaranya juga udah beres." Dara mendelikkan mata.Mau mengeluarkan motor kesulitan karena terjepit motor lain dan terhalangi tubuh Pak Bagus, mau bertindak kasar pun tak enak secara dia komisaris utama di pabrik ini."Boleh ya saya minta nomormu, kamu 'kan udah jadi karyawan di sini, masa saya ga boleh punya nomor kamu."Aki-aki menyebalkan! Dari kemarin
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status