All Chapters of KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU: Chapter 61 - Chapter 70
125 Chapters
63. TerRengga-Rengga! (Bagian C)
63. TerRengga-Rengga! (Bagian C)"Nggak lah! Mungkin suaminya baru datang yang benar! Aku tadi lihat, dia ada di depan mengobrol dengan satpam. Mungkin sedari tadi dia menunggu di luar. Ya ampun, Mas Rengga … so sweet sekali. Cocok lah pokoknya kalian! Langgeng sampai nenek kakek dan menunggu maut bersama ya kalian!" kata Ulva dengan wajah berbinar."Aamiin ya Allah, terima kasih kalian semua. Baik-baik banget!" timpalku dengan suara lembut."Eh, kok Risa diam aja? Nggak ada komentar, kesan dan pesan yang ingin diucapkan gitu untuk mengomentari suamiku? Kenapa gelisah?" tanyaku dengan lembut ke arah Risa, namun … terdengar menusuk untuknya. Dan benar saja, Risa langsung gelagapan dan tampak salah tingkah."Eh, iya, loh! Kalian kan getol banget di sosial media kalau berbalas komen. Kok ketika bertemu diem-dieman. Malah banyakan aku dan Ulva yang ceriwis semenjak tadi!" kata Delta ikut menyahuti."Eh, anu, ehm. Aku hanya menyimak saja. Kalian terdengar seru sekali, jadi ya … aku pun set
Read more
64. Pamer Kemesraan (Bagian A)
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU64. Pamer Kemesraan (Bagian A)"Aku juga nggak tahu, ya, suamiku setia atau nggaknya. Tapi, yang jelas. Aku nggak peduli sama sekali! Selama dia nggak berubah sama aku tentang sikapnya, mertua masih menyayangi dan memanjakanku serta tak ikut campur terlalu dalam rumah tanggaku. Lalu, semua gaji masuk setor ke aku beserta tunjangan dan bonus lainnya. Aku rasa aku sudah harus bersyukur! Selain itu, biar saja menjadi urusannya dengan Tuhan! Hanya saja, jika sampai berani terlihat di depan mataku. Ya, itu tandanya aku sudah siap untuk menghabisi dia bersama juga dengan selingkuhannya! Gampang aja!" ujarku seraya mengedikkan bahu."Bener banget! Itulah enaknya menjadi istri sah dari abdi negara! Gajian dan tunjangan aja harus lewat persetujuan istri sah kalau mau utak-atik. Benar nggak? Udah ada jatahnya pula! Salut! Jadi istri dari seorang abdi negara itu memang istimewa. Punya kuasa penuh. Lah, apalagi ditambah keturunan Ningrat. Wah, menang banyak pokok
Read more
65. Pamer Kemesraan (Bagian B)
65. Pamer Kemesraan (Bagian B)Aku harus tampil bersemangat dan energik agar mereka tak curiga dengan pancingan-pancingan yang dikeluarkan oleh Risa. Ya, meskipun aku tahu dia tidak akan berani terang-terangan. Tapi, untuk berjaga-jaga saja, biasanya wanita tak tahu malu begitu suka nekat. "Oke lah! Mari kita bertukar nomor telepon dan saatnya membuat grup untuk kita berempat! Senang deh, dapat teman baru lagi buat kumpul!" ujar Delta seraya menatap layar ponselnya. Wanita dengan rambut berwarna coklat gelap itu pun mulai memindai nomor dari kami satu per satu untuk dia simpan dalam ponselnya. Dan tak lama kemudian, aku sudah masuk saja ke dalam grup dengan judul diamond squad. "Keren namanya, tapi kenapa harus diamond?" tanyaku seraya menggeser menu pada benda pipih yang saat ini berada di tanganku."Karena kita woman like a diamond, mungkin?" sahut Ulva seperti memberikan pendapat."All right, Babe! Karena kita semua di sini bukan wanita sembarangan! Alias bukan wanita karir bias
Read more
66. Pamer Kemesraan (Bagian C)
66. Pamer Kemesraan (Bagian C)Aku bergegas menarik tangan suamiku dan bergelayut mesra di lengannya. Bisa kulihat perubahan raut wajah dari Risa yang begitu kentara. Yang awalnya berbinar dan tampak berseri-seri, sekarang tiba-tiba saja menjadi sendu dengan senyuman terpaksa."Iya, tapi sebelumnya … boleh, dong, kenalan dulu sama temen-temen aku!" ujarku seraya memperkenalkan Delta, Ulva dan juga Risa kepada Mas Rengga."Oh, oke. Hai, kenalin saya Rengga, suaminya Keysa!" ucap Mas Rengga seraya mengulurkan tangan pada Delta dan kemudian pada Ulva."Salam kenal, Rengga. Aku Delta!" balas Delta seraya tersenyum dan menjabat tangan Mas Rengga dengan singkat. Hal yang sama pun dilakukan oleh Ulva. Wanita itu hanya mengangguk sopan dan berkata. "Ulva!" Kini, aku beralih pada Risa yang berdiri dengan mematung menatap Mas Rengga. Tatapannya seolah menginginkan. Sedangkan kulihat Mas Rengga sepertinya salah tingkah. Dia pun mengulurkan tangan kembali pada Risa. Mungkin tak ingin terlihat c
Read more
67. Pamer Kemesraan (Bagian D)
67. Pamer Kemesraan (Bagian D)Dia pergi tanpa menyalami atau menjabat tangan kami satu per satu. Dia juga tak berniat memeluk kami atau bahkan hanya untuk berbasa-basi bercipika-cipiki sebagai ucapan sampai jumpa. Namun, aku tahu penyebabnya. Pasti dia merasa risih dan kepanasan karena melihatku dan Mas Rengga melakukan adegan hangat seperti tadi."Oke, bye. Kami juga pergi!" sahut Delta yang kini meraihku ke dalam pelukan dan kami bercipika-cipiki satu sama lain bersama dengan Ulva. Sedangkan Mas Rengga, kulihat dia sempat memperhatikan kepergian Risa dari sudut matanya. Mungkin saja lelaki itu merasa bersalah karena berniat terang-terangan membuat gundiknya itu cemburu. Tapi, entahlah. Aku juga belum tahu pasti bagaimana perasaan Mas Rengga yang sebenarnya. Setelah berpamitan, Mas Rengga kembali merengkuh pinggangku. Kami berjalan beriringan dengan senyum lebar hingga sampai di parkiran. Barulah ketika masuk di dalam mobil, aku kembali memasang wajah dingin dan cuek. Sungguh berb
Read more
68. Tak Hanya Digoyang Ombak (Bagian A)
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU68. Tak Hanya Digoyang Ombak (Bagian A)"Kok tiba-tiba jariku tremor gini ya, buat ngangkat panggilan dari ulat bulu?" Dengan gaya angkuh aku mencoba untuk tak tertarik dengan ponsel Mas Rengga. Tetap saja aku malah semakin merebahkan tubuhku bersandar pada jok mobil. "Ya sudah, biarkan aja!" sahut Mas Rengga malas-malasan."Angkat aja nggak papa, Mas! Siapa tahu ada hal penting yang mau dia sampaikan. Sapa tahu juga dapat tawaran mantap-mantap kan? Asyik, dong!" seruku dengan wajah datar. Terlihat jelas bahwa raut wajah Mas Rengga kini malah terlihat bingung dan menatapku dengan pandangan aneh."Kenapa natap aku gitu? Ada yang aneh?" tanyaku yang kini sibuk memainkan ponsel. Sama sekali aku tak berniat melirik atau menatap balik netra milik suamiku."Nggak!" sahut Mas Rengga dengan cepat. Lalu, tangannya tiba-tiba saja sudah meraih ponsel yang berdering seakan menjerit ingin segera ditolong."Halo, Mas? Kenapa baru ngangkat, sih?" Langsung saja aku
Read more
69. Tak Hanya Digoyang Ombak (Bagian B)
69. Tak Hanya Digoyang Ombak (Bagian B)"Hmm, aku bertemu Risa karena tak sengaja awalnya. Waktu itu kami selesai mengamankan misi dari sebuah strategi. Anak-anak mengajakku untuk refreshing sedikit. Ya, main ke bar … hanya untuk menikmati segelas kecil minuman sebagai hiburan. Cuma itu saja! Di sanalah aku kenal dengan Risa karena salah satu rekanku merupakan teman baiknya. Bisa dibilang kami berjumpa dengan cara tiba-tiba, alias hanya kebetulan semata!" jelas Mas Rengga membuatku menyimak. Aku juga penasaran bagaimana mereka bisa berkenalan. Hanya saja, kali ini aku akan memasang wajah tak peduli, walaupun sebenarnya ingin."Terserah lah, Mas. Kamu teguh dengan alibi mu sendiri pun aku nggak peduli! Benar dulu kata temanku semasa sekolah, punya suami pelayar itu sebenarnya capek! Habis, dermaganya banyak banget! Eh, malahan aku sekarang yang ngerasain!" ucapku seraya mengedikkan bahu."Key, sumpah! Jangan bilang begitu! Ucapanmu barusan itu seakan-akan aku memiliki banyak wanita ha
Read more
70. Ibu sudah tahu? (Bagian A)
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU70. Ibu sudah tahu? (Bagian A)"Key, kamu jangan mudah percaya! Semua omongan dia itu nggak ada yang benar! Gila, ya! Dia benar-benar psikopat!" ujar Mas Rengga seraya menggertakkan giginya. Aku hanya diam, menunggunya melakukan pembelaan. "Psikopat? Bukannya kamu cinta? Bahkan, kamu sempat menawariku untuk berpoligami saja. Lupa, Mas?" tanyaku dengan santai. Mas Rengga terlihat bingung, dia menyandarkan tubuhnya pada jok dan menggeleng lemah."Maaf, Key. Waktu itu aku hanya terpaksa saja!" kata Mas Rengga terdengar lirih."Udahlah, Mas. Nggak usah dibahas. Mending fokus nyetir, aku ingin segera sampai tempat Ibu!" sahutku dengan cuek. Berbicara tentang Risa pada Mas Rengga seakan tidak pernah berujung. Aku sendiri juga tak tahu, mana yang pantas untuk dipercaya ucapannya? Mas Rengga, suami yang sudah menjagaku dan memenuhi semua kebutuhanku semenjak beberapa tahun silam. Ataukah si gundik yang baru saja aku kenal? Tak perlu berlarut untuk memikirk
Read more
71. Ibu sudah tahu? (Bagian B)
71. Ibu sudah tahu? (Bagian B)Hampir saja terbahak aku, saat membaca komentarnya yang diberikan di postingan suamiku. Dia berharap apa tadi katanya? Suami yang sayang dengannya? Suami orang maksudnya? Lalu, apa tadi? Mertua yang bisa memperlakukannya dengan baik? Asli, aku ingin tertawa sekencang-kencangnya. Dia sendiri saja tidak bisa memperlakukan wanita lain dengan baik, kok bisa-bisanya dia tak tahu malu ingin diperlakukan secara baik. Sengaja, aku ingin memancing perhatiannya. Aku tekan tombol love untuk komentarnya, itu berarti aku dengan menyukai komentar yang dia berikan.Tak sampai menunggu berapa lama, saat ku putuskan untuk menjelajahi beranda. Story instagram Risa terlihat aktif. Dia baru beberapa menit yang lalu memposting sebuah kata-kata. 1% senang, 99% terluka. Aku mengernyitkan kening saat melihat dirinya memposting story dengan isi kata seperti itu. Tapi, aku tak ingin membalas ataupun berkomentar dengan akun suamiku. Bisa GR dia. Lagipula aku yakin, Risa tidak ak
Read more
72. Partner! (Bagian A)
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU72. Partner! (Bagian A)"Ya … sudah Ibu duga kalau Rengga memang sedang menyembunyikan sesuatu di belakang Ibu juga, terutama kamu," ujar Ibu mertua yang kini menatapku dengan wajah serius. Gurat keriput yang tersamarkan dengan riasan tipis bedak dingin, membuatku tersadar bahwa waktu sudah berjalan begitu cepat. Dan aku sudah mengenal Ibu selama hampir tujuh tahun lamanya."I-ibu … tahu dari mana?" tanyaku dengan suara sesenggukan. Aku menghapus air mata yang sudah menggenang dengan kasar. Tak ingin Ibu mertua semakin bersedih melihatku terpuruk seperti ini.Bukankah Keysa yang dia kenal adalah wanita dengan hati kuat dan tegar? Bukankah Keysa yang dia tahu, adalah seorang wanita karir yang mandiri, dan tak mempunyai waktu hanya untuk membahas dan menerka-nerka hal tak jelas semacam ini? Begitulah kurang lebih yang dipandang Ibu dariku, selama ini.Tapi, nyatanya? Aku tetap wanita biasa. Aku manusia yang tentu saja punya hati dan perasaan seperti l
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status