Semua Bab Terjerat Pesona Vampir Tampan: Bab 11 - Bab 20
106 Bab
11. Mengawasi Pria Pucat
Max segera mengambil jasnya yang tersampir. Ia turun dan menuju tempat parkir. Mobilnya melesat cepat membelah jalanan besar Toronto. Ia mengemudi dengan menekan jidatnya yang terasa berdenyut-denyut, berpikir keras dimana keberadaan Shada sekarang. Sesekali mengedarkan pandang ke trotoar dan tepi jalan, berharap segera menangkap sosok Shada.Di ujung kefrustasiannya, Max melihat sekelebat wanita yang nyaris seperti Shada. Ia memelankan laju mobil seraya mengamatinya. Rambut pendek lurus berwarna coklat tua. Wanita itu mengenakan setelan blouse dan rok formal yang hari ini dikenakan oleh Shada.Di samping wanita tersebut berjalan seorang pria tinggi berkulit putih pucat, rambutnya cepak hitam legam. Dengan tangkas, Max meminggirkan mobil dan mengeremnya hingga berdecit panjang.Terlihat dua orang yang tengah diamati Max tersebut menoleh serempak namun hanya sekilas. Max menangkap bahwa itu Shada. Ia lalu segera turun dari mobil, menutup pintunya dengan keras dan menghampiri mereka."S
Baca selengkapnya
12. Teringat Sesuatu
Mereka saling merasakan bagaimana candu bibirnya masing-masing. Tangan Demian dengan lihai mengelus paha putih Shada, perlahan bergerak mulai masuk ke dalam balutan handuk tipisnya. Tubuh Shada berdesir ketika tangan Demian bermain di sana. Ia mengerang pelan di tengah ciuman mereka.Shada mulai kehabisan napas. Kemudian ia melepaskan tautan bibirnya. Ia mengatur napasnya yang terengah-engah lalu bicara."Demian, cukup," pinta Shada melihat wajah Demian yang sarat akan hasrat.Demian menatap Shada dalam, tangannya berhenti bermain di sana namun dengan pasti mulai merangkak naik, menelusuri tubuh polos Shada di balik handuknya.Shada menikmati setiap sentuhan lembut tangan kekar Demian yang ditujukan untuknya. Ia pandangi paras tampan di depannya sekarang, sangat menyenangkan baginya.Mula-mula tangan kokoh itu mengusap pelan perut Shada yang rata. Lalu naik menyapu kedua payudara Shada. Tangan Demian menangkup salah satu payudara kemudian meremasnya pelan, membuat Shada mengerang."Ka
Baca selengkapnya
13. Penolakan
"Siapa tadi? Ruth?" Kerutan halus di dahi Demian muncul. Setelah itu, ia bergerak resah.Shada menatap Demian. Ia sempat memperhatikan ekspresi Demian yang tersentak dan mengalihkan pandangan lurus sekarang, membubung jauh."Iya." Shada mengerjapkan kedua matanya. Ia penasaran kenapa Demian terlihat kaget."Siapa nama lengkapnya?" tanya Demian lagi. Pandangannya tetap terpaku pada langit-langit kamar Shada. Sepertinya, melihat ke atas lebih membuatnya tertarik."Ruth Allen," sahut Shada masih menilik ekspresi Demian. Demian terlihat buncah. Ia melipat kedua tangannya ke belakang kepala, menjadi tumpuan beban yang ada di benaknya."Kau tertarik padanya?" Shada mencoba menebak isi kepala vampir tampan yang ada di sampingnya ini. Namun, ada rasa takut jika ternyata Demian menyukainya. Ia belum siap jika malam-malam yang mereka nikmati akan berakhir. Padahal Shada cukup senang dengan kehadiran Demian yang menemani dan mampu menghilangkan rasa sepinya."Tidak. Lupakan." Demian berpaling unt
Baca selengkapnya
14. Mencari Bantuan
Ponsel Max berbunyi ketika ia sedang fokus melakukan penelusuran berita yang memuat tentang kesuksesan Ell Food di laptopnya. Ia semakin frustasi karena perusahaan itu bisa mengalahkannya lagi. Bagaimanapun caranya nanti, Max harus dapat memenangkan persaingan ketat ini. Demi image dan kepercayaan kedua orang tua.Max melirik ponselnya yang menyala di atas meja. Tertera nama Shada di sana. Jari Max lincah mengetuk touch screen ponsel itu. Lantas sudut garis bibirnya tertarik ke atas ketika membaca chat dari kekasihnya."Tumben sekali dia mengajak makan malam," gumam Max pelan, tetap menyunggingkan senyumnya."Tunggu dulu. Jangan-jangan dia sudah menyadari pesonaku yang lebih dari pria selingkuhannya?" Max memasang wajah pongah. Rambutnya ia sisir rapi dengan jemari.Di tengah kesibukan pikirannya, Max mendengar suara ketukan pintu. Ia langsung mempersilahkan orang tersebut untuk masuk. Max heran kenapa Jennifer masuk ke ruangannya kembali.Max sangat kesal dengan sikap Jennifer barusa
Baca selengkapnya
15. Ternyata itu Kau
"Kau ingin naik jabatan, Jennifer?" Kedua alis tebal Richard menyatu. Tangannya masih mengelus pelan paha yang menggoda itu."Siapa yang tidak ingin naik jabatan, Richard?" balas Jennifer dengan menengadahkan wajahnya ke atas menghadap Richard. Jarak antar wajah mereka sangat dekat hingga bisa merasakan hangatnya sentuhan napas masing-masing."Kau juga ingin kan?" kelitnya sambil mengusap lembut dada bidang milik Richard. Richard terlihat diam dan berpikir sejenak. Tiba-tiba ia mengulas senyumnya."Ayo kita kerja sama, Jennifer. Kita membentuk simbiosis mutualisme. Aku akan membantumu. Dan kau, juga akan menguntungkanku," cetus Richard dengan mata berbinar. Jennifer hanya menanggapi dengan setengah senyum. Ia merasa jika kerja sama akan membuatnya selalu dekat dengan Richard, ini di luar rencananya. Ia hanya ingin informasi saja, namun apa boleh buat? Richard harus bisa menguntungkan Jennifer secara maksimal. Batinnya mengintimidasi.Mendadak Richard menghadap ke Jennifer. Kedua tanga
Baca selengkapnya
16. Bau Anyir
Mendadak hidung Demian mencium bau yang tidak beres. Aroma ini bukan aroma yang dimiliki oleh manusia biasa, melainkan bau anyir yang berasal dari kaum sebangsanya, yaitu vampir. Tapi.. apa mungkin di rumah ini ada vampir selain dirinya? Batin Demian berkecamuk.Mata Demian yang tajam dan tangkas diedarkan ke seluruh sudut kamar Shada. Sementara hidung mancungnya melacak ke arah sumber aroma tersebut. Segera saja ia menemukan aroma itu berasal dari area tangga dan sekitarnya."Kau mendengarku, Demian?" ulang Shada membuyarkan Demian dari pikirannya yang sedang menerka-nerka."Eh, iya. Aku akan pergi. Sebelum itu jawab dulu satu pertanyaanku," Demian menyeringai melihat Shada yang sudah siap menikamnya. Ia tahu Shada benci saat dirinya mengulur-ulur waktu serta terkesan tidak menurutinya. Shada memutar bola matanya malas."Demian, come on! Temanku sudah menungguku di bawah!" Kini Shada mendelik ke arah Demian yang semakin terkekeh."Hahaha.. okay. Kalau begitu aku akan menanyakannya be
Baca selengkapnya
17. I Swear
"Shada! Ya ampun!" pekik Ruth dari kejauhan.Ruth segera berlari menghampiri Shada. Ia lekas membantu Shada berdiri, kemudian membawanya ke toilet. Sebelum beranjak, mata tajam Ruth menghunjam ke arah Jennifer. Jennifer bungkam. Setelah mata Ruth berpaling, ia menyunggingkan senyum tipisnya.Rasakan itu, Shada! Itu baru pemulaan. Batinnya penuh dengan kemenangan.Ruth berjalan cepat membimbing Shada ke toilet. Shada hanya diam dan wajahnya pucat pasi. Ia trauma melihat kulitnya meruam merah serta rasa perih yang berdenyut membakar sebagian besar tangannya.Ruth segera menyalakan kran air di wastafel. Dengan cekatan, ia meraih pelan kedua tangan Shada lalu memasukkan ke dalam aliran air dingin wastafel tersebut. Ia cukup gugup."Sabar ya. Setelah ini aku berjanji, kau akan baik-baik saja," Ruth berusaha menenangkan Shada. Tangannya dengan lembut mengusap bahu wanita itu."Terima kasih, Ruth. Untung ada kau. Aku tidak bisa membayangkan kalau sendirian tadi. Aku malu." Shada meringis. Ia
Baca selengkapnya
18. Membaca Pikiran Shada
"Hmm? Kau mau bertanya apa?" Kini kerutan di dahi Shada semakin jelas.Demian bangkit dari posisi rebahnya. Ia menatap Shada dengan ekspresi serius. Tapi Shada tak bisa menebak apa yang akan ditanyakan pria tersebut."Siapa temanmu yang menginap di sini semalam?" Kedua mata indah Demian beralih untuk menjelajahi isi kamar Shada. Sontak Shada mengikuti arah pandang Demian sambil berkacak pinggang."Ruth. Kenapa?" Shada berpaling lagi kepada Demian. Ia tampak bingung. Beberapa kali Shada terlihat mengerjapkan matanya cepat.Tiba-tiba Demian menghela napasnya berat. Sudah ia duga. Demian hanya tahu bahwa teman yang paling berbeda di kehidupan Shada adalah wanita itu.Demian lalu menganggukkan kepalanya sembari menggigit bibir bawahnya rapat. Tampak khawatir. Apa tujuannya Ruth berada di sini? Apakah hanya ketidaksengajaan yang mempertemukan mereka?Shada semakin dibuat heran oleh sikap pria yang ada di depannya sekarang. "Kenapa? Apa ada masalah?"Kedua mata Shada mengejar wajah Demian y
Baca selengkapnya
19. Layar Monitor Terbelah
Pria itu menarik rambutnya frustasi. Kedua kakinya sudah berjalan ke sana ke mari, namun tetap saja tidak menemukan ketenangan. Sementara degup jantungnya berdetak cepat. Ia juga sempat memijat pelipisnya, pening dengan apa yang baru saja ia lihat.Max menatap layar monitor yang sudah terbelah sembari mengingat apa yang tadi sudah ditangkap oleh kedua indera penglihatannya. Max melihat seorang pria yang ia yakini Demian masuk ke kamar Shada lewat balkon minimalis di sana.Setelah itu, tak berapa lama kemudian, Shada terlihat mendatangi Demian. Meskipun Demian tidak terlalu kentara, Max bisa menilai bahwa mereka sedang berbincang, hingga akhirnya Demian bangkit.Max bahkan sudah tidak kuat menatap monitor saat Demian menarik tangan Shada mendekat ke tubuh pria tersebut. Setelahnya, Demian menggendong Shada dengan cepat.Bahkan kecepatan Demian tak terlalu bisa ditangkap oleh rekaman CCTV yang menyala. Max geram lalu segera melempar sebuah botol wine ke monitor sehingga layar itu langsu
Baca selengkapnya
20. Melupakannya Semalam
"Apa maksudmu, Shada?" Ruth tidak percaya dengan indera pendengarannya sendiri. Apalagi ketika wanita di depannya menuduh Ruth adalah vampir. Ia memandangi Shada dengan gugup, mencari-cari pembenaran di pikirannya."Oh, ayolah. Kau pasti tahu maksudku. Apa kau benar-benar vampir?" ulang Shada dengan setengah berbisik. Shada menyelidiki secara penuh raut muka Ruth.Ruth menggelengkan kepalanya tegas. "Dari mana kau tahu tentang vampir? Aku bukan vampir," sangkal Ruth cepat. Demian pasti memberitahunya. Batin Ruth langsung menebak."Aku bertemu salah satunya. Jangan bohong padaku. Aku tidak suka ketidakjujuran." Kedua mata Shada tajam. Menunjukkan betapa serius dirinya.Ruth menghela napas. Ia memejamkan kedua matanya rapat, sampai-sampai di dahi pucatnya terlihat garis kerutan yang amat jelas."Yah, okay. Itu benar, kau tidak salah," akunya kemudian seraya mengangkat kedua tangan tanda menyerah. Ruth lalu sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan dan menatap Shada sungguh-sungguh."Rahas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status