Semua Bab Perkara Mahar Satu Miliar: Bab 21 - Bab 30
76 Bab
Bab 15.A
Naura menatap Bu Nani dengan pandangan penuh tanya, berbeda dengan Feri ia sudah merasakan sesuatu ketika pertama kali melihat mata ibu mertuanya itu."Ibu sakit apa, Bi?" tanya Naura.Perempuan berdaster lusuh itu tersenyum. "Sebaiknya ngobrol di dalam yuk, di sini ga enak takut Eneng jijik."Naura menggeleng cepat. "Engga, Bi, cerita di sini aja, aku ga jijik."Bu Nani mengangguk."Teh Nendah depresi karena ditinggalkan bapakmu sekaligus berpisah dari Eneng, awalnya dia sering nangis sendiri terus melamun, makan ga mau, lama-lama Teh Nendah suka bicara sendiri, kadang nimang-nimang buntelan kain seolah itu anaknya yang dibawa pergi sama Endang."Bu Nani menyeka pelan sudut matanya yang basah, orang tua Bu Nani telah lama tiada, selama ini ia bertanggung jawab mengurus kakaknya yang depresi, karena saudara yang lain tak ada yang sudi mengurusnya."Kata orang Teh Nendah gila, Neng, padahal enggak, Teh Nendah cuma kangen sama anaknya," lanjut Bu Nani sambil menangis.Sedangkan wanita y
Baca selengkapnya
Bab 15.B
Bun Nani yang sedang membersihkan wajan pun tercenung sambil menatap keponakannya itu."Itu fitnah, Neng, sama sekali ga bener, bapakmu salah faham," ujar Bu Nani sambil menghela napas."Maksudnya" Naura semakin antusias, hatinya berdoa semoga tuduhan keji itu tak salah."Waktu itu bapakmu merantau kerja ke luar kota, dan ibumu di sini menunggu bapakmu pulang dua bulan sekali.""Waktu kecil Eneng sering sakit bahkan sering bolak balik ke rumah sakit, ibumu sering minta bantuan Kang Kosim buat antar ke rumah sakit pakai mobil pickup-nya, dari situlah fitnah dimulai," ujar Bu Nani."Kang Kosim itu duda, dan hanya dia yang punya kendaraan di kampung ini waktu itu.""Cuma itu aja, Bi? Masa cuma gara-gara itu Bapak salah faham," sahut Naura, hatinya mulai menyalahkan sang ayah.'Andai bapak dan ibu tak bercerai mungkin masa kecilku bahagia, hidupku tak tertekan oleh perangai ibu' batin Naura bicara."Bukan, Neng. Puncaknya waktu Teh Nendah pulang dari rumah sakit malam-malam sama Kang Kosi
Baca selengkapnya
Bab 16. A
(FLASHBACK)"Semalam aku lihat Si Nendah istrimu sama si Kosim berduaan dalam mobil pickup, malam-malam di tengah hutan, hujan lebat pula, coba kamu pikir mereka berdua kira-kira ngapain kalau bukan berzina di tempat sepi."Telinga Endang memanas mendengar laporan dari perempuan itu."Kamu yakin, Rita, yang kamu lihat itu si Nendah?" tanya Endang lagi, amarah mulai naik ke ubun-ubunnya.Ia lelah bekerja sebagai tukang bangunan di kota, harusnya sang istri bisa setia di kampung sana, begitu fikirnya."Yakin sekali, Endang, kalau kamu ga percaya telpon si Juri, semalam aku dibonceng dia, dia juga sama-sama melihat si Nendah berduaan dalam mobil." Rita janda dua anak itu menyeringai sambil menempelkan ponsel jadul ke telinganya."Gitu ya? Ya sudah aku mau telpon si Juri dulu, terima kasih infonya ya, Rit.""Sama-sama, sebagai teman aku ga rela lihat kamu dikhianati di belakang, Dang." Nada suara Rita sengaja dibuat lembut.Dada Endang terasa sesak, jika saja tuduhan perselingkuhan itu be
Baca selengkapnya
Bab 16.B
"Kamu jangan bohong, Rita, aku ga mau salah paham lagi sama istriku." Endang berusaha membela walau hatinya sudah panas."Aku ga bohong, kalau ga percaya silakan telpon tetangga Kang Kosim, mereka pada lihat kok."Begitu telpon terputus Endang langsung menelpon Bu Tarni, hanya nomor wanita itu yang dimiliki Endang, kebetulan rumah wanita itu berdekatan dengan Kosim."Iya bener, Endang, kemarin istrimu memang ke rumah si Kosim sendirian lagi, mereka juga sering jalan bareng, alasannya nganter ke rumah sakit, ga tahu setelah itu mereka jalan ke mana lagi," ujar Bu Tarni yang memang dasarnya tukang gosip.Jelas saja Endang meradang, keesokan harinya ia memilih mengabaikan pekerjaan dan pulang ke rumah hendak menumpahkan amarah."Aku ke rumah Kang Kosim cuma nganterin uang ongkos aja, Kang, cuma sebentar abis itu pulang lagi, kamu jangan dengerin apa kata orang dong." Nendah membela diri usai suaminya marah-marah begitu datang ke rumah."Halaah, semua tetangga di sana udah risih lihat sik
Baca selengkapnya
Bab 17. A
(MASIH FLASHBACK)Dengan penuh semangat Rita selalu datang ke rumah orang tua Endang, bahkan ia rela pinjam uang ke saudaranya demi untuk membawakan makanan juga mainan untuk Naura."Saya kasihan sama Naura, Bu, masih kecil harus jauh dari ibunya," ucap Rita sambil meletakkan Naura kecil di pangkuannya."Gimana lagi, Neng, ibunya ga bener lebih baik diurus kami di sini."Rita tersenyum tipis mendengar ibunya Endang menjelekkan saingannya itu."Saya sama Endang satu nasib, Bu, sama-sama di khianati," ujar Rita pura-pura sedih."Sabar, insyaallah lepas ini kalian dapat pasangan yang lebih baik." Ibunya Endang tersenyum, ia mulai suka pada Rita yang terlihat menyayangi Naura kecil.Sementara Nendah masih dilanda penderitaan siang malam, ke sana kemari ia mencari Naura tapi tak berhasil ditemukan."Aku harus cari Naura ke mana lagi, Bu?" Isakan Nendah terdengar pilu."Ibu juga bingung, bisa aja si Endang bawa anakmu ke Jakarta," sahut ibunya Nendah menduga."Mana mungkin, Bu, masa Naura y
Baca selengkapnya
Bab 17.B
Namun, sayang di jalan yang menanjak Rita berhasil menjambak kerudung Nendah yang lebar hingga Nendah tak bisa lagi melarikan diri."Hei kembalikan anakku!" teriak Rita.Warga yang lain menyusul dan berkerumun melihat aksi penculikan itu."Aku Nendah! Bukan culik! Aku mau mengambil anakku! Apa itu salah hah?!" teriak Nendah sambil terus mendekap tubuh putrinya.Mata Rita melebar, ternyata wanita yang menjadi saingannya itu bisa berbuat licik juga."Tapi Kang Endang melarang kamu membawa Naura! Sini kembalikan!" teriak Lina dari belakang.Seketika Rita bahagia mendapat dukungan dari calon adik iparnya."Memangnya kenapa hah?! Aku ibunya, berhak membawa dia!""Ibu macam apa kamu yang suka selingkuh membawa anak, kamu jadikan anakmu ini tameng untuk menutupi kebusukanmu!" Lina menunjuk wajah Nendah dengan bengis."Itu fitnah! Aku ga pernah selingkuh!" teriak Nendah, ia berusaha meneruskan langkah sambil menggendong anaknya, ia begitu rindu pada putri satu-satunya itu."Hei berhenti! Kem
Baca selengkapnya
Bab 18.A
Mata Naura terus berair kala membawa ibunya menggunakan mobil, di sampingnya Nendah diam terpaku dengan tatapan kosong Sungguh ia rindu pelukan tulus seorang ibu. Namun, nyatanya rasa rindu itu tak pernah berbalas saat sang ibu enggan menatap wajahnya.Teringat cerita-cerita yang keluar dari mulut Bu Nani tentang ibunya, membuat Naura merasa sedih, fitnah perempuan yang bernama Rita, benar-benar membuat keduanya menderita.'Aku akan membuatmu merasakan apa yang aku dan ibu rasakan, Bu,' gumam Naura dalam hati, ia sungguh benci pada perempuan yang mengaku sebagai ibunya itu.Perjalanan yang sangat jauh akhirnya berakhir di depan sebuah bangunan yang begitu luas, sebuah yayasan khusus untuk pasien yang menderita gangguan jiwa.Karena sebelumnya Naura dan Feri sudah ada janji dengan petugas di sana, mereka langsung masuk begitu saja tanpa harus banyak tanya.Nendah di periksa oleh dokter di dalam, sementara Feri dan Naura menunggu di luar."Gimana ibu saya, Dok?" tanya Naura begitu seor
Baca selengkapnya
Bab 18.B
Dara yang mendengar itu langsung melotot, siapa juga yang mau nikah sama tukang cilok, kalau tak ada anak yang kukandung sudah kutinggalkan lelaki itu, fikir Dara."Lagian cicilan perbulannya cuma sejuta dua ratus kok, Pak, dalam jangka waktu tiga tahun, lagian ini buat acara nikahan anakmu loh, bukan orang lain, jangan perhitungan lah," sanggah Bu Rita."Kamu itu ya, Bu, terus saja manjakan Dara, sekalipun keinginannya melampaui batas tetap kamu turuti, coba jadi ibu tuh yang bijak!""Sekarang kamu pikir gimana caranya kita bayar cicilan perbulannya, bukankah tiap bulan kamu ngeluh kekurangan uang?" Endang menatap sang istri dengan nyalang."Ya itu urusanmu, Pak, makanya jualan tuh yang bener, pakai penglaris kaya orang-orang, hari gini kalau jualan ga pakai penglaris ya ga dapat duit," sahut Bu Rita "Astaghfirullah! Pakai penglaris itu perbuatan syirik, Bu! Kamu mau selamanya kekal di neraka? otakmu makin hari makin ga waras!" Pak Endang buang muka."Bapak ga mau tahu ya, Bu, kamu
Baca selengkapnya
Bab 19.A
"Ikut aja, Pak, nanti juga Bapak tahu.""Ya udah Bapak ganti baju dulu." Endang masuk ke kamar sementara Naura menunggu di luar, terlalu lama berada di dalam rumah itu membuat hatinya perih.Kenangan kelam di masa kecil terus terbayang, ia sering dibentak oleh Rita, disuruh ini itu tanpa belas kasihan, jika sedikit saja melakukan kesalahan maka hukumannya lebih kejam.Lain lagi dengan Dara, sebesar apapun kesalahannya Rita selalu memaafkan dan memaklumi.Naura menunggu di teras, sesekali matanya melirik ke arah kerumunan ibu-ibu di rumah sebrang yang sedang membicarakan dirinya."Ayo, Ra." Pak Endang keluar "Kalian mau ke mana?" tanya Rita menyusul dari dalam diikuti oleh Dara di belakangnya.Naura tersenyum sinis." Jalan-jalan," jawabnya dengan jumawa.Semenjak tahu kebusukan ibu sambungnya itu rasa hormat di hati Naura terhadap dirinya seolah lenyap."Sombong! Bapak diajak jalan-jalan sementara perempuan yang udah ngerawat kamu dari kecil ga diajak?" Dara tersenyum sinis."Anak dur
Baca selengkapnya
Bab 19.B
"Kosim.""Dia adalah lelaki yang Bapak tuduh berselingkuh sama Ibu 'kan? lihatlah sampai saat ini baik Ibu atau Pak Kosim menjalani kehidupan masing-masing, kalau mereka selingkuh sudah sejak dulu mereka menikah," sergah Naura dengan puas.Endang lagi-lagi terdiam, rasa sesal mendadak hinggap di hatinya, ia mengaku Rita memang jauh berbeda dengan Endah.Wanita itu serakah, pemarah dan tidak sabaran, berbeda dengan Nendah yang murah senyum dan lemah lembut."Endang, saya dan Nendah tidak pernah memiliki hubungan apapun," ucap Pak Kosim, usianya memang lebih tua dari Endang."Dulu mantan istrimu itu memang suka meminta bantuanku untuk membawa Naura yang masih kecil ke rumah sakit, hubungan kami hanya sebatas itu ga lebih." Pak Kosim yang sudah renta membetulkan kacamatanya, kini ia beralih menatap Nendah di depan sana."Sebenarnya sejak dulu saya selalu meminta Nendah untuk membicarakan masalah ini baik-baik, tapi dia bilang kamunya ga mau, padahal saat itu aku sangat ingin memberikan p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status