Semua Bab ISTRI UNTUK RAMA: Bab 21 - Bab 30
81 Bab
Lukman
Setelah kejadian dikantor Rama, Ikbal kembali ke kantornya tapi sampai di sana Ivy sudah menunggunya. Ivy melihat wajah Ikbal yang terlihat bengkak di bagian bibirnya langsung mendekati suaminya itu.“Ada apa dengan wajahmu Mas?” tanya Ivy yang berusaha memegang wajah Ikbal.Tapi Ikbal menepis tangan Ivy dan langsung duduk di kursi kerjanya.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Ikbal.“Aku hanya mampir karena kebetulan lewat saja,” sahut Ivy.“Aku banyak pekerjaan, kamu pulang saja sana,” usir Ikbal terlihat acuh dan mulai memeriksa berkas yang ada di mejanya.Ivy memandang Ikbal dengan kecewa, bukan sambutan seperti ini yang ia harapkan saat datang mengunjungi suaminya dikantor siang ini.“Ada apa dengan wajahmu mas?” sekali lagi Ivy bertanya karena penasaran.“Dipukul Mas Rama,” kata Ikbal. “Kenapa dia memukulmu?” Ivy terkejut mendengar perkataan Ikbal tadi.“Urusan pribadi dan kamu ngak perlu tahu,” kata Ikbal tidak peduli dengan raut wajah kecewa Ivy.“Kenapa Mas R
Baca selengkapnya
yuk bergosip...
Alfa dan Steven terus memandang Elsa dengan intens, mereka tak beranjak dari kursi yang ada di hadapan meja kerja gadis itu.“Jadi kemarin itu kenapa Sa?” Alfa mengedipkan sebelah matanya, “Kamu bertengkar sama cowok cakep kemarin karena dilarang dekat ya sama Pak Rama ?”“Pasti si bujang lapuk itu cemburu buta karena cewek cakep yang dia taksir banyak yang dekati?”Elsa hanya diam tak menggubris semua pertanyaan Alfa, dia memandang sekilas pada dua orang pria itu.Sementara Steven hanya jadi pendengar sahabatnya itu.“Aku yakin Sa, kalau tua bangka itu bakal bikin kamu ngak bisa dekat sama cowok lain, secara dia itu lagi usaha buat cari calon bini biar bisa mengakhiri status jomblo abadinya,” Alfa terlihat bersemangat untuk terus bicara, Steven hanya menggunakan kepalanya.“Mas Alfa ini sok tahu,” sahut Elsa.“Ya tahulah, dia itu memang lagi gencar-gencarnya usaha cari istri pasti malu sama umurnya yang sudah bangkotan,” sahut Alfa pasti.“Kamu tahu dari mana Fa?” tanya Stev
Baca selengkapnya
interogasi ala-ala
Adit terus memperhatikan Rama, dia memandang dari atas ke bawah beberapa kali. Sepertinya Adit pernah melihat pria yang ada di hadapannya ini, tapi entah di mana dia terus memandangi Rama dengan tajam. “Hanya atasan atau lebih dari atasan Kak Elsa?” Adit menyipitkan matanya. “Saya atasan sekaligus juga temannya Elsa,” jawab Rama tenang walaupun dalam hatinya dia sedikit geli dengan tingkah pemuda di hadapannya ini. “Teman dekat atau lebih dari dekat?” tanya Adit. “Teman dekat, juga lebih dari dekat,” Jawab Rama. “Maksudnya, Bapak sedang pedekate begitu sama Kak Elsa?” Adit mencondongkan tubuhnya, “Memang usia Bapak ini berapa?” “39 tahun.” “Sudah menikah?” “Belum.” “Bercerai?” “Belum pernah bercerai, karena belum menikah,” Rama tersenyum kecil. “Oh iya betul,” Adit menganggukkan kepalanya, “Sudah punya pacar?” “Belum.” “Kenapa belum?” “Saya tidak tahu.” “Kenapa bisa tidak tahu, secara Bapak ini sudah bisa di sebut lebih dari sekedar pria dengan usia yang matang?” cecar
Baca selengkapnya
salah paham terus
Wajah Rama langsung berubah masam saat melihat siapa orang yang sudah berdiri di hadapan mereka.Elsa yang masih bingung, melihat pada Rama dan juga orang yang berdiri di hadapannya itu secara bergantian. “Ibu, Bapak kok ada di sini juga?” tanya Rama berdiri menyambut pasangan tua itu.“Ini kan pernikahan anak teman Ibu juga Rama,” sahut Ibu Tri yang kemudian melihat pada gadis bersama Rama, “Siapa ini Rama? Pacar kamu ya cantik banget.”Elsa dan Rama langsung salah tingkah mendengar perkataan Ibu Tri itu, tapi gadis itu langsung bangkit dan menyalami kedua orang tua Rama dengan mencium tangan mereka.“Bu kenalkan ini Elsa, teman...” Rama tak melanjutkan perkataannya ketika melihat Ibunya langsung memeluk Elsa dan mencium kedua pipi gadis itu.“Ibu senang akhirnya bisa ketemu sama kamu, Rama ngak pernah mau kenalkan pacarnya sama kami mungkin dia malu untuk memperkenalkannya sama kami,” kata ibu Tri yang terlihat sedih.“Bu ...ini...” belum selesai Rama bicara Ibunya kembali
Baca selengkapnya
salah paham terus
Rama terlihat tersenyum kaku melihat lima pasang mata memperhatikan dirinya, seolah sedang memberikan penilaian untuk dirinya.Apalagi Elsa pergi meninggalkannya ke kamar untuk pergi berganti pakaian.“Jadi kamu teman satu kantor dengan Elsa ya,” tanya Ibu Sumi.“Iya Bu benar,” Rama menganggukkan kepalanya.“Sudah lama kenal dan dekat sama Elsa ya?” Sumi lanjut bertanya.“Sudah lama Bu,” Rama menganggukkan kepalanya.“Berapa lama?” kali ini Bandi yang bertanya.“Sudah delapan tahun,” jawab Rama“Lama juga ya, kok Elsa ngak pernah kenalin sih?” tanya Sumi heran.“Mungkin karena belum ada kesempatan saja Bu,” Rama mulai merasa canggung. “Jadi dekatnya sudah lama atau baru saja?” tanya Bandi.“Dari kenal kita sudah dekat pak,” sahut Rama.“Berapa umur sekarang?” tanya ibu Sumi.“39 tahun Bu,” jawab Rama menarik napas pelan.“Menurutmu Elsa gadis seperti apa?” Sumi terus bertanya.“Dia gadis yang baik.” “Hanya baik?” tanya ayah Bandi.“Dia juga cantik dan pintar.”“Tap
Baca selengkapnya
ACDC
Danu merasa seperti pesakitan ketika pandangan Rama tak pernah lepas dari menatap tajam padanya.“Aku benar-benar terpaksa, bude Tri..”“Terlalu banyak alasan.” “Dia yang menyuruh...”“Hem ..”“Ibumu yang merancang semuanya.”“Begitu?”“Aku hanya melaksanakan perintah dari Bude Tri.”“Dia mengancam kalau aku tidak mau ikut, maka Ibumu akan membuat aku di talak oleh istriku.”“Berapa usiamu Danu?”“Kita seumur, apa kamu lupa?”“Berapa kali kau menikah.” “Dua kali, apa kau juga lupa?”Rama menggelengkan kepalanya, “Tidak, aku tidak lupa.”“Lalu kenapa kamu bertanya?”“Dimana-mana suami yang menjatuhkan talak, bukan Istri.”Danu menjadi tersenyum kecut, “Aku lupa, semua gara-gara Ibumu.”“Bagus, ini kesempatan terakhir yang aku berikan padamu kalau kau berani ikut campur maka aku benar-benar akan memintamu turun dari jabatan yang sekarang,” ancam Rama.Saat Rama akan pergi keluar ruang kerja Danu, sahabat sekaligus partner kerjanya itu memanggil.“Ram, kenapa kau tak
Baca selengkapnya
tukang paksa
Lukman berjalan memasuki private room restoran dan di sana beberapa orang yang sedang duduk di meja melihat kedatangannya.“Lukman.”“Tante, sorry telat.”“Tidak apa-apa, Tante dan Om Ferry juga Jasmine juga baru datang.”Lukman melihat pada orang yang di tunjuk, seorang pria yang usianya separuh baya tapi masih tampan dengan tubuh yang masih terlihat bugar.“Om Ferry, apa kabar?” Lukman menyalami pria itu.“Baik, Om senang akhirnya bisa bertemu denganmu tidak hanya lewat cerita dari Amara saja.”“Iya Om, Lukman juga senang akhirnya bisa bertemu langsung.”Lukman menoleh pada gadis cantik dengan wajah blasteran Eropa yang pernah dia lihat di perusahaan Amara waktu itu, terlihat gadis itu menatap tajam penuh selidik pada Lukman.“Lukman kenalkan ini Jasmine, putri angkat kami,” Amara memberi kode pada Jasmine untuk berkenalan dengan Lukman.“Jasmine.”“Lukman.”“Ayo Lukman duduklah di sebelah om Ferry, Tante sudah pesan makanan kesukaanmu.”Lukman duduk di sebelah Ferry, s
Baca selengkapnya
pertemuan tak terduga
Danu terus melirik Rama yang terlihat serius membaca surat penawaran kerja yang akan mereka ajukan pada rapat yang seharusnya sudah mereka lakukan dari satu jam yang lalu.“Kenapa mereka lama sekali?” Danu mulai tidak sabar, “Seharusnya mereka memberi kabar sebelumnya kalau rapat ini di undur.”“Ini sudah hampir satu jam kita menunggu,” keluh Danu, “Mereka benar-benar tidak profesional.”“Sabarlah, mungkin sebentar lagi,” sahut Rama.“Kalau bukan karena proyek besar yang mereka tawarkan, mungkin lebih kita pergi saja dari sini,” sungut Danu.“Apa kau tahu kenapa rapat ini bisa tertunda?” tanya Danu, Rama hanya menggelengkan kepalanya.“Sekretarisnya itu ternyata lupa untuk mencatat ulang tentang pertemuan ini, akan aku beritahu pada Pak Alex agar dia memarahi dan memberi sanksi pada atas kecerobohan sekretarisnya itu nanti,” Danu terdengar kesal.Pintu ruang rapat itu terbuka, Danu juga Rama langsung melihat kedatangan beberapa orang yang memasuki ruangan itu.“maaf Pak Danu,
Baca selengkapnya
bab 29
Walaupun rasa lapar sudah melanda, Elsa dengan sabar berada dalam barisan untuk antri memesan makanan.“Sa,” seseorang menepuk bahu Elsa.Gadis itu segera menoleh dan melihat seorang pria dengan wajah oriental yang berdiri di sampingnya.“Mas Lukman,” Elsa langsung tersenyum pada pria itu.“Lagi antri juga,Sa?”Elsa mengangguk, “Mas Lukman kok bisa di sini?”“Aku kebetulan ada pekerjaan di dekat sini, jadi aku mampir buat makan siang,” “Sendirian saja Mas?’“Iya Sa, kamu juga sendirian?”“Iya Mas.”“Ngak sama Abang Madan?”“Ngak.”“Memang dia kemana?”“Aku kurang tahu Mas.”Lukman ingin kembali bertanya tapi urung karena giliran mereka untuk pesan makanan sudah tiba.Elsa dan Lukman segera mencari tempat duduk saat selesai memesan makanan.“Terima kasih Mas, Elsa jadi ngak enak di traktir terus sama Mas Lukman.”“Biasa saja kali Sa.”Obrolan mereka terhenti saat makanan pesanan mereka datang.“Jadi kamu sama Abang Madan itu sudah bersahabat dekat sejak lama?” tany
Baca selengkapnya
Bab 30
Ferry melihat kembali kertas yang ada di tangannya, ini alamat yang di berikan oleh detektif yang ia sewa untuk mencari keberadaan Elsa setelah dia tahu kalau putrinya itu ada di kota yang sama dengannya.Rumah dengan desain minimalis juga halaman yang luas membuat rumah itu terlihat nyaman, menjadi tempat bertahun-tahun putrinya tinggal di sini.Entah kenapa dia tak pernah berpikir setelah kematian Ratih bahwa Frans lah tempat Elsa akan berlindung.Ferry menekan bel pintu dan terdengar suara pria dari interkom. “Iya, siapa?”Ferry terdiam sesaat saat mendengar suara itu, karena dia sangat mengenalinya.“Halo, siapa di depan?”“Halo Frans,” ada jeda dalam sahutan Ferry, “Ini aku Ferry.”Setelah beberapa menit, Ferry sudah berada di dalam rumah berkeliling melihat ruang keluarga yang terlihat nyaman.Dia memperhatikan beberapa foto di ruangan itu, foto yang membuatnya merasa sangat sedih juga bangga.“Itu foto Elsa waktu di wisuda,” terdengar suara dari belakang Ferry, “Dia l
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status