All Chapters of Terjerat Pesona Vampir Tampan: Chapter 21 - Chapter 30
106 Chapters
21. Merasa Dipermainkan!
Max semakin tidak bisa menahan semua rasa sakit yang merayap hingga ke saraf-saraf tubuhnya. Ia mulai menggeliat aneh. Max sempat melirik ke arah Richard yang mulai mabuk dan tak sadarkan diri. Saat ini, hanya Max yang bisa menolong dirinya sendiri.Max memutuskan untuk segera keluar ruangan ketika rasa gelisah mulai mencekik dan mendominasi tubuhnya. Ia berlari dengan keringat yang mulai bercucuran membasahi dahi putihnya. Napasnya tercekat, tapi melegakan bisa lekas menemukan sebuah papan bertuliskan toilet di sana. Meskipun tidak dengan kesadaran penuh.Namun saat Max akan memasuki toilet tersebut, ia justru menabrak seorang wanita."So-sorry," ujarnya berusaha memegang kendali tubuhnya. Kedua tangannya terangkat di depan dada tanda meminta maaf.Max tak dapat melihat wajah wanita itu dengan jelas. Ia hendak melewatinya saja, tetapi tangan wanita tersebut berhasil mencegahnya."Pak, jangan masuk ke sana. Itu toilet wanita," bisik sosok perempuan yang kini mendekatinya, membuat gele
Read more
22. Bertemu Ruth
"Kau yakin akan menemuinya sekarang?" tanya Shada ragu. Ia juga agak kesal jika Demian meninggalkan tehnya begitu saja tanpa dihabiskan. Itu berarti Demian tidak menghargainya.Berkebalikan dari Shada, Demian justru semakin yakin. Mudah sekali melacak keberadaan Ruth di kota ini. Tetapi masalahnya, wanita itu juga bisa menghindarinya kapanpun tanpa kesulitan yang berarti."Aku yakin sekali," ucap Demian tegas. Mata kelamnya lurus menatap ke depan.Kemudian Demian menoleh ke arah Shada. "Kau mau ikut? Katamu ingin menguping pembicaraan kami," ledek Demian langsung disusul oleh tekukan wajah Shada."Tidak usah, tidak jadi. Aku sedang tidak mood." Shada membuang muka dan melipat tangan di depan dada. Demian yang mendengar dengusan halus dari sistem pernapasan wanita di sampingnya tersebut kini tertawa.Demian mengubah posisi tubuhnya menghadap Shada agar bisa memandangnya lebih teliti. Semakin dilihat, sikap Shada semakin lucu. Demian menyeringai, ingin menggodanya lebih. Ia lantas mengu
Read more
23. Tampak Manusiawi
Napas Ruth tersendat di tenggorokannya. Dadanya mulai sesak. Kekuatan Demian berkumpul di tangan yang sedang mencekik lehernya sangat menyiksa bagi Ruth. Beberapa kali Ruth melenguh kesakitan."Le-lepaskan aku gila! Kau i-ngin membunuhku, hah?!" pekiknya di tengah napasnya yang nyaris terhenti.Demian menyeringai puas lalu segera melepaskan cengkraman tangannya. Ruth terlihat terbatuk-batuk, wajahnya merah seperti tomat."Lama tidak bertemu, Ruth. Apa kabar? Apa kau bahagia di kota barumu ini?" Demian mengulas senyumnya. Kedua alis tebalnya ia naik-turunkan, seperti sengaja mempermainkan Ruth."Iya, lama tidak bertemu, tapi kau tambah gila!" protes Ruth yang masih berupaya mengembalikan kondisi tubuhnya yang masih sakit karena dicekik Demian."Hahaha.." Demian tertawa membuat Ruth semakin kesal."Bagaimana kau menemukanku?" sungut Ruth. Kedua mata hitamnya memelototi Demian. Rasanya ingin sekali wanita tersebut menghujani Demian dengan tatapan geram agar Demian merasa bersalah. Tapi bu
Read more
24. Mimpi Buruk
Max menatap dengan teliti layar monitor yang baru saja diantar oleh orang suruhannya ke dalam ruangan di kantornya. Sesekali ia menonton seraya mengusap rahangnya dengan gelisah.Tangannya lalu terkepal erat saat melihat Shada dan Demian pagi ini. Mereka terlihat begitu dekat saat berbincang di depan balkon minimalis depan kamar Shada.Max memijat pelipisnya dan memejamkan kedua mata bersamaan dengan hembusan napas beratnya. Setelah memberanikan diri membuka mata untuk memandang layar monitor tangkapan CCTV lagi, dahinya mengerut dengan serius."Kau sudah tahu asal-usul pria itu?" lirih Max sambil melirik Tonny, orang suruhannya yang duduk bersama Max."Sampai sekarang kami masih mencari tahu, Tuan. Tapi pria bernama Demian tidak terdaftar dalam data kependudukan wilayah Toronto."Max langsung berpaling, menatap penuh perhatian lawan bicaranya. Mata birunya mengerjap cepat. "Lalu?""Menurut informasi yang kami temukan, Demian dan keluarganya bertempat tinggal di daerah barat daya, jau
Read more
25. Menentukan Tanggal Pernikahan
Baik Max, Robert dan Morris langsung saling melempar pandang satu sama lain. Mereka bingung terhadap situasi yang tengah mereka hadapi ini.Morris memandang Shada dengan penuh rasa iba. Shada mengunyah makanannya kaku sembari menahan emosi. Wajahnya memerah. Begitu melihat George dan Malta di sini, nafsu makannya raib seketika.Tidak ada yang tahu dan tidak ada yang menyangka bahwa George dan Malta akan hadir juga di pertemuan keluarga hari ini. Mereka cukup terkejut karena George dan Malta datang bersama. Atau lebih tepatnya tidak sengaja tiba di sini di waktu yang sama, tidak ada yang tahu betul hal itu.Beberapa orang tersebut makan dengan canggung, sesekali bunyi denting sendok dan piring mengisi kesunyian di tengah mereka. Tidak ingin hening lebih lama, Robert berdeham."George, maksudku kalian, aku tidak menyangka kalian akan hadir hari ini. Hehehe.." ungkap Robert mengawali pembicaraan.George dan Malta tersenyum kaku tanpa melihat satu sama lain meskipun posisi duduk mereka be
Read more
26. Sierra Madre, LA
"Stop, stop! Apa maksudmu? Kau di Sierra Madre? Kau siapa sebenarnya?" Shada tak sabar.Kepala Shada berdenyut. Ia lantas memukulinya dengan frustasi. Demian langsung menghentikan gerakan tangan wanita cantik tersebut."Sudah, Shada. Tenanglah! Kita bisa bicara pelan-pelan," sahut lembut Demian.Shada mengamati paras Demian. Kedua mata cokelat miliknya menjelajahi pria itu dari ujung kepala sampai kaki, berusaha mengingat beberapa orang yang ada di memori masa kecilnya dulu."Jelaskan padaku kalau begitu," pinta Shada dengan pasrah. Pasalnya, ia belum menemukan seseorang pun yang mirip dengan Demian yang sekarang ada di hadapannya.Sementara Demian terdiam. Ia terlihat menimbang-nimbang sembari melemparkan tatapan skeptis kepada Shada."Apa yang kau ingat dulu di Sierra Madre?" tanya Demian akhirnya. Ekspresinya terlihat putus asa.Shada mengerutkan dahinya. Ia menggelengkan kepala tak yakin, tapi sambil menyebutkan satu per satu ingatan yang menurutnya berakhir tak begitu menyenangka
Read more
27. Pembalasan Richard
Di meja kerjanya, Shada merenung. Bahkan lembar pekerjaannya belum selesai ia isi. Tatapannya lurus jauh ke depan seakan mampu menembus tebalnya monitor di hadapannya. Shada menopang dagu dengan tangan sebelah kanan.Ruth yang berada di samping Shada sesekali mengamati wanita tersebut. Di menit berikutnya, dering telepon di depan mereka langsung membuyarkan lamunan Shada.Sontak Shada langsung mengangkat telepon itu. Ruth hanya menggelengkan kepala seraya mengembuskan napas berat melihat Shada tak seperti biasanya."Halo? Oh iya.. eh? Ini kurang sedikit kok. Sebentar lagi aku kirim ke emailmu," tandas Shada lalu menutup teleponnya. Shada meraup udara sebanyak-banyaknya lantas segera melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.Ruth mencondongkan tubuhnya ke samping ke arah tempat duduk Shada. "Telepon dari siapa?" tanyanya penasaran.Shada menjawab dengan mata yang masih terfokus pada layar monitor di depannya. Ia menghela napas sambil memutar bola mata malas. "Huft... biasa, Richard.
Read more
28. Pemuas Nafsu
"Apa yang kalian lakukan di sana?!" tanya Max disertai kobaran api amarah.Max sangat kesal karena dua karyawannya telah berbuat mesum di perusahaan yang tengah ia perjuangkan demi kedua orang tuanya.Tadi Max berada di lantai 20 karena baru saja menemui Robert, ayahnya. Mereka membicarakan tentang Ell Food yang penjualannya semakin merajalela. Sampai Robert dan Max berdiskusi hendak mencontoh taktik perusahaan yang telah lama menjadi rivalnya dari dulu.Robert bahkan ingin Max melakukan kerja sama dengan pemiliknya, namun Max segera menolak demi harga diri. Selain itu, kabarnya pemilik asli Ell Food masih enggan untuk menunjukkan dirinya ke publik.Max berderap keluar dari ruangan ayahnya hendak kembali menuju ruangannya sendiri ketika ia mendengar keributan di ruang rapat di sisi kanannya.Karena pintu kayu ruang rapat di perusahaannya terdapat kaca persegi panjang kecil membujur vertikal, Max mencoba mengintipnya lewat situ. Betapa kaget Max saat dirinya melihat dua orang sedang me
Read more
29. Romantic Dinner
Bel rumah berbunyi bersamaan dengan Shada yang berlari girang menuruni tiap anak tangga. Shada mempercepat langkahnya lalu segera membuka pintu.Begitu Shada bertatap muka dengan sosok pria di depannya, ia kembali terpukau. Paras tampan nyaris sempurna, pakaian rapi menggunakan setelan jas hitam formal. Bahkan tatanan rambut hitam legam yang tampak dipomade ke atas membuat Shada berbinar."Demian, ini beneran kau?" Shada terkejut. Ia kagum dan menikmati setiap detail penampilan Demian yang berbeda dari biasanya.Demian berdeham pelan lantas menunjukkan seringaiannya. "Jangan menatapku terlalu lama. Nanti jatuh cinta."Kini kedua pipi Shada muncul semburat kemerahan seperti cherry. Memandang pria tampan di depannya membuat dirinya lama-lama menjadi tersipu. Rasanya ingin sekali ia menampar pipinya sendiri karena dirinya harus ingat jika sudah memiliki tunangan.Lalu perhatian Shada teralihkan kepada mobil mewah hitam yang terparkir di depan rumahnya. Shada mengerjapkan kedua matanya ta
Read more
30. Sekelompok Pria Garang
Ayah? Tadi itu beneran Ayah? Shada bertanya-tanya di dalam hati."Hah.. mana mungkin," lirihnya lagi. Sebenarnya ia tak tahu ayah dan ibunya masih di Toronto atau tidak setelah mengurus resmi perceraian mereka. Demian yang mengemudi dengan sangat cepat lantas membuat penglihatannya menjadi buruk.Pasti Shada salah melihatnya. Beberapa orang juga berdiri di dekat Jennifer hendak menyeberang. Orang tadi itu pasti hanya mirip dengan ayahnya. Batin Shada memutuskan.Di tengah mengemudi kilatnya, Demian sempat menoleh ke arah Shada yang tampak dibebani banyak pikiran. Demian berdeham keras demi memecah suasana lengang yang menggantung sejenak.Shada langsung tergegau kemudian memukul bahu Demian keras. "Huh, bikin kaget saja!" ucapnya sembari mengerucutkan bibirnya.Demian tertawa lebar. "Makanya jangan melamun di dalam mobil. Apalagi satu mobil dengan vampir," ejek Demian.Shada kesal. Ia melipat tangan di depan dada lantas memasang wajah jutek. Tak berapa lama, ia segera mengecek ponseln
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status