Semua Bab Pesan Talak dari Suamiku: Bab 51 - Bab 60
67 Bab
Bab 51
Tanpa kata lagi, aku pun duduk di kursi yang ditunjuk oleh wanita muda tadi.“Ibu, Ibu Aletta ingin bertemu Bapak?” tanya seorang lelaki yang baru saja masuk.“Iya,” kataku dengan senyum ke arahnya. Dia adalah Dimas, supir ambulan di sini. Dia mengenaliku karena dulu dia yang membawa almarhum suamiku ke rumah sakit.“Mbak Lani, ini Ibu Aletta, istrinya Dokter Reza,” ujar Dimas pada si resepsionis.“Oh, maaf Ibu, saya tidak tahu kalau Ibu istrinya Dokter Reza. Mari, Bu saya antar ke ruangan Bapak,” ujarnya tidak enak. Dia keluar dari mejanya dan menghampiriku.Aku pun mengikuti langkahnya yang membawaku ke ruangan Reza. Setelah sampai di depan ruangan suamiku, Lani pamit untuk kembali ke tempat kerjanya.Aku membuka perlahan pintu dan masuk ke dalam. Kursi dan meja kerjanya kosong, Reza tidak ada di sana. Tapi aku bisa mendengar suara seseorang dari balik tirai penyekat.Dadaku bergemuruh saat telingaku menangkap ada suara seorang perempuan juga di balik tirai itu.“Kamu, kok waktu itu
Baca selengkapnya
Bab 52
“Permisi,” ucap seorang pria yang masuk ke dalam ruangan. Kami semua melihat ke arah pria paruh baya itu. Dia tercengang saat tatapan kami beradu. Dia kan ....“Ibu Aletta ada di sini? Maaf, saya lancang telah masuk tanpa mengetuk pintu,” ujar pria itu membungkukkan badan.Dia adalah Pak Handi—salah satu satpam di kantorku. Yang aku herankan ialah, kenapa dia datang ke sini?“Tidak apa-apa. Apa Pak Handi sakit?” tanyaku pada pria tua itu.“Oh, tidak, Bu. Saya kemari ingin menjemput Lita, dia anak saya. Maaf, saya tidak bisa masuk kerja karena harus mengantarkan anak saya berobat dulu,” ujar Pak Handi menjelaskan.“Tidak apa-apa, saya mengerti, Pak.” Aku memberikan senyum ramah kepada karyawanku ini.Aku melihat Lita yang wajahnya berubah tidak suka saat Pak Handi datang, apalagi Pak Handi berkata begitu sopan padaku. Ternyata wanita angkuh di sampingku ini adalah anak dari karyawanku. Aku kira dia anak pengusaha atau konglomerat, karena sikap dan penampilannya yang jauh dari kata sede
Baca selengkapnya
Bab 53
“Kau memanggilku?” tanyaku dengan bersidekap dada.“Apa ada orang lain di sini selain aku dan dirimu?” Lita balik bertanya.“Aku tidak punya urusan denganmu, aku harus pergi untuk mengurus hal yang lebih penting,” kataku hendak melangkah. Namun, Lita menahan lenganku.“Apa yang kamu inginkan dariku?”“Aku ingin kau berpisah dari Reza. Dia adalah milikku,” ucapnya dengan percaya diri.Aku tertawa sumbang mendengar kata yang keluar dari bibirnya. Aku tidak habis pikir, entah di mana letak rasa malunya wanita itu.“Kamu tidak salah bicara ‘kan? Harusnya kata-kata itu untuk dirimu sendiri. Aku adalah istri dari Reza, aku dan dia terikat ikatan suci. Seharusnya, kamulah yang pergi menjauh dari hidup Reza, dia itu milikku,” sentakku di depan wajahnya.“Kamu hanya istri di atas kertas. Reza hanya kamu jadikan pelampiasan atas kematian suamimu. Dia tidak benar-benar mencintaimu. Dia hanya mencintaiku. Kamu tidak tahu, ‘kan kalau dulu aku dan Reza adalah pasangan kekasih yang serasi.”Tidak so
Baca selengkapnya
Bab 54
Saat ini aku sedang berbelanja bahan makanan yang akan aku masak nanti. Rencananya, aku akan memasak makan siang untuk Reza. Meskipun, sudah tidak akan jadi kejutan lagi karena sudah ketahuan, tapi itu tidak mengurungkan niatku untuk membuatkan hidangan makan siang yang spesial untuknya.Setelah kurasa semuanya bahan dan bumbu lengkap, aku menyudahi belanjaku dan membayarnya di kasir. Aku keluar dari mini market dan berjalan ke arah apartemen Reza lagi. Namun, saat aku melewati sebuah toko pakaian, aku berhenti sejenak dan mengangguk-anggukkan kepala.Aku pun masuk ke dalam toko itu setelah sebelumnya menitipkan belanjaan sayur pada satpam penjaga toko.Untuk apa aku masuk ke toko pakaian? Tentu saja jawabannya untuk membeli baju. Karena apa? Karena jika masak nanti, bajuku akan kecipratan minyak dan bumbu dapur lainnya. Itu akan membuat tubuhku menjadi bau asap yang berkolaborasi dengan bau bumbu juga keringat.Jangan dibayangkan baunya tubuhku akan seperti apa, karena aku pun enggan
Baca selengkapnya
Bab 55
"Pakai dulu ini, nanti kamu akan tahu kejutan yang sebenarnya." Aku melingkarkan syal di kepala Reza hingga menutupi matanya."Ok, aku semakin penasaran, Al. Apa sebenarnya yang sedang kamu rencanakan untukku, hmm?""Sabarlah, nanti kamu juga akan tahu." Aku menuntun Reza masuk ke dalam. Aku mengarahkannya untuk duduk di kursi."Boleh aku membuka penutup mata ini?" tanya Reza."Tidak. Jangan sekarang, tunggu perintah dariku, ok?""Ok, Sayang."Setelah Reza duduk dengan aman dan nyaman, aku mematikan lampu dan menutup gorden jendela hingga tidak ada cahaya dari luar yang masuk. Cahaya lilin yang tadi sudah aku nyalakan, jadi sumber penerangan di ruangan ini. Sangat romantis.Setelah kurasa semuanya sudah siap, aku menghampiri Reza yang hanya duduk tanpa mengeluarkan kata. Aku memegang pundaknya dari belakang dan membisikan kata indah di telinganya."Za, aku mau minta maaf tentang kesalahpahaman diantara kita kemarin. Aku minta maaf, karena sudah tidak mempercayaimu. Aku minta maaf, kar
Baca selengkapnya
Bab 56
Aku melirik Reza yang duduk anteng menungguku mengambil nasi. Bagaimana aku mengatakan padanya kalau nasi yang dia tunggu masih berbentuk bulir beras yang utuh."Sayang, kok lama, kenapa? Susah ngambilnya, ya? Aku bantuin ya?""Jangan!" Aku mengangkat sepuluh jariku mengisyaratkan untuk dia tetap di tempatnya."Kenapa?" tanyanya heran."Emh, anu ... eh, gimana ngomongnya, ya?" Lidahku kelu, rasa malu, takut, kesal, bercampur menjadi satu.Aku berbalik melihat isi dari rice kooker itu. Isinya masih sama, beras mentah. Tidak berubah sama sekali meskipun aku sudah beberapa kali menutup dan membuka tutupnya."Kenapa, Al?" Tanya Reza yang sudah berdiri di belakangku.Dadaku berdetak sangat cepat. Buru-buru aku menutup rice kooker dengan keras."Ti-tidak apa-apa. Emh, gimana kalau kita makan di luar siang ini?" tawarku pada Reza."Aku yang traktir," lanjutku lagi.Reza mengernyitkan kening, dia menggeser tubuhku dan membuka tutup penanak nasi itu. Aku memejamkan mata dengan wajah yang meren
Baca selengkapnya
Bab 57
"Hey, kenapa? Jangan karena nasi yang kamu masak tidak matang, kamu jadi berpikir mau bunuh diri. Ngaco kamu.""Aku sedih aja, Za. Aku berharap makan siang ini jadi romantis, malah jadi dramatis," ujarku menatap Reza."Yang dramatis itu kamu. Aku mah enggak, lihat, nih aku malah sangat menikmati makan siang ini. Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah melupakan momen istimewa ini. Terima kasih ya, Al. Kamu sudah mempersiapkan semuanya untukku."Aku mengangguk dengan senyum yang dipaksakan.Aku juga tidak akan melupakan momen romantis yang paling memalukan ini. Di mana aku pernah jadi seorang istri yang ceroboh."Sayang, udah, dong jangan diam saja. Aku tidak suka, ya kamu malah diem terus begitu. Katanya ini hari spesial, tapi kamunya cemberut terus. Senyum, dong biar tambah cantik."Aku pun menarik kedua sudut bibirku."Nah, kalau gitu, kan aku jadi tambah cinta. Makan lagi, ya?"Akhirnya kami pun kembali melanjutkan makan siang. Tanpa nasi tentunya, karena berasnya yang enggan berub
Baca selengkapnya
Bab 58
Baru sebentar aku merasakan ketenangan dan kebahagiaan, kini aku harus kembali dihadapkan pada berita yang membuat tubuhku terasa lemas.“Za, cepetan bawa mobilnya,” ujarku menggoyangkan lengan kiri Reza.“Tenang, Al. Kalau kita grasa-grusu, nanti kita yang celaka.”Hatiku tidak bisa tenang, apalagi ini tentang Thalita. Putri semata wayangku. Semangat hidupku.“Aku takut, Za. Aku takut Thalita kenapa-napa.”“Berdoa Aletta, bukan hanya menangis saja,” ujar Reza. Aku tahu, dia berkata seperti itu karena dia juga mengkhawatirkan putriku.Perjalanan ke sekolah Thalita, berasa lama meskipun Reza mengendarai mobilnya dengan lumayan cepat.Kita sampai di depan sekolah Thalita, aku dan Reza turun dari mobil. Di sana sudah ada Niar juga Pak Ari. Keduanya menunduk, enggan menatap wajahku. Mungkin takut dan merasa bersalah.“Bagaimana kejadiannya, kenapa bisa seperti ini?” Reza memegang kerah baju Pak Ari. Sedangkan yang ditanya, hanya menunduk lesu.“Jawab!” Reza berteriak emosi.“Za.” Aku meme
Baca selengkapnya
Bab 59
Reza pun mengikuti saranku. Meskipun tidak ada petunjuk tentang siapa yang menculik Thalita, tapi aku berharap polisi bisa membantuku menemukannya.Suara ponsel di saku jas milik Reza membuat dia dengan terpaksa menghentikan laju mobilnya. Reza menepikan mobil di pinggir jalan yang sepi. Dalam hati aku berdoa kalau bukan dari klinik yang menghubungi Reza. Kalau telpon itu dari klinik, sudah bisa dipastikan Reza akan memutar arah.“Halo, siapa ini?”Aku mengerutkan kening, berarti bukan dari klinik.“Halo, siapa ini. Kenapa menghubungiku?” tanya Reza pada penelpon.“Siapa, Za?” tanyaku.“Tidak tahu, Al. Mungkin orang iseng.”Reza menyimpan ponselnya di dashboard. Baru saja Reza akan menyalakan mobil, dering ponsel kembali mengalihkan fokusnya.“Kamu saja yang angkat, Al,” ujar Reza.Aku pun mengambil ponselnya dan menggeser tombol hijau menerima panggilan.“Halo,” ucapku.“Mama!”Deg!Aku yang menyender, seketika menegakkan tubuh. Menajamkan pendengaran dari suara ponsel yang aku tempe
Baca selengkapnya
Bab 60
“Sanggupi, katakan pada mereka, aku menyanggupi memberikan uang satu miliar pada mereka, asal Thalita kembali dalam keadaan selamat,” lanjutku.“Ok, sekarang kita pulang dulu sambil menunggu kabar dari mereka tentang di mana mereka menyekap Thalita.”“Bukannya kita akan ke kantor polisi? Kita lanjutkan saja ke sana,” kataku mengingatkan.“Mereka melarang kita melaporkannya ke polisi, kalau kita nekad, nyawa Thalita taruhannya.”Ya Allah Tuhan. Siapa sebenarnya mereka? Kenapa mereka menculik anakku. Aku semakin tergugu, anakku, belahan jiwaku dalam bahaya.Reza membawaku pulang ke rumah. Sebenarnya aku tidak ingin pulang tanpa Thalita, tapi aku juga tidak ingin bertindak gegabah yang nantinya akan membahayakan Thalita.Bayang-bayang kehilangan orang yang aku sayangi sangat jelas mengganggu pikiranku. Aku sudah kehilangan Mas Mirza, dan sekarang aku juga kehilangan putriku. Tidak, aku tidak mau itu terjadi. Akan aku berikan apa pun yang mereka inginkan asalkan Thalita bisa kembali dalam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status