All Chapters of Kau Campakkan Aku, Kutemukan Penggantimu : Chapter 81 - Chapter 90
101 Chapters
Flashback
" Mas, Bagaimana dulu kamu bisa ketemuin orang-orang yang merampok bajuku?""Ada seseorang yang membantuku mencari tahu siapa mereka. Orang kepercayaanku.""Apa itu semacam detektif atau apa gitu.""Yaa semacam itulah. Kenapa kamu bertanya soal itu?""Aku ingin menggunakan jasanya juga. Boleh?""Untuk apa?" Mas Abi bertanya dengan penasaran. "Ini urusan pekerjaanku ada hal yang harus aku lakukan. Boleh tidak kali ini kamu tidak perlu tahu tentang itu.""Kenapa harus ada rahasia diantara kita.""Bukan rahasia, mas. Hanya saja aku tidak ingin kali ini merepotkan dirimu.""Aku tidak merasa direpotkan, kamu kan sudah menjadi istriku.""Ayolah Mas, kali ini saja biarkan aku menyelesaikan urusanku sendiri,"!ucapku memohon dan meyakinkan suamiku.Akhirnya Mas Abi membiarkan diriku melakukan apa yang aku inginkan sendirian. Suamiku itu hanya membuat janji bertemu dengan orang kepercayaannya yang dulu membantunya menemukan dalang dibalik perampokanku kala itu. ***"Semua yang Ibu butuhkan ad
Read more
Mengungkap Fakta Sebenarnya
"Bagaimana rasanya dipermainkan dan dimanfaatkan oleh orang lain, Dania?" Aku bertanya dengan pandangan menerawang ke depan, ke arah air dan danau yang tampak tenang. Tadi aku berkunjung ke rumahnya, setelah kemarin mendapatkan izin dari Mas Abi. Kedatanganku tentu saja disambut dengan tidak baik oleh ibu dari Dania. Hubungan antara kami memang tidak terlalu baik sejak putrinya mengambil suamiku. Wanita yang berambisi itulah yang punya andil besar dalam perbuatan yang dilakukan oleh putrinya. Bahkan kebenciannya padaku semakin dalam saat mengetahui jika menantunya, yaitu Mas Galih terpuruk dan kehilangan harta bendanya. Dia menganggap bahwa hal itu terjadi karena diriku. Ya, seperti yang disangkakan oleh Dania padaku."Kamu datang menemaniku hanya untuk mengejekku, Mbak? menertawakan atas apa yang terjadi padaku, lagian dari mana kamu mengetahui semuanya itu.""Kamu boleh berpikir seperti itu, kau ingat perkataanmu dulu, saat kita sedang berada di cafe. Kala itu, aku memintamu untuk
Read more
Memaafkan
Setelah masuk ke dalam mobil, aku menjalankannya dengan perlahan. Lalu berhenti dengan jarak cukup jauh dari tempat Dania berada. Dari tempat ini aku bisa mengawasi wanita tersebut, tanpa disadari olehnya. Bagiamana pun juga aku tidak ingin terjadi apa-apa padanya. Itu aku lakukan untuk diriku sendiri juga untuk dirinya. Lama berselang, datang adik Dania dengan motor untuk menjemputnya. Aku menarik nafas lega, wanita itu masih takut mati juga rupanya. Baguslah, aku harap setelah ini dia bisa berubah. Setelah kepergian Dania bersama dengan adiknya, aku menjalankan kendaraanku untuk pulang ke rumah. Aku sudah cukup lama keluar, takut Mas Abi akan mengkhawatirkan diriku. Sesampainya di halaman rumah, aku langsung masuk setelah mengucapkan salam. Rumah tampak sepi, apakah Albi dan papanya masih bermain di luar rumah seperti biasanya. Beberapa hari di sini, keduanya lebih suka bermain di luar rumah. Melihat hewan ternak yang berkeliaran seperti ayam dan unggas lainnya, atau hewan yang a
Read more
Wanita Itu Sadar
"Kamu marah dan kecewa padaku, Mas?" Aku bertanya sambil menatap dalam-dalam ke arah suamiku."Untuk apa aku marah dan kecewa padamu?" Mas Abi balik bertanya."Ya, karena aku bukan seperti wanita yang kamu bayangkan. Aku bermuka dua, Mas. Diam-diam di belakangmu aku melakukan sesuatu yang mungkin tidak kamu suka. Aku tidak bisa memaafkan dan melupakan seperti yang kamu nasihatkan dulu.""Mas tidak berhak marah dan kecewa padamu, aku tidak tahu sedalam apa luka yang kau derita hingga bisa menghakimi dirimu. Mungkin saja, ini adalah healing yang kamu butuhkan hingga bisa melupakan semuanya dikemudian hari. Jika mau, aku bisa mencegahmu melakukannya sejak dahulu.""Apa maksudmu Mas?" Aku bertanya dengan penasaran. Mas Abi bisa mencegahku jika mau, apa sebenarnya dia tahu sejak awal? "Aku tahu semua yang kamu lakukan sejak awal, tapi aku membiarkannya."Ucapan Mas Abi tentu saja membuatku kaget, ternyata suamiku itu tahu apa yang aku lakukan selama ini. "Darimana dan bagaimana bisa kam
Read more
Nekat
POV Dania Sebulan setelah pertemuanku dengan Mbak Safa di rumah orang tuanya, aku memutuskan untuk pergi ke kota. Diam-diam melihat bayi itu adalah keinginanku. Meskipun sadar, jika dia memang bukan darah dagingku tapi anak itu pernah menjadi bagian dari tubuhku untuk beberapa waktu. Aku harap, aku bisa menemuinya. Selain itu aku juga ingin betemu dengan mantan suami pertamaku, Mas Galih dan istrinya. Aku ingin meminta maaf pada mereka secara langsung. Kesalahan pada manusia, hanyalah meminta maaf kepada yang bersangkutan langsung solusinya. Setelah ini, aku harap kehidupanku akan jauh lebih baik dan terlepas dari segala derita. Hampir saja aku mengalami depresi dengan peristiwa yang menimpaku itu. Perubahan kehidupan yang begitu drastis saat itu sangat membuatku terpukul, sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan terjadi begitu saja dalam hidupku. Aku seperti terhempas ke dasar jurang yang begitu dalam. Kedatangan Mbak Safa yang sepertinya mengejekku malah membuatku ingin berubah d
Read more
Berharap Bahagia
POV BrataHari ini aku harus kembali pulang setelah beberapa saat sampai di kantor karena ada sesuatu yang tertinggal di rumah. Aku tidak bisa menyuruh seseorang mengambilnya karena berkas itu aku simpan di dalam brankas. Mau tak mau, dengan terpaksa akhirnya aku harus pulang juga. Saat sampai di rumah, hal mengejutkan aku temui. Mantan istri ke-duaku, Dania, ada di rumah kami. Dia bersama asisten rumah tangga yang sudah lama bekerja pada Sofi berada di depan pintu kamar puteraku, Bintang. Setelah beberapa bulan dia tidak menampakkan diri, sekarang dengan berani datang ke sini. Untuk apa lagi kalau bukan karena ingin bertemu dengan Bintang. Aku pikir dia sudah menyerah untuk bertemu dengan bayi kami, ternyata wanita itu masih nekat juga. Dania, untuk apa kamu ada di rumah ini lagi!" Aku berteriak saat wanita itu hendak melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Teriakanku tentu saja membuat terkejut kedua wanita tersebut. Aku yakin mereka tidak menduga jika aku akan pulang pada ja
Read more
Diskusi dengan Qia
Hanya terdengar suara denting sendok beradu dengan piring saat kami sarapan bersama pagi ini. Qia tidak pergi ke sekolah, begitu juga papanya karena weekend jadi kami akan menghabiskan waktu untuk bersantai bersama selepas sarapan. Sebelum berniat menambah momongan, aku meminta mas Abi untuk berdiskusi dengan Qia terlebih dahulu. Memberitahu pada gadis kecil itu, atau setidaknya bertanya apakah dia ingin adik bayi lagi. Apa tidak keberatan jika memiliki adik bayi lagi, aku tidak ingin anak sambungku itu akan merasa tidak diperhatikan seperti dulu lagi. Selesai sarapan, kami semua pergi ke ruang keluarga. Kubawa serta buah-buahan agar bisa menjadi camilan buat kami sambil bercanda di sana nanti. Qia, Albi, dan papanya sudah pergi ke sana terlebih dahulu. Begitu aku sampai di sana, tampak gadis kecilku dan putraku bermain bersama. Qia begitu menyayangi adik lelakinya itu. Setelah kelahiran adiknya, anak sambungku itu tidak pernah menunjukkan rasa iri atau merasa tidak disayangi seper
Read more
Program Hamil
Mobil yang kami tumpangi, perlahan meninggalkan gedung rumah sakit. Hari ini kami baru saja bertemu dengan dokter kandungan yang menjadi langganan Mas Abi sejak mendiang istri pertamanya dulu hamil. Sejak dua bulan lalu aku sudah lepas KB dan kami merencanakan memiliki anak lagi namun nyatanya aku belum hamil-hamil juga. Akhirnya Mas Abi memaksakan diri untuk pergi ke dokter kandungan dalam rangka konsultasi. "Mungkin kalau ke dokter kandungan, program hamilnya akan jauh lebih cepat mendapatkan hasil," ucap Mas Abi kala itu. Sebenarnya aku sedikit malas melakukannya, dulu tanpa program aku bisa hamil, ngapain sekarang pakai program-program yang ke dokter segala. "Kita jalani dengan alami sajalah Mas," tolakku. "Kalau waktunya hamil ya nanti hamil lagi," lanjutku meyakinkannya. "Makin cepat makin baik, sayang. Kita berkejaran dengan waktu. Aku keburu tua." "Ampun suamiku, gak ada masalah bagi laki-laki. Kan yang mengandung wanita, bukan laki-laki.""Kalau aku keburu tua, nanti p
Read more
Dukungan Mertua
Aku segera menghentikan pekerjaanku begitu melihat mobil mertuaku memasuki halaman rumah. Dari tempatku bekerja, memang bisa terlihat jelas orang keluar masuk ke halaman. Bergegas aku menghampiri mama dari suamiku itu lalu meraih tangannya dan mencium punggung tangannya. Mama tampak selalu sehat dan bugar diusianya yang sekarang. "Apa kabar, Ma. Maaf Safa jarang ke rumah Mama, malah Mama yang harus ke sini," ucapku berbasa-basi."Enggak apa-apa, Mama kadang juga tidak ada di rumah. Mama sehat, kamu bagaimana?" "Sehat juga Ma. Alhamdulillah.""Albi ada dimana?" tanya mama sembari mengayunkan langkahnya menuju rumah. Aku mengekor di belakang mertuaku itu, "Biasa, Ma. Di dalam rumah dengan pengasuhnya." "Dika bilang kalian sedang melakukan program hamil," ucap Mama sambil menghempaskan bobot tubuhnya di sofa ruang tamu begitu kami sampai di dalam rumah. Mas Abi yang bilang ke mama. Kenapa kemarin dia bilang Qia yang bilang ke Mama. Dasar mas Abi. "Iya Ma, Mas Abi bilang biar rumah
Read more
Hamil
Hawa dingin menyapa kulit meksipun selimut tebal sudah membalut tubuhku. Mas Abi menyalakan pendingin ruangan dengan suhu yang amat rendah. Sengaja dia melakukan agar aku tidur dengan menempel padanya. "Mas, bangun. Udah subuh." Pelan ku guncang tubuh suamiku agar terbangun. "Perasaan baru tidur," sahutnya dengan malas dan mata masih terpejam. "Makanya jangan begadang.""Kamu yang membuatku begadang, sayang," ucap Mas Abi sambil menarik tanganku hingga tubuhku mendarat tepat di atas tubuhnya. "Bangun, Mas! salat dulu baru tidur lagi kalau emang masih ngantuk dan ingin tidur." "Bikin adik lagi aja," ucapnya dengan pandangan mesum. Ku pukul dengan kencang pundaknya. Itu saja yang dia katakan sejak semalam. Mas Abi tertawa nyaring mendapat pukulan dariku. "Ayo mandi bareng." "Aku udah mandi semalam, Mas. Tinggal cuci muka, ambil air wudhu lalu shalat. Udah kamu sana duluan mandi."Setelah memperlihatkan senyaman yang lebar dan manis itu padaku, Mas Abi baru beranjak menuju ke kam
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status